وَقَالُوا اتَّخَذَ اللَّهُ
وَلَدًا سُبْحَانَهُ بَلْ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ كُلٌّ لَهُ
قَانِتُونَ (116) بَدِيعُ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَإِذَا قَضَى أَمْرًا
فَإِنَّمَا يَقُولُ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ (117(
Dan mereka (orang-orang kafir) berkata, "Allah mempunyai anak." Mahasuci Allah, bahkan apa yang ada di langit dan di bumi adalah kepunyaan Allah; semua tunduk kepada-Nya. Allah Pencipta langit dan bumi, dan bila Dia berkehendak (untuk menciptakan) sesuatu, maka (cukuplah) Dia mengatakan kepadanya, "Jadilah." Lalu jadilah ia.
Ayat ini dan ayat yang berikutnya
mengandung bantahan terhadap orang-orang Nasrani —semoga laknat Allah menimpa
mereka— dan juga orang-orang yang serupa dengan mereka dari kalangan
orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik Arab, yaitu mereka yang menjadikan
para malaikat sebagai anak-anak perempuan Allah. Allah mendustakan dakwaan
semuanya, demikian juga dakwaan mereka yang mengatakan bahwa sesungguhnya Allah
beranak. Untuk itu Dia berfirman, "Subhanahu," Mahasuci dan
Mahabersih serta Maha Tinggi Allah dari hal tersebut dengan ketinggian yang
setinggi-tingginya.
بَلْ لَهُ مَا فِي
السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ
Bahkan apa yang ada di langit dan di
bumi adalah kepunyaan Allah. (Al-Baqarah: 116)
Yakni perkara yang sebenarnya
tidaklah seperti apa yang mereka buat-buat, sesungguhnya hanya milik-Nyalah
kerajaan langit dan bumi dan semua yang ada padanya. Dialah yang mengatur
mereka, yang menciptakan mereka, yang memberi mereka rezeki, yang menguasai
mereka, yang menundukkan mereka, yang menjalankan mereka, dan yang menggerakkan
mereka menurut apa yang dikehendaki-Nya. Semuanya merupakan hamba-hamba-Nya dan
milik-Nya, maka mana mungkin Dia mempunyai anak dari kalangan mereka? Karena
sesungguhnya seorang anak itu hanya dilahirkan dari dua spesies yang sama,
sedangkan Allah Swt. tiada yang menyamai-Nya dan tiada yang menyekutui-Nya
dalam kebesaran dan keagungan-Nya; dan tiada istri bagi-Nya, maka mana mungkin
Dia beranak? Seperti yang disebutkan di dalam firman-Nya:
بَدِيعُ السَّماواتِ
وَالْأَرْضِ أَنَّى يَكُونُ لَهُ وَلَدٌ وَلَمْ تَكُنْ لَهُ صاحِبَةٌ وَخَلَقَ
كُلَّ شَيْءٍ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
Dia Pencipta langit dan bumi.
Bagaimana Dia mempunyai anak, padahal Dia tidak mempunyai istri. Dia
menciptakan segala sesuatu, dan Dia mengetahui segala sesuatu. (Al-An'am: 101)
وَقالُوا اتَّخَذَ الرَّحْمنُ
وَلَداً لَقَدْ جِئْتُمْ شَيْئاً إِدًّا. تَكادُ السَّماواتُ يَتَفَطَّرْنَ مِنْهُ
وَتَنْشَقُّ الْأَرْضُ وَتَخِرُّ الْجِبالُ هَدًّا أَنْ دَعَوْا لِلرَّحْمنِ
وَلَداً. وَما يَنْبَغِي لِلرَّحْمنِ أَنْ يَتَّخِذَ وَلَداً إِنْ كُلُّ مَنْ فِي
السَّماواتِ وَالْأَرْضِ إِلَّا آتِي الرَّحْمنِ عَبْداً لَقَدْ أَحْصاهُمْ
وَعَدَّهُمْ عَدًّا وَكُلُّهُمْ آتِيهِ يَوْمَ الْقِيامَةِ فَرْداً
Dan mereka berkata, "Tuhan Yang
Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak."'' Sesungguhnya kalian telah
mendatangkan sesuatu perkara yang sangat mungkar, hampir-hampir langit pecah
karena ucapan itu, dan bumi belah, dan gunung-gunung runtuh, karena mereka
mendakwakan Allah Yang Maha Pemurah mempunyai anak. Dan tidak layak bagi Tuhan
Yang Maha Pemurah (mempunyai) anak. Tidak ada seorang pun di langit dan di
bumi, kecuali akan datang kepada Tuhan Yang Maha Pemurah selaku seorang hamba.
Sesungguhnya Allah telah menentukan jumlah mereka dan menghitung mereka dengan
hitungan yang teliti. Dan tiap-tiap mereka akan datang kepada Allah pada hari
kiamat dengan sendiri-sendiri. (Maryam: 88-95)
قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ.
اللَّهُ الصَّمَدُ. لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ. وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُواً
أَحَدٌ
Katakanlah, "Dialah Allah, Yang
Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia
tiada beranak dan tiada pula diperanakkan, dan tidak ada seorang pun yang
setara dengan Dia." (Al-Ikhlas: 1-4)
Melalui ayat-ayat tersebut di atas
Allah Swt. menetapkan bahwa Dia adalah Tuhan Yang Mahaagung Yang tiada
tandingan dan tiada persamaan bagi-Nya. Segala sesuatu selain Dia adalah
makhluk-Nya yang menjadi hamba-hamba-Nya, maka mana mungkin Dia beranak dari
mereka? Karena itu, dalam tafsir ayat ini Imam Bukhari mengatakan:
أَخْبَرَنَا أَبُو الْيَمَانِ،
أَخْبَرَنَا شُعَيْبٌ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي حُسَين، حَدَّثَنَا نَافِعُ
بْنُ جُبَيْرٍ -هُوَ ابْنُ مُطْعَمٍ-عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى
اللَّهُ عليه وَسَلَّمَ قَالَ: "قَالَ اللَّهُ تَعَالَى: كَذَّبني ابْنُ
آدَمَ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ ذَلِكَ، وَشَتَمَنِي وَلَمْ يَكُنْ لَهُ ذَلِكَ،
فَأَمَّا تَكْذِيبُهُ إيَّاي فَيَزْعُمُ أَنِّي لَا أَقْدِرُ أَنْ أُعِيدَهُ كَمَا
كَانَ، وَأَمَّا شَتْمُهُ إِيَّايَ فَقَوْلُهُ: لِي وَلَدٌ. فَسُبْحَانِي أَنْ
أَتَّخِذَ صَاحِبَةً أَوْ وَلَدًا ".
telah menceritakan kepada kami Abul
Yaman, telah menceritakan kepada kami Syu'aib, dari Abdullah ibnu Abul Husain,
telah menceritakan kepada kami Nafi' ibnu Jubair (yaitu Ibnu Mut'im), dari Ibnu
Abbas, dari Nabi Saw. yang telah bersabda: Allah Swt. berfirman, "Anak
Adam telah mendustakan Aku, padahal tidak layak baginya mendustakan Aku. Dan
dia telah mencaci-Ku, padahal tidak patut baginya mencaci-Ku. Adapun kedustaan
yang dilakukannya terhadap-Ku ialah ucapannya yang mengatakan bahwa Aku tidak
dapat menghidupkannya kembali seperti semula. Adapun caciannya terhadap-Ku
ialah ucapannya yang mengatakan bahwa Aku mempunyai anak. Mahasuci Aku dari
mempunyai istri atau anak."
Hadis ini hanya diketengahkan oleh
Imam Bukhari sendiri dari satu jalur.
وَقَالَ ابْنُ مَرْدُويه:
حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ كَامِلٍ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ إِسْمَاعِيلَ
التِّرْمِذِيُّ، حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ بْنُ مُحَمَّدٍ الفَرْوي، حَدَّثَنَا
مَالِكٌ، عَنْ أَبِي الزِّنَادِ، عَنِ الْأَعْرَجِ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ:
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "يَقُولُ اللَّهُ
عَزَّ وَجَلَّ: كَذَّبَنِي ابْنُ آدَمَ وَلَمْ يَنْبَغِ لَهُ أَنْ يُكَذِّبَنِي،
وَشَتَمَنِي وَلَمْ يَنْبَغِ لَهُ أَنْ يَشْتُمَنِي، أَمَّا تَكْذِيبُهُ إِيَّايَ
فَقَوْلُهُ: لَنْ يُعِيدَنِي كَمَا بَدَأَنِي. وَلَيْسَ أَوَّلُ الْخَلْقِ
بِأَهْوَنَ عَلِيَّ مِنْ إِعَادَتِهِ. وَأَمَّا شَتْمُهُ إِيَّايَ فَقَوْلُهُ:
اتَّخَذَ اللَّهُ وَلَدًا. وَأَنَا اللَّهُ الْأَحَدُ الصَّمَدُ، لَمْ يَلِدْ
وَلَمْ يُولَدْ، وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ"
Ibnu Murdawaih berkata, telah
menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Kamil, telah menceritakan kepada kami
Muhammad ibnu Ismail Ath-Thurmuzi, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu
Ishaq ibnu Muhammad Al-Qarwi, telah menceritakan kepada kami Malik, dari Abuz
Zanad, dari Al-A'raj, dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda:
Allah Swt. berfirman, "Anak Adam telah mendustakan Aku, padahal tidak
layak baginya mendustakan Aku. Dan dia telah mencaci-Ku, padahal tidak patut
baginya mencaci-Ku. Adapun kedustaan yang dilakukannya terhadap-Ku ialah
ucapannya yang mengatakan, "Allah tidak akan membangkitkan aku seperti Dia
menciptakan aku pada awal mulanya," padahal permulaan penciptaan tidaklah
lebih mudah daripada mengembalikannya. Adapun caciannya terhadap-Ku ialah
ucapannya yang mengatakan bahwa Allah telah mengambil anak (beranak), padahal
Aku adalah Allah Yang Maha Esa yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu; tiada
beranak dan tiada pula diperanakkan, dan tidak ada seorang pun yang setara
dengan Dia.
Di dalam kitab Sahihain (Bukhari dan
Muslim) disebutkan sebuah hadis dari Rasulullah Saw., bahwa beliau pernah
bersabda:
"لَا أَحَدَ أَصْبَرُ عَلَى
أَذًى سَمِعَهُ مِنَ اللَّهِ؛ إِنَّهُمْ يَجْعَلُونَ لَهُ وَلَدًا، وَهُوَ
يَرْزُقُهُمْ وَيُعَافِيهِمْ"
Tiada seorang pun yang lebih sabar
daripada Allah atas gangguan yang telah didengarnya; sesungguhnya mereka
menganggap-Nya beranak. Akan tetapi, Dia tetap memberi mereka rezeki dan
membiarkan mereka.
*************
Firman Allah Swt.:
كُلٌّ لَهُ قَانِتُونَ
Semua tunduk kepada-Nya. (Al-Baqarah:
116)
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Abu Sa'id Al-Asyaj, telah menceritakan kepada kami
Asbat, dari Mutarrif, dari Atiyyah, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna
qanitun, yakni musallun (berdoa).
Menurut Ikrimah dan Abu Malik,
artinya semua mengakui bahwa Dia wajib disembah. Menurut Sa'id ibnu Jubair
makna qanitun ialah ikhlas. Menurut Ar-Rabi' ibnu Anas, qanitun artinya berdiri
di hari kiamat. Menurut As-Saddi artinya semua taat kepada-Nya di hari kiamat.
Khasif meriwayatkan dari Mujahid
sehubungan dengan makna qanitun, yaitu semua taat kepada-Nya. Bila dikatakan,
"Jadilah kamu manusia," maka jadilah manusia. Dan bila dikatakan,
"Jadilah kamu keledai," maka jadilah keledai.
Ibnu Abu Nujaih mengatakan dari
Mujahid bahwa qanitun artinya mereka semuanya taat kepada Allah. Selanjutnya
Mujahid mengatakan bahwa taat orang kafir ialah melalui bayangannya yang sujud
kepada Allah, sedangkan diri orang kafir itu sendiri tidak suka. Pendapat dari
Mujahid ini merupakan pendapat yang dipilih oleh Ibnu Jarir. Dari semua
pendapat di atas Ibnu Jarir menyimpulkan bahwa tunduk, patuh, dan taat hanya
kepada Allah merupakan hal yang (diperintahkan) oleh syariat. Hal ini telah
diriwayatkan dalam hadis, sebagaimana disebutkan pula di dalam firman-Nya:
وَلِلَّهِ يَسْجُدُ مَنْ فِي
السَّماواتِ وَالْأَرْضِ طَوْعاً وَكَرْهاً وَظِلالُهُمْ بِالْغُدُوِّ وَالْآصالِ
Hanya kepada Allah-lah sujud (patuh)
segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan kemauan sendiri ataupun
terpaksa (dan sujud pula) bayang-bayangnya di waktu pagi dan petang hari.
(Ar-Ra'd: 15)
Telah diriwayatkan di dalam sebuah
hadis yang mengandung penjelasan tentang lafaz qunut dalam Al-Qur'an, bahwa
yang dimaksud adalah taat, tunduk, dan patuh; seperti yang telah dikatakan oleh
Ibnu Abu Hatim:
حَدَّثَنَا يونُس بْنُ عَبْدِ
الْأَعْلَى، حَدَّثَنَا ابْنُ وَهْبٍ، أَخْبَرَنِي عَمْرُو بْنُ الْحَارِثِ: أَنَّ
دَرَّاجًا أَبَا السَّمْحِ حَدَّثَهُ، عَنْ أَبِي الْهَيْثَمِ، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ
الْخُدْرِيِّ، عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ:
"كُلُّ حَرْفٍ مِنَ الْقُرْآنِ يُذْكَرُ فيه القنوت فهو الطَّاعَةُ".
telah menceritakan kepada kami Yusuf
ibnu Abdul A’la, telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahb, telah menceritakan
kepadaku Amr ibnul Haris, bahwa Darraj yang dijuluki Abus Samah telah
menceritakan hadis berikut dari Abul Haisam, dari Abu Sa'id Al-Khudri, dari
Rasulullah Saw. yang telah bersabda: Setiap lafaz Al-Qur'an yang menyebutkan
al-qunut artinya taat.
Hal yang semisal diriwayatkan pula
oleh Imam Ahmad, dari Hasan ibnu Musa, dari Ibnu Abu Luhai'ah, dari Darraj
dengan sanad yang semisal, tetapi di dalam sanadnya terdapat kelemahan dan
tidak dapat dijadikan sebagai pegangan.
Predikat rafa' hadis ini merupakan
hal yang tidak dapat diterima, mengingat adakalanya hal ini merupakan perkataan
seorang sahabat atau orang yang lebih rendah daripada dia. Banyak sekali tafsir
yang mengetengahkan sanad ini, padahal di dalamnya terkandung hal yang
diingkari. Maka janganlah Anda teperdaya olehnya, karena sesungguhnya sanad ini
predikatnya daif.
**********
Firman Allah Swt.:
بَدِيعُ السَّمَاوَاتِ
وَالأرْضِ
Allah Pencipta langit dan bumi.
(Al-Baqarah: 117)
Yakni Allah yang menciptakan keduanya
tanpa contoh terlebih dahulu. Menurut Mujahid dan As-Saddi, lafaz badi'un dalam
ayat ini sesuai dengan makna lugah (bahasa)nya. Termasuk ke dalam pengertian
ini dikatakan terhadap sesuatu yang merupakan kreasi baru dengan sebutan
bid'ah. Seperti yang terdapat di dalam hadis sahih Muslim, yaitu:
فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ
بِدْعَةٌ
Karena sesungguhnya setiap perkara
yang baru itu adalah bid'ah.
Bid'ah ada dua macam, yaitu
adakalanya bid'ah menurut istilah syara' (yakni bid'ah sayyi'ah), seperti
pengertian yang terkandung di dalam sabda Nabi Saw.:
فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ
بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ
Karena sesungguhnya setiap perkara
yang baru itu adalah bid 'ah, dan setiap bid'ah itu sesat.
Yang kedua ialah bid'ah menurut
istilah bahasa (yakni bid'ah hasanah) seperti perkataan Amirul Mu’minin Umar
ibnul Khattab r.a. ketika melihat hasil jerih payahnya yang telah berhasil
menghimpun kaum muslim melakukan salat tarawih hingga mereka menjadikannya
sebagai tradisi, yaitu:
نعْمَتْ البدعةُ هَذِهِ
Sebaik-baik bid'ah adalah ini (yakni
berjamaah salat tarawih).
Ibnu Jarir mengatakan, makna
firman-Nya: Allah Pencipta langit dan bumi. (Al-Baqarah: 117) Makna yang
dimaksud ialah mubdi'uhuma (Pencipta keduanya), karena sesungguhnya bentuk
asalnya hanyalah mubdi'aun, kemudian di-tasrif menjadi badi'un; sebagaimana di-tasrif
lafaz mu'limun menjadi 'alimun, dan lafaz musmi'un menjadi sami'un. Makna yang
dimaksud ialah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, dan Yang Menjadikan
tanpa ada seorang pun yang lebih dahulu menciptakan hal yang semisal dengan
ciptaan-Nya itu. Ibnu Jarir mengatakan, "Oleh sebab itu, seorang yang
membuat bid'ah dalam agama dinamakan mubtadi', karena dia menciptakan hal baru
yang belum pernah dilakukan oleh orang lain dalam agama. Hal yang sama
dikatakan pula terhadap orang yang membuat ucapan atau kreasi yang baru yang
belum pernah dilakukan oleh pendahulunya." Orang-orang Arab menyebut orang
yang berbuat demikian dengan nama mubtadi'; antara lain ialah seperti dalam
perkataan A'sya ibnu Sa'labah yang memuji Hauzah ibnu Ali Al-Hanafi, yaitu:
يُرعى إِلَى قَوْل سَادَاتِ
الرِّجَالِ إِذَا ... أبدَوْا لَهُ الحزْمَ أَوْ مَا شَاءَهُ ابتدَعا
Ia dikenal dengan sebutan pemimpin
kaum laki-laki apabila timbul tekadnya yang bulat atau membuat kreasi yang
dikehendakinya.
Yakni bila dia hendak membuat kreasi
baru dari dirinya sendiri.
Makna ayat menurut Ibnu Jarir ialah
seperti berikut: "Mahasuci Allah dari mempunyai anak, Dia adalah Raja
semua apa yang ada di langit dan di bumi, semuanya telah menyaksikan
keesaan-Nya melalui tanda-tanda kekuasaan-Nya dan semuanya mengaku taat kepada-Nya.
Dialah yang menciptakan, yang mengadakan, dan yang menjadikan mereka tanpa
asal-usul, juga tanpa contoh yang diikuti-Nya dalam penciptaan-Nya itu."
Hal ini merupakan pemberitahuan dari Allah kepada hamba-hamba-Nya, bahwa di
antara orang-orang yang mengakui hal tersebut adalah Al-Masih yang mereka
nisbatkan sebagai anak Allah, dan merupakan pemberitahuan dari Allah kepada
mereka bahwa Dia Yang menciptakan langit dan bumi tanpa asal-usul dan tanpa
contoh yang mendahuluinya, Dia adalah Tuhan Yang menciptakan Is a tanpa melalui
seorang ayah, tetapi hanya dengan kekuasaan-Nya. Pendapat yang dikatakan oleh
Ibnu Jarir ini merupakan pendapat yang baik dan merupakan ungkapan yang benar.
***********
Firman Allah Swt.:
{وَإِذَا
قَضَى أَمْرًا فَإِنَّمَا يَقُولُ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ}
Dan bila Dia berkehendak (untuk
menciptakan) sesuatu, maka (cukuplah) Dia mengatakan kepadanya,
"Jadilah" Lalu jadilah ia. (Al-Baqarah: 117)
Melalui ayat ini Allah Swt.
menerangkan kesempurnaan kekuasaan-Nya dan kebesaran pengaruh-Nya. Dan bahwa
apabila Dia menetapkan sesuatu, lalu Dia berkehendak akan mengadakannya, maka
se-sungguhnya Dia hanya mengatakan kepadanya, "Jadilah kamu!" Yakni
hanya sekali ucap. Maka terjadilah sesuatu yang dikehendaki-Nya itu sesuai
dengan apa yang dikehendaki-Nya, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya yang
lain, yaitu:
إِنَّما أَمْرُهُ إِذا أَرادَ
شَيْئاً أَنْ يَقُولَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ
Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia
menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya, "Jadilah" Maka
terjadilah ia. (Yasin: 82)
إِنَّما قَوْلُنا لِشَيْءٍ إِذا
أَرَدْناهُ أَنْ نَقُولَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ
Sesungguhnya perkataan Kami terhadap
sesuatu apabila Kami menghendakinya, Kami hanya mengatakan kepadanya,
"Jadilah" Maka jadilah ia. (An-Nahl: 40)
وَما أَمْرُنا إِلَّا واحِدَةٌ
كَلَمْحٍ بِالْبَصَرِ
Dan perintah Kami hanyalah satu
perkataan seperti kedipan mata. (Al-Qamar: 50)
Salah seorang penyair mengatakan:
إِذَا مَا أَرَادَ اللَّهُ
أَمْرًا فإنَّما ... يَقُولُ لَهُ كُنْ قَوْلَةً فيكونُ ...
Apabila Allah menghendaki suatu
perkara, maka sesungguhnya Dia hanya mengatakan kepadanya, "Jadilah!"
Hanya dengan satu perkataan, maka jadilah ia.
Melalui ayat ini Allah mengingatkan
bahwa penciptaan Isa hanya dengan kalimat Kun (Jadilah!), maka jadilah Isa
sesuai dengan apa yang diperintahkan oleh Allah.
Allah Swt. telah berfirman:
إِنَّ مَثَلَ عِيسَى عِنْدَ
اللَّهِ كَمَثَلِ آدَمَ خَلَقَهُ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ قَالَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ
Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa
di sisi Allah adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari
tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya, "Jadilah!" (seorang
manusia), maka jadilah dia. (Ali Imran: 59)
0 Comments
Informasi:
Form komentar ini menggunakan moderasi, setiap komentar yang masuk akan melalui proses pemeriksaan sebelum ditampilkan dalam kolom komentar. Memasang link di komentar tidak akan ditampilkan. Hanya komentar yang membangun dan sesuai topik artikel saja yang akan saya tampilkan. Mohon maaf atas ketidaknyamanannya.