Wajib Sholat Dalam Situasi Dan Kondisi Apapun

Di mana pun muslim berada dan kapan pun, sehat atau sakit ; ia wajib melaksanakan sholat wajib yang lima dengan berdiri apabila waktunya telah hadir, jika ia tidak mampu berdiri maka wajib baginya sholat dengan duduk, jika ia tidak mampu sholat dengan duduk maka wajib baginya sholat dengan berbaring, jika ia tidak mampu maka wajib baginya dengan isyarat. Seperti yang dinyatakan oleh Rasulullah shollalahu ‘alaihi wa sallam ; 

عن عمران بن حُصين أنّ النّبيّ صلّى اللهُ عليه و سلّم قال { صلّ قائما, فإنْ لمْ تستطعْ فقاعدا, فإنْ لمْ تستطعْ فعلى جنبٍ, واِلاّ فأوْمِ}. رواه البخاريّ

Dari Imran bin Hushain bahwasannya Nabi shollalahu ‘alaihi wa sallam bersabda : sholatlah dengan berdiri, jika kamu tidak mampu maka wajib sholat dengan duduk, jika kami tidak mampu maka wajib sholat dengan berbaring, dan jika kamu tidan mampu maka wajib sholat dengan isyarat. Diriwayatkan dia oleh Bukhari.

Rasulullah saw pada saat perang Khondaq tidak mengakhirkan sholat kecuali karena gangguan dari Musyrikin 

Rasulullah saw pernah mengakhirkan Sholat, dan beliau tidak mengakhirkan sholat ketika itu selain karena ada penghadangan musuh. Yaitu beliau mengakhirkan sholat Ashar karena sibuk dari ganggungan Musyrikin yang memerangi, hingga beliau melaksanakannya berjama’ah dengan sahabat pada waktu maghrib dengan mendahulukan sholat Ashar lalu sholat Maghrib.

(di dalam Kitab Sholat Khouf, Bukhari sebutkan hadits berikut ini) : 

عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ قَالَ: جَاءَ عُمَرُ يَوْمَ الْخَنْدَقِ فَجَعَلَ يَسُبُّ كُفَّارُ قُرَيْشٍ وَيَقُوْلُ يَا رَسُوْلَ اللهِ، مَا صَلَّيْتُ الْعَصْرَ حَتَّى كَادَتِ الْشَمْسُ أنْ تَغِيْبَ فَقَالَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم وَأَنَا وَاللَّهِ مَا صَلَّيْتُهَا بَعْدُ قَالَ: فَنَزَلَ إلَى بُطْحَانَ فَتَوَضَّأَ وَصَلَّى الْعَصْرَ بَعْدَ مَا غَابَتِ الشَمْسُ ثُمَّ صَلَّى الْمَغْرِبَ بَعْدَهَا.

Dari Jabir bin ‘Abdillah, ia berkata, “Pada hari peperangan Khandaq, ‘Umar bin al-Khaththab datang sambil mencaci orang-orang kafir Quraisy, ia katakan, “Wahai Rasulullah, aku belum melaksanakan shalat ‘Ashar hingga matahari sudah terbenam!”, Maka Nabi Saw bersabda, “Demi Allah, akupun belum melaksanakannya.” Maka kemudian beliau berdiri menuju Buthan (lembah yang terdapat aliran air (sungai), lalu berwudhu dan melaksanakan shalat ‘Ashar setelah matahari tersebenam, kemudian dilanjutkan dengan melaksanakan shalat Maghrib.” (HR. Bukhari).

Rasulullah saw dan para Sahabat pernah kesiangan dari sholat Shubuh dalam suatu perjalanan lalu mereka pun sholat shubuh berjama’ah 

Dari 'Imran berkata, "Kami pernah dalam suatu perjalanan bersama Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, kami berjalan di waktu malam hingga ketika sampai di akhir malam kami tidur, dan tidak ada tidur yang paling enak (nyenyak) bagi musafir melebihi yang kami alami. Hingga tidak ada yang membangunkan kami kecuali panas sinar matahari. Dan orang yang pertama kali bangun adalah si fulan, lalu si fulan, lalu seseorang yang Abu 'Auf  mengenalnya namun akhirnya lupa. Dan 'Umar bin Al Khaththab adalah orang keempat saat bangun, Sedangkan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bila tidur tidak ada yang membangunkannya hingga beliau bangun sendiri, karena kami tidak tahu apa yang terjadi pada beliau dalam tidurnya. Ketika 'Umar bangun dan melihat apa yang terjadi di tengah banyak orang (yang kesiangan) -dan 'Umar adalah seorang yang tegar penuh keshabaran-, maka ia bertakbir dengan mengeraskan suaranya dan terus saja bertakbir dengan keras hingga Nabi shallallahu 'alaihi wasallam terbangun akibat kerasnya suara takbir 'Umar. Tatkala beliau bangun, orang-orang mengadukan peristiwa yang mereka alami. Maka beliau bersabda: "Tidak masalah, atau tidak apa dan lanjutkanlah perjalanan." Maka beliau meneruskan perjalanan dan setelah beberapa jarak yang tidak jauh beliau berhenti lalu meminta segayung air untuk wudlu, beliau lalu berwudlu kemudian menyeru untuk shalat. Maka beliau shalat bersama orang banyak. Hadits riwayat Bukhari.

Disusun oleh Rio Sempana

Baca Juga