Menisbatkan Turunnya Hujan Kepada Bintang

Menisbatkan Turunnya Hujan Kepada Bintang

بَابُ مَا جَاءَ فِيْ الْإِسْتِسْقَاءِ بِالْأَنْوَاءِ

29. Bab Keterangan Tentang Menisbatkan Turunnya Hujan Kepada Bintang

 

وَتَجْعَلُوْنَ رِزْقَكُمْ اَنَّكُمْ تُكَذِّبُوْنَ

Dan kamu menjadikan rezeki yang kamu terima (dari Allah) justru untuk mendustakan(-Nya). (QS. Al-Waqiah [56] : 82)

Keterangan :

Istisqa artinya meminta hujan. Allah telah menetapkan syariat shalat istisqa. Istisqa sendiri berarti merendahkan diri kepada Allah dan memohon kepada-Nya di saat kemarau. Sebagai ganti dari kebiasaan orang-orang musyrik yang meminta hujan kepada bintang-bintang.

Orang-orang musyrik juga meminta tolong kepada bintang. Maksudnya adalah rasi bintang yang berjumlah sekitar dua puluh delapan. Matahari dan bulan beredar pada jalurnya. Bulan dalam hitungan sebulan dan matahari dalam hitungan setahun. Orang-Orang jahiliyah bersandar kepada rasi bintang ini.

Allah berfirman, "Dan kalian membalas rezeki (yang telah dikaruniakan Allah) kepadamu dengan mengatakan perkataan yang tidak benar." (QS. Al-Waqi'ah : 82).

Mereka mendustakan Allah yang menurunkan rezeki dan hujan. Sebaliknya mereka meminta tolong kepada bintang-bintang. Apa yang mereka perbuat ini adalah kedustaan karena bintang-bintang ini tidak dapat memberikan manfaat dan mudharat sedikit pun.

Setiap muslim wajib mengambil apa yang dibawa Rasulullah Saw kemudian mengamalkannya dan menjauhi amalan-amalan orang jahiliyah.

Diriwayatkan dari Abu Malik Al-Asy'ari Ra, bahwa Rasulullah Saw bersabda :

اَرْبَعٌ فِيْ أُمَّتِي مِنْ أَمْرِ الْجَاهِلِيَّةِ لاَ يَتْرُكُهُنَّ : الْفَخْرُ بِالْأَحْسَابِ، وَالطَّعْنُ فِيْ الْأَنْسَابِ، وَالْإِسْتِسْقَاءُ بَالْنُجُوْمِ، وَالنِيَاحَةُ عَلَى الْمَيِّتِ، وَقَالَ : النَّائِحَةُ إذَا لَمْ تَتُبْ قَبْلَ مَوْتِهَا تُقَامُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَعَلَيْهَا سِرْبَالٌ مَنْ قَطِرَانِ، وَدِرْعٌ مِنْ جَرَبٍ.

"Empat hal yang terdapat pada umatku yang termasuk perbuatan jahiliyah yang susah ditinggalkan; membangga-banggakan kebesaran leluhurnya mencela keturunan, mengaitkan turunnya hujan kepada bintang tertentu, dan meratapi orang mati", lalu beliau bersabda, "Wanita yang meratapi orang mati bila mati sebelum ia bertaubat, maka ia akan dibangkitkan pada hari kiamat dan ia dikenakan pakaian yang berlumuran dengan cairan tembaga, serta mantel yang bercampur dengan penyakit gantal." (HR. Muslim)[1]

Keterangan :

1. Membangga-banggakan kebesaran leluhur Misalnya ucapan, saya adalah anaknya Fulan, dengan nada menyombongkan diri. Ahsab adalah apa yang ada pada nenek moyang seseorang, berupa keberanian, kedermawanan, kemuliaan dan lain-lain. Orang-orang jahiliah selalu mambanggakan leluhurnya. Ini sama sekali tidak berguna karena manusia terangkat derajatnya karena amalnya, bukan amalan orang lain.

2. Mencela keturunan

Mengecilkan orang lain, misalnya dengan mengatakan, Fulan (hanya) seorang tukang batu, Fulan pandai besi dengan nada meremehkan, bukan untuk memuji. Kalau menyebutkan seperti itu tetapi dengan maksud baik tidaklah mengapa.

3. Mengaitkan turunnya hujan kepada bintang tertentu Misalnya dengan mengatakan, hujan ini turun karena bintang ini dan bintang itu.

4. Meratapi orang mati berteriak-teriak jika salah seorang keluarga meninggal, menyobek- nyobek pakaian, menaburkan tanah di kepala dan sebagainya. Hal ini seperti ini ada di tengah masyarakat dan ini harus dihindari.

Dalam hadits disebutkan, "Bukan termasuk golonga kami, orang yang menampar pipi, menyobek saku baju dan saling memanggil dengan panggilan jahiliyah.”[2]

Nabi Saw bersabda : "Saya berlepas diri shaliqah, haliqah dan syaaqah.”[3]

Shaliqah adalah perempuan yang meraung-raung ketika tertimpa musibah "Wanita yang meratapi orang mati bila mati sebelum ia bertaubat maka ia akan dibangkitkan pada hari kiamat dan ia dikenakan pakaian yang berlumuran dengan cairan tembaga, serta mantel yang bercampur dengan penyakit gatal."

Yang paling banyak meratap adalah para wanita meskipun laki-laki juga ada yang melakukannya. Perbuatan ini haram bagi keduanya. Disebutkannya cairan tembaga sebagai hukumannya karena cairan ini lebih keras dalam menyakiti. Ini merupakan penjelasan tentang jeleknya balasan yang diperoleh jika orang yang meratap tidak bertaubat.

Poin Penting

Beberapa kabilah sering menyembelih di puncak-puncak gunung agar hujan turun. Ini juga perbuatan syirik akbar karena menyembelih untuk jin, batu dan patung-patung. Bisa jadi hujan turun tetapi mendatangkan musibah kepada mereka.

 

Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Zaid bin Khalid ia berkata,

صَلَّى لَنَا رَسُوْلُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم الصُبْحَ بِالْحُدَيْبِيَةِ عَلَى أَثَرِ سَمَاءٍ كَانَتْ مِنَ اللَّيْلِ، فَلَمَّا انْصَرَفَ أقْبَلَ عَلَى النَّاسِ، فَقَالَ:

"Rasulullah Saw mengimami kami pada shalat Subuh di Hudaibiyah setelah semalaman turun hujan, ketika usai melaksanakan shalat, beliau menghadap kepada jamaah dan bersabda,

هَلْ تَدْرُوْنَ مَاذَا قَالَ رَبُّكُمْ!  قَالُوْا اللَّهُ وَرَسُوْلُهَ أَعْلَمُ، قَالَ أَصْبَحَ عِبَادِيْ مُؤْمِنٌ بِيْ وَكَافِرٌ، فَأَمَّا مَنْ قَالَ: مُطِرْنَا بِفَضْلِ اللَّهِ رَرَحْمَتِهِ، فَذَلِكَ مُؤْمِنٌ بِيْ كَافِرٌ بِالْكَؤَكَبِ، وَاَمَّا مَنْ قَالَ: مُطِرْنَا بِنَوْءِكَذَا وَكَذَا،فَذَلِكَ كَافِرٌ مُؤْمِنٌ بِالْكَوْكَبِ

"Tahukah kalian apakah yang difirmankan oleh Rabb pada kalian?" Mereka menjawab, 'Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu'. Lalu beliau bersabda, 'Dia berfirman, 'Pagi ini ada di antara hamba- hamba-Ku yang beriman dan ada pula yang kafir, adapun orang yang mengatakan, hujan turun berkat karunia dan rahmat Allah, maka ia telah beriman kepada-Ku dan kafir kepada bintang, sedangkan orang yang mengatab; hujan turun karena bintang ini dan bintang itu, maka ia teiah kajir kepada-Ku dan beriman kepada bintang.”[4]

 

Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan hadits dari Ibnu Abbas ٠ yang maknanya yang antara lain disebutkan demikian,

قَالَ بَعْضُهُمْ : لَقَدْ صَدَقَ نَوْءُ كَذَا وَكَذَا، فَأَنْزَلَ اللَّهُ هَذِهِ الْأَيَةِ: (فَلاَ أُقْسِمُ بِمَوَاقِعِ النُجُوْمِ ) إلى  (وَتَجْعَلُوْنَ رِزْقَكُمْ أنَّكُمْ تُكَذِّبُوْنَ.

"... Ada di antaramerekaberkata: 'sungguh, telahbenar bintangini, atau bintang itu', sehingga Allah menurunkan firman-Nya, "Maka aku bersumpah dengan tempat-tempat peredaran bintang", sampai kepada firman-Nya, "Dan kamu membalas rizki (yang telah dikaruniakan Allah) kepadamu dengan perkataan yang tidak benar.”[5]

Keterangan :

Ketika usai melaksanakan shalat, beliau menghadap kepada jamaah. Ini adalah kebiasaan Nabi yaitu setelah salam beliau beristighfar, tiga kali kemudian membaca “Allahumma anta as salam...Kemudian berbalik kepada jamaah, setelah itu beliau berdzikir.

الله ورسولهُ أَعْلَمُ Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu Ini adalah adab para shahabat ketika Nabi masih hidup. Setelah Nabi wafat, mereka hanya menyebut Allahu a'lam karena wahyu telah terputus dan nabi tidak mengetahui apa yang terjadi setelah beliau wafat, seperti yang terjadi di Al Haudh, kecuali yang disampaikan langsung oleh Allah kepada beliau seperti ucapan shalawat.

Beriman kepada-Ku dan kafir kepada bintang. Karena orang ini mengetahui bahwa Allah-lah yang menurunkan hujan. Hujan membawa rahmat dan karunia Allah.

Hujan turun karena bintang ini dan bintang itu. Ini adalah kekafiran. Tidak boleh mengatakan bahwa bintanglah yang menurunkan hujan tetapi hujan turun karena rahmat dan karunia-Nya.

Jika orang ini menganggap bahwa bintanglah yang menurunkan hujan maka kufur akbar. Jika ia hanya menganggap bintang sebagai sebab turunnya hujan, maka dia kufur ashghar karena yang menurunkan hujan hanya Allah Saw. Bintang hanya sebagai tanda alam.

 ReferensiSyarh Kitab Tauhid karya Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz (hal. 158)


[1] Diriwayatkan oleh Muslim (934).

[2] Diriwayatkan oleh Bukhari (1294) dan beberapa tempat. Muslim (103)

[3] Diriwayatkan oleh Bukhari dalam Shahih-nya secara mu'allaq, Muslim (104)

[4] Diriwayatkan oleh Bukhari (1038,4147), Muslim (71)

[5] Surat Al Waqi'ah, ayat 75 - 82.

Diriwayatkan oleh Muslim (73) dengan lafazh لقن صدق نوء كذا وكذا dan saya tidak menemukannya dalam Shahih Bukhari.

Baca Juga

Post a Comment

0 Comments

Contact Us