Tidak Sesuatu pun Yang Berhak Disembah Selain Allah

 

Tidak Sesuatu pun Yang Berhak Disembah Selain Allah

Firman Allah Swt,

اَيُشْرِكُوْنَ مَا لَا يَخْلُقُ شَيْـًٔا وَّهُمْ يُخْلَقُوْنَۖ وَلَا يَسْتَطِيْعُوْنَ لَهُمْ نَصْرًا وَّلَآ اَنْفُسَهُمْ يَنْصُرُوْنَ

Mengapa mereka mempersekutukan (Allah dengan) sesuatu (berhala) yang tidak dapat menciptakan sesuatu apa pun? Padahal (berhala) itu sendiri diciptakan. (191) Dan (berhala) itu tidak dapat memberikan pertolongan kepada penyembahnya, dan kepada dirinya sendiri pun mereka tidak dapat memberi pertolongan.(192). (QS. Al-A'raf [7] ayat 191-192).

 

وَالَّذِيْنَ تَدْعُوْنَ مِنْ دُوْنِهٖ مَا يَمْلِكُوْنَ مِنْ قِطْمِيْرٍۗ اِنْ تَدْعُوْهُمْ لَا يَسْمَعُوْا دُعَاۤءَكُمْۚ وَلَوْ سَمِعُوْا مَا اسْتَجَابُوْا لَكُمْۗ وَيَوْمَ الْقِيٰمَةِ يَكْفُرُوْنَ بِشِرْكِكُمْۗ وَلَا يُنَبِّئُكَ مِثْلُ خَبِيْرٍ ࣖ

Dan orang-orang yang kamu seru (sembah) selain Allah tidak mempunyai apa-apa walaupun setipis kulit ari. (13) Jika kamu menyeru mereka, mereka tidak mendengar seruanmu, dan sekiranya mereka mendengar, mereka juga tidak memperkenankan permintaanmu. Dan pada hari Kiamat mereka akan mengingkari kemusyrikanmu dan tidak ada yang dapat memberikan keterangan kepadamu seperti yang diberikan oleh (Allah) Yang Mahateliti. (14). (QS. Fathir [35] ayat 13-14).

Keterangan :

Penulis ingin menerangkan kepada kita kondisi orang-orang musyrik di zaman Nabi Saw ketika mereka diajak (didakwahi) dan diperangi. Beliau juga menerangkan tidak sahnya peribadatan mereka kepada selain Allah diikuti karakteristik sembahan mereka.

Dari karakteristik yang kita kenal, sangat jelas bahwa sesembahan mereka sangat tidak layak disembah. Ayat di atas disampaikan dalam gaya bertanya. Pertanyaan yang disampaikan tersebut bertujuan untuk menghinakan atau mengejek sesembahan orang-orang musyrik. Sesembahan tersebut sama sekali tidak bisa menciptakan apa pun. Bahkan binatang sekecil semut pun mereka tidak bisa. Lalu, bagaimana mungkin seperti ini bisa memberi manfaat. Jenis sesembahan ini bisa berupa benda mati yang tidak berakal, orang hidup yang tidak mendengar, orang yang sudah mati yang tidak bisa menjawab doa mereka.

Dalam ayat di atas disebutkan karakteristik sesembahan orang musyrik, antara lain,

1.     Mereka tidak bisa menciptakan sama sekali.

2.     Mereka juga makhluk yang diatur.

3.     Mereka tidak bisa menolong orang-orang yang menyembahnya.

4.     Mereka tidak bisa menolong diri sendiri.

وَالَّذِيْنَ تَدْعُوْنَ مِنْ دُوْنِهٖ مَا يَمْلِكُوْنَ مِنْ قِطْمِيْرٍۗ

Dan orang-orang yang kamu seru (sembah) selain Allah tidak mempunyai apa-apa walaupun setipis kulit ari. (QS. Al-Fathir [35] ayat 13).

Allah Swt juga menerangkan karakteristik sesembahan orang musyrik;

1.     Tidak memiliki apa-apa walaupun dipanjatkan kepada mereka.

2.     Tidak mendengar doa yang dipanjatkan kepada mereka.

3.     ش

4.     Mereka akan mengingkari orang-orang yang menyembahnya pada hari kiamat nanti. Beginilah keadaan orang-orang musyrik, rugi di dunia dan akhirat.

 

***

Diriwayatkan dalam shahih (Bukhari dan Muslim) dari Anas bin Malik Ra, ia berkata,

شُجَّ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم يَوْمَ أحُدٍ، وَكُسِرَتْ رُبَاعِيَّتَهُ، فَقَالَ: كَيْفَ يُفْلِحُ قَوْمٌ شَجُّوْا نَبِيَّهُمْ. فَنَزَلَتْ : (لَيْسَ لَكَ مِنَ الْأَمْرِ شَيئٌ).

"Ketika perang Uhud, Rasulullah Saw terluka kepalanya, dan pecah gigi gerahamnya, maka beliau bersabda, "Bagaimana akan beruntung suatu kaum yang melukai Nabinya?" Kemudian turun ayat, "Tak ada hak apa pun bagimu dalam urusan mereka itu." (QS. Ali Imran [3] ayat 128).[1]

Meskipun beliau Saw adalah orang yang paling mulia, paling dekat dengan Allah dari makhluk mana pun, Nabi yang paling mulia, beliau Saw tetap tidak sanggup menolak bahaya yang datang kepadanya. Begitu pun para shahabat, generasi terbaik umat ini. Jika memang seperti itu, maka beliau Saw tidak berhak disembah dan disekutukan bersama Allah.

Musibah yang terjadi para perang Uhud karena dosa para sahabat ini menyimpan hikmah yang mendalam, yaitu Nabi dan para sahabat tidak sanggup menolak bahaya yang datang kepada mereka, karena itulah mereka tidak boleh disembah. Kalau nabi saja seperti itu, bagaimana lagi dengan orang lain yang derajat kemuliaannya berada di bawah beliau Saw. Tentu saja lebih tidak mungkin lagi. Musibah ini terjadi karena kesalahan sahabat yang bertugas sebagai pemanah yang menjaga bukit. mereka menyelisihi perintah Nabi Saw.

***

Dan diriwayatkan dalam shahih Bukhari dari Ibnu Umar Ra, bahwa ia mendengar Rasulullah Saw bersabda ketika beliau berdiri dari ruku' pada raka'at yang terakhir dalam shalat Subuh,

اَلَلَّهُمَّ الْعَنْ فُلاَنًا وَفُلاَنًا سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَه رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ

"Ya Allah, laknatilah si fulan dan si fulan", setelah beliau mengucapkan,

Setelah itu turunlah firman Allah,

(لَيْسَ لَكَ مِنَ الْأَمْرِ شَيئٌ)

"Tak ada hak apapun bagimu dalam urusan mereka itu."[2]

 

Dalam riwayat yang lain, "Beliau mendo'akan semoga Shafwan bin Ummayyah, Suhail bin Amr dan Al-Harits bin Hisyam dijauhkan dari rahmat Allah", maka turunlah ayat,

(لَيْسَ لَكَ مِنَ الْأَمْرِ شَيئٌ)

"Tak ada hak apa pun bagimu dalam urusan mereka itu."[3]

 

Keterangan :

Rasulullah Saw pernah mendo'akan kejelekan dan melaknat Haris bin Hisyam, Shafwan bin Umayyah dan selain mereka dari pemimppin Quraisy. Kemudian di lain hari mereka memeluk Isla dan mendapat hidayah dari Allah. Setelah itu mereka tidak mendapat laknat lagi.

Jika Rasulullah Saw saja, penghulu bani Adam tidak diterima doanya dan tidak bisa memberikan madharat kepada pemimpin Quraisy tadi, bagaimana dengan selain beliau? Allah Maha Mengetahui perihal hamba-Nya.

***

Diriwayatkan pula dalam Shahih Bukhari dari Abi Hurairah Ra, ia berkata, "Ketika diturunkan kepada Rasulullah Saw firman Allah Swt,

وَاَنْذِرْ عَشِيْرَتَكَ الْاَقْرَبِيْنَ ۙ

Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu (Muhammad) yang terdekat, (QS. Asy-Syu'ara [26] ayat 214).

Beliau berdiri dan bersabda, "Wahai orang-orang Quraisy, tebuslah diri kamu sekalian (dari siksa Allah dengan memurnikan ibadah kepada-Nya). Sedikit pun aku tidaak bisa berbuat apa-apa dihadapan Allah untuk kalian. Wahai Abbas bin Abdul Muthalib, sedikitpun aku tidak bisa berbuat apa-apa untukmu di hadapan Allah, wahai Syafiyah bibi Rasuullah, sedikutpun aku tidak bisa berbuat apa-apa untukmu di hadapan Allah nanti, wahai Fathimah binti Rasulullah, mintalah kepadaku apa saja yang kau kehendaki, tapi sedikit pun aku tidak bisa berbuat apa-apa untukmu di hadapan Allah nanti.

Keterangan :

Tapi sedikit pun tidak bisa berbuat apa-apa untukmu di hadapan Allah nanti." Rasulullah Saw sendiri tidak sanggup memberi manfaat bagi kerabatnya jika mereka tidak beriman kepada Allah. Beliau Saw cukup dengan mengajak dan membimbing mereka agar mengikuti ajaran beliau, dan inilah jalan keselamatan atau tauhid. Inilah sebenarnya manfaat itu, bukan harta. Beliau mengajarkan bahwa ibadah hanya boleh dipersembahkan kepada Allah, tidak kepada selain-Nya. Nabi saja tidak bisa mendatangkan manfaat, apalagi yang lain.

Ayat ini juga membantah orang-orang musyrik yang mencari manfaat dari selain Allah, kemudian berkata,

مَا نَعْبُدُهُمْ اِلَّا لِيُقَرِّبُوْنَآ اِلَى اللّٰهِ زُلْفٰىۗ

"Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya." (QS. Az-Zumar ayat 3).

Allah tetap menamakan perbuatan mereka ini ibadah dan memerintah nabi-Nya memerangi orang-orang musyrik ini.

Permohonan kepada orang yang masih hidup dan sanggup memenuhinya dibolehkan dengan syarat tidak ada kaitaannya dengan kekuatan ghaib, orang yang sudah mati dan bisa diterima akal.

Referensi :

Syarah Kitab Tauhid Karya Abdul Aziz bin Abdillah bin Baz  (hal. 84)



[1] Diriwayatkan oleh Al-Bukhari secara mu'allaq, bab laisa la minal amri syai'un aw yatubu 'alaihim aw wu'adzdzibuhum fainnahum zhalimun. Muslim meriwayatkannya secara maushul (1791).

[2] Diriwayatkan doa oleh al-Bukhari (4070, 4559, 7346) dan selain beliau dari Ibnu Umar.

[3] Diriwayatkan dia oleh Tirmidzi dalam sunannya (3004), Baihaqi dalam Sunan Al-Kubra (2948), Ahmad dalam Musnad (5674), Dishahihkan oleh Syekh Syu'aib Al Arnauth dalam ta'liq beliau atas Musnad Imam Ahmad di jalan selain beliau.

Baca Juga

Post a Comment

0 Comments

Contact Us