أَتَأْمُرُونَ
النَّاسَ بِالْبِرِّ وَتَنْسَوْنَ أَنْفُسَكُمْ وَأَنْتُمْ تَتْلُونَ الْكِتَابَ
أَفَلا تَعْقِلُونَ (44(
Mengapa kalian suruh orang lain (mengerjakan)
kebajikan, sedangkan kalian melupakan diri kalian sendiri, padahal kalian
membaca Al-Kitab (Taurat)? Maka tidakkah kalian berpikir?
Allah Swt. berfirman, "Apakah layak bagi kalian, hai orang-orang ahli kitab, bila kalian memerintahkan manusia berbuat kebajikan yang merupakan inti dari segala kebaikan, sedangkan kalian melupakan diri kalian sendiri dan kalian tidak melakukan apa yang kalian perintahkan kepada orang-orang untuk mengerjakannya, padahal selain itu kalian membaca kitab kalian dan mengetahui di dalamnya akibat apa yang akan menimpa orang-orang yang melalaikan perintah Allah? Tidakkah kalian berakal memikirkan apa yang kalian lakukan terhadap diri kalian sendiri, lalu kalian bangun dari kelelapan kalian dan melihat setelah kalian buta?"
Pengertian tersebut diungkapkan oleh Abdur Razzaq dari
Ma'mar, dari Qatadah sehubungan dengan makna firman-Nya: Mengapa kalian suruh
orang lain (mengerjakan) kebajikan, sedangkan kalian melupakan diri kalian
sendiri. (Al-Baqarah: 44) Pada mulanya kaum Bani Israil memerintahkan orang
lain taat kepada Allah, takwa kepadanya, dan mengerjakan kebajikan; kemudian
mereka bersikap berbeda dengan apa yang mereka katakan itu, maka Allah mengecam
sikap mereka. Makna yang sama diketengahkan pula oleh As-Saddi.
Ibnu Jurairj mengatakan sehubungan dengan firman-Nya,
"Mengapa kalian suruh orang lain (mengerjakan) kebajikan," bahwa
orang-orang ahli kitab dan orang-orang munafik selalu memerintahkan orang lain
untuk melakukan puasa dan salat, tetapi mereka sendiri tidak melakukan apa yang
mereka perintahkan kepada orang-orang untuk melakukannya. Maka Allah mengecam
perbuatan mereka itu, karena orang yang memerintahkan kepada suatu kebaikan,
seharusnya dia adalah orang yang paling getol dalam mengerjakan kebaikan itu dan
berada paling depan daripada yang lainnya.
Muhammad ibnu Ishaq meriwayatkan dari Muhammad ibnu
Ikrimah atau Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas mengenai firman-Nya,
"Sedangkan kalian melupakan diri kalian sendiri," yakni meninggalkan
diri kalian sendiri dalam kebajikan itu. Firman Allah Swt.: Padahal kalian
membaca Al-Kitab (Taurat)? Maka tidakkah kalian berpikir? (Al-Baqarah: 44)
Yakni kalian melarang manusia berbuat kekufuran atas dasar apa yang ada pada
kalian, yaitu kenabian dan perjanjian dari kitab Taurat, sedangkan kalian
meninggalkan diri kalian sendiri. Dengan kata lain, sedangkan kalian sendiri
kafir terhadap apa yang terkandung di dalam kitab Taurat yang di dalamnya
terdapat perjanjian-Ku yang harus kalian penuhi, yaitu percaya kepada Rasul-Ku.
Ternyata kalian merusak perjanjian-Ku yang telah kalian sanggupi dan kalian
mengingkari apa yang kalian ketahui dari Kitab-Ku.
Ad-Dahhak meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan
dengan makna ayat ini, yaitu 'apakah kalian memerintahkan orang lain untuk
masuk ke dalam agama Nabi Muhammad Saw. dan lain-lainnya yang diperintahkan
kepada kalian untuk melakukannya —seperti mendirikan salat— sedangkan kalian
melupakan diri kalian sendiri?'.
Abu Ja'far ibnu Jarir meriwayatkan, telah menceritakan
kepadaku Jarir, telah menceritakan kepadaku Ali ibnul Hasan, telah menceritakan
kepada kami Aslam Al-Harami, telah menceritakan kepada kami Makhlad ibnul
Husain, dari Ayyub As-Sukhtiyani, dari Abu Qilabah, sehubungan dengan makna
firman-Nya: Mengapa kalian suruh orang lain (mengerjakan) kebajikan, sedangkan
kalian melupakan diri kalian sendiri, padahal kalian membaca Al-Kitab (Taurat)?
(Al-Baqarah: 44); Abu Darda pernah mengatakan, seseorang masih belum dapat
dikatakan sebagai ahli fiqih yang sempurna sebelum dia membenci orang yang
menentang Allah, kemudian ia merujuk kepada dirinya sendiri, maka sikapnya
terhadap dirinya sendiri jauh lebih keras (ketimbang terhadap orang lain).
Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam mengatakan
sehubungan dengan ayat ini, bahwa orang-orang Yahudi itu apabila datang kepada
mereka seseorang menanyakan sesuatu yang tidak mengandung perkara hak, tidak
pula risywah (suap), mereka memerintahkan dia untuk mengerjakan hal yang hak.
Maka Allah berfirman: Mengapa kalian suruh orang lain (mengerjakan) kebajikan,
sedangkan kalian melupakan diri kalian sendiri, padahal kalian membaca Al-Kitab
(Taurat)? Maka tidakkah kalian berpikir? (Al-Baqarah: 44) Makna yang dimaksud
ialah Allah Swt. mencela mereka atas perbuatan itu dan memperingatkan mereka
akan kesalahannya yang menyangkut hak diri mereka sendiri; karena mereka
memerintahkan kepada kebaikan, sedangkan mereka sendiri tidak mengerjakannya.
Bukanlah pengertian yang dimaksud sebagai celaan terhadap mereka karena mereka
memerintahkan kepada kebajikan, sedangkan mereka sendiri tidak melakukannya,
melainkan karena mereka meninggalkan kebajikan itu sendiri. Mengingat amar
wa'ruf/hukumnya wajib atas setiap orang alim, tetapi yang lebih diwajibkan bagi
orang alim ialah melakukannya di samping memerintahkan orang lain untuk
mengerjakannya, dan ia tidak boleh ketinggalan.
Perihalnya sama dengan apa yang dikatakan oleh Nabi
Syu'aib a.s. yang disitir oleh firman-Nya:
وَمَا
أُرِيدُ أَنْ أُخَالِفَكُمْ إِلَى مَا أَنْهَاكُمْ عَنْهُ إِنْ أُرِيدُ إِلا
الإصْلاحَ مَا اسْتَطَعْتُ وَمَا تَوْفِيقِي إِلا بِاللَّهِ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ
وَإِلَيْهِ أُنِيبُ
Dan aku tidak berkehendak mengerjakan apa yang aku
larang kalian darinya, aku tidak bermaksud kecuali (mendatangkan) perbaikan
selama aku masih berkesanggupan. Dan tidak ada taufik bagiku melainkan dengan
(pertolongan) Allah. Hanya kepada Allah aku berlawakal dan hanya kepada-Nya-lah
aku kembali. (Hud: 88)
Melakukan amar ma'ruf dan melakukan perbuatan makruf
hukumnya wajib, masing-masing dari keduanya tidak gugur karena tidak melakukan
yang lain. Demikianlah pendapat yang paling sahih dari kedua golongan ulama,
yaitu ulama Salaf dan ulama Khalaf.
Sebagian ulama mengatakan bahwa orang yang berbuat
maksiat tidak boleh melarang orang lain untuk melakukannya. Pendapat ini lemah,
dan lebih lemah lagi mereka memegang ayat ini sebagai dalil mereka, karena
sesungguhnya tidak ada hujah bagi mereka dalam ayat ini.
Tetapi pendapat yang sahih mengatakan bahwa orang yang
alim harus memerintahkan amar ma'ruf, sekalipun dia sendiri tidak
mengerjakannya; harus melarang perbuatan yang mungkar, sekalipun dia sendiri
mengerjakannya.
Malik ibnu Rabi'ah mengatakan bahwa ia pernah
mendengar Sa'id ibnu Jubair berkata, "Seandainya seseorang tidak melakukan
amar ma'ruf, tidak pula nahi munkar karena diharuskan baginya bersih dari hal
tersebut, niscaya tiada seorang pun yang melakukan amar ma'ruf, tidak pula nahi
munkar." Malik berkata, "Dan memang benar, siapakah orangnya yang
bersih dari kesalahan?"
Menurut kami, dalam keadaan demikian (orang yang
bersangkutan adalah seorang yang alim) ia tercela, sebab meninggalkan amal
ketaatan dan mengerjakan maksiat, karena dia adalah seorang yang alim dan
pelanggaran yang dilakukannya atas dasar pengetahuan, mengingat tidaklah sama
antara orang yang alim dengan orang yang tidak alim. Untuk itu, banyak hadis
yang mengancam orang yang melakukan hal tersebut. Imam Abul Qasim At-Tabrani di
dalam kitab Mu'jamul Kabir telah meriwayatkan, telah menceritakan kepada kami Ahmad
ibnul Ma’la Ad-Dimasyqi dan Al-Hasan ibnu Ali Al-Umri; keduanya mengatakan,
telah menceritakan kepada kami Hisyam ibnu Ammar, telah menceritakan kepada
kami Ali ibnu Sulaiman Al-Kalbi, telah menceritakan kepada kami Al-A'masy, dari
Abu Tamimah Al-Hujaimi, dari Jundub ibnu Abdullah r.a. yang mengatakan bahwa
Rasulullah Saw. pernah bersabda:
"مَثَلُ الْعَالِمِ الَّذِي يُعَلِّمُ النَّاسَ
الْخَيْرَ وَلَا يَعْمَلُ بِهِ كَمَثَلِ السِّرَاجِ يُضِيءُ لِلنَّاسِ وَيَحْرِقُ
نَفْسَهُ"
Perumpamaan orang alim yang mengajarkan kebaikan
kepada orang lain, sedangkan dia sendiri tidak mengamalkannya, sama dengan
pelita; ia memberikan penerangan kepada orang lain, sedangkan dirinya sendiri
terbakar.
Hadis ini bila ditinjau dari sanad ini berpredikat
garib.
Hadis kedua diketengahkan oleh Imam Ahmad di dalam
kitab Musnad-nya:
حَدَّثَنَا
وَكِيع، حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ سَلَمَةَ، عَنْ عَلِيِّ بْنِ زَيْدٍ هُوَ ابْنُ
جُدْعَانَ، عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "مَرَرْتُ لَيْلَةَ أُسْرِيَ بِي
عَلَى قَوْمٍ شِفَاهُهُمْ تُقْرَض بِمَقَارِيضَ مِنْ نَارٍ. قَالَ: قُلْتُ: مَنْ
هَؤُلَاءِ؟ " قَالُوا: خُطَبَاءُ مِنْ أَهْلِ الدُّنْيَا مِمَّنْ كَانُوا
يَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَيَنْسَوْنَ أَنْفُسَهُمْ، وَهُمْ يَتْلُونَ
الْكِتَابَ أَفَلَا يَعْقِلُونَ؟
telah menceritakan kepada kami Waki', telah
menceritakan kepada kami Hammad ibnu Salamah, dari Ali ibnu Zaid (yaitu ibnu
Jad'an), dari Anas ibnu Malik r.a. yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw.
pernah bersabda: Di malam aku diisrakan, aku bersua dengan suatu kaum yang
bibir mereka digunting dengan gunting-gunting api, lalu aku bertanya,
"Siapakah mereka itu?" Mereka (para malaikat) menjawab, "Mereka
adalah tukang ceramah umatmu di dunia, dari kalangan orang-orang yang
memerintahkan orang lain untuk mengerjakan ketaatan, sedangkan mereka melupakan
dirinya sendiri, padahal mereka membaca Al-Qur'an. Maka tidakkah mereka
berpikir?"
Hadis ini diriwayatkan pula oleh Abdu ibnu Humaid di
dalam kitab Musnad-nya, juga di dalam kitab tafsirnya yang bersumber dari
Al-Hasan ibnu Musa, dari Hammad ibnu Salamah dengan lafaz yang sama. Hadis ini
diriwayatkan pula oleh Ibnu Murdawaih di dalam kitab tafsirnya melalui hadis
Yunus Ibnu Muhammad Al-Muaddib dan Al-Hajjaj ibnu Minhal, keduanya menerima
hadis ini dari Hammad ibnu Salamah dengan lafaz yang sama. Hal yang sama
diriwayatkan pula oleh Yazid ibnu Harun, dari Hammad ibnu Salamah dengan lafaz
yang sama.
Kemudian Ibnu Murdawaih meriwayatkan:
حَدَّثَنَا
مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ إِبْرَاهِيمَ، حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ
هَارُونَ، حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ التُّسْتَرِيُّ بِبَلْخٍ،
حَدَّثَنَا مَكِّيُّ بْنُ إِبْرَاهِيمَ، حَدَّثَنَا عُمَرُ بْنُ قَيْسٍ، عَنْ
عَلِيِّ بْنِ زَيْدٍ عَنْ ثُمَامَةَ، عَنْ أَنَسٍ، قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: "مَرَرْتُ لَيْلَةَ
أُسْرِيَ بِي عَلَى أُنَاسٍ تُقْرَضُ شِفَاهُهُمْ وَأَلْسِنَتُهُمْ بِمَقَارِيضَ
مِنْ نَارٍ. قُلْتُ: مَنْ هَؤُلَاءِ يَا جِبْرِيلُ؟ " قَالَ: هَؤُلَاءِ
خُطَبَاءُ أُمَّتِكَ، الَّذِينَ يَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَيَنْسَوْنَ
أَنْفُسَهُمْ.
Telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abdullah
ibnu Ibrahim, telah menceritakan kepada kami Musa ibnu Harun, telah
menceritakan kepada kami Ishaq ibnu Ibrahim At-Tusturi di Balakh, telah
menceritakan kepada kami Makki ibnu Ibrahim, telah menceritakan kepada kami
Umar ibnu Qais, dari Ali ibnu Yazid, dari Sumamah, dari Anas yang menceritakan
bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda: Di malam aku diisrakan aku
bersua dengan orang-orang yang bibir dan lidah mereka digunting dengan
gunting-gunting dari api, lalu aku bertanya, "Siapakah mereka itu, hai
Jibril?" Jibril menjawab, "Mereka adalah tukang ceramah umatmu yang
memerintahkan kepada orang lain untuk melakukan ketaatan, sedangkan mereka
melupakan dirinya sendiri."
Hadis ini diketengahkan oleh Ibnu Hibban di dalam
kitab sahihnya dan Ibnu Abu Hatim serta Ibnu Murdawaih melalui hadis Hisyam
Ad-Dustuwai, dari Al-Mugirah yakni Ibnu Habib menantu Malik ibnu Dinar, dari
Malik ibnu Dinar, dari Sumamah, dari Anas ibnu Malik yang menceritakan:
لَمَّا
عُرِجَ بِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَرَّ بِقَوْمٍ
تُقْرض شِفَاهُهُمْ ، فَقَالَ: "يَا جِبْرِيلُ، مَنْ هَؤُلَاءِ؟ "
قَالَ: هَؤُلَاءِ الْخُطَبَاءُ مِنْ أُمَّتِكَ يَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبِرِّ
وَيَنْسَوْنَ أَنْفُسَهُمْ؛ أَفَلَا يَعْقِلُونَ؟
Ketika Rasulullah Saw. dibawa mikraj, beliau bersua
dengan suatu kaum yang bibir mereka diguntingi, lalu beliau bertanya, "Hai
Jibril, siapakah mereka itu?" Jibril menjawab, "Mereka adalah tukang
khotbah dari kalangan umatmu, mereka memerintahkan orang lain untuk mengerjakan
kebajikan, sedangkan mereka melupakan dirinya sendiri. Maka tidakkah mereka
berpikir?"
Hadis lainnya diriwayatkan oleh Imam Ahmad, disebut
bahwa:
حَدَّثَنَا
يَعْلَى بْنُ عُبَيْدٍ، حَدَّثَنَا الْأَعْمَشُ، عَنْ أَبِي وَائِلٍ، قَالَ: قِيلَ
لِأُسَامَةَ -وَأَنَا رَدِيفُهُ-: أَلَا تُكَلِّمُ عُثْمَانَ؟ فَقَالَ: إِنَّكُمْ
تُرَون أَنِّي لَا أُكَلِّمُهُ إِلَّا أُسْمِعُكُمْ. إِنِّي لَا أُكَلِّمُهُ
فِيمَا بَيْنِي وَبَيْنَهُ مَا دُونُ أَنْ أَفْتَتِحَ أَمْرًا -لَا أُحِبُّ أَنْ
أَكُونَ أَوَّلَ مَنِ افْتَتَحَهُ، وَاللَّهِ لَا أَقُولُ لِرَجُلٍ إِنَّكَ خَيْرُ
النَّاسِ. وَإِنْ كَانَ عَلَيَّ أَمِيرًا -بَعْدَ أَنْ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ، قَالُوا: وَمَا سَمِعْتَهُ يَقُولُ؟
قَالَ: سَمِعْتُهُ يَقُولُ: "يُجَاء بِالرَّجُلِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
فَيُلْقَى فِي النَّارِ، فَتَنْدَلِقُ بِهِ أَقْتَابُهُ ، فَيَدُورُ بِهَا فِي
النَّارِ كَمَا يَدُورُ الْحِمَارُ بِرَحَاهُ، فَيُطِيفُ بِهِ أهلُ النَّارِ،
فَيَقُولُونَ: يَا فُلَانُ مَا أَصَابَكَ؟ أَلَمْ تَكُنْ تَأْمُرُنَا
بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَانَا عَنِ الْمُنْكَرِ؟ فَيَقُولُ: كُنْتُ آمُرُكُمْ
بِالْمَعْرُوفِ وَلَا آتِيهِ، وَأَنْهَاكُمْ عَنِ الْمُنْكَرِ وَآتِيهِ"
Telah menceritakan kepada kami Ya’la ibnu Ubaid, telah
menceritakan kepada kami Al-A'masy, dari Abu Wail yang telah menceritakan bahwa
pernah dikatakan kepada Usamah yang saat itu aku membonceng padanya,
"Mengapa engkau tidak berbicara kepada Usman?" Usamah menjawab,
"Sesungguhnya kalian berpandangan bahwa tidak sekali-kali aku berbicara
kepadanya melainkan aku akan memperdengarkannya kepada kalian. Sesungguhnya aku
akan berbicara dengannya mengenai urusan antara aku dan dia tanpa menyinggung suatu
perkara yang paling aku sukai bila diriku adalah orang pertama yang memulainya.
Demi Allah, aku tidak akan mengatakan kepada seorang pun bahwa engkau adalah
sebaik-baik orang, sekalipun dia bagiku adalah sebagai amir, sesudah aku
mendengar Rasulullah Saw. bersabda." Mereka bertanya, "Apakah yang
telah engkau dengar dari beliau?" Usamah menjawab bahwa dia pernah
mendengar Nabi Saw. bersabda: Kelak di hari kiamat ada seorang lelaki yang
didatangkan, lalu dicampakkan ke dalam neraka, maka berhamburanlah isi
perutnya, lalu berputar-putar seraya membawa isi perutnya ke dalam neraka
sebagaimana keledai berputar dengan penggilingannya. Maka penghuni neraka
mengelilinginya dan mengatakan, "Hai Fulan, apakah gerangan yang telah
menimpamu? Bukankah kamu dahulu memerintahkan kepada kami untuk berbuat yang
makruf dan melarang kami dari perbuatan yang mungkar?" Lelaki itu
menjawab, "Dahulu aku memerintahkan kalian kepada perkara yang makruf,
tetapi aku sendiri tidak mengerjakannya; dan aku melarang kalian melakukan perbuatan
yang mungkar, tetapi aku sendiri mengerjakannya."
Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan hadis yang
semisal melalui hadis Sulaiman ibnu Mihran, dari Al-A'masy dengan lafaz yang
sama.
قَالَ
أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا سَيَّارُ بْنُ حَاتِمٍ، حَدَّثَنَا جَعْفَرُ بْنُ
سُلَيْمَانَ عَنْ ثَابِتٍ عَنْ أَنَسٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِنَّ اللَّهَ يُعَافِي الْأُمِّيِّينَ يَوْمَ
الْقِيَامَةِ مَا لَا يُعَافِي الْعُلَمَاءَ"
Imam Ahmad meriwayatkan, telah menceritakan kepada
kami Sayyar ibnu Hatim, telah menceritakan kepada kami Ja'far ibnu Sulaiman,
dari Sabit, dari Anas yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
Sesungguhnya Allah memaafkan orang-orang yang ummi di hari kiamat dengan
pemaafan yang tidak Dia lakukan terhadap ulama.
Di dalam suatu asar dijelaskan bahwa Allah memberikan
ampunan bagi orang yang bodoh sebanyak tujuh puluh kali, sedangkan kepada orang
yang alim cuma sekali. Tiadalah orang yang tidak alim itu sama dengan orang
yang alim. Allah Swt. telah berfirman:
قُلْ
هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ إِنَّمَا
يَتَذَكَّرُ أُولُو الألْبَابِ
Katakanlah, "Adakah sama orang-orang yang
mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang
yang berakallah yang dapat menerima pelajaran. (Az-Zumar: 9)
Di dalam bab autobiografi Al-Walid ibnu Uqbah, Ibnu
Asakir meriwayatkan sebuah hadis yang menyebutkan bahwa Nabi Saw. pernah
bersabda:
"إِنَّ أُنَاسًا مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ
يَطَّلِعُونَ عَلَى أُنَاسٍ مِنْ أَهْلِ النَّارِ فَيَقُولُونَ: بِمَ دَخَلْتُمُ
النَّارَ؟ فَوَاللَّهِ مَا دَخَلْنَا الْجَنَّةَ إِلَّا بِمَا تَعَلَّمْنَا
مِنْكُمْ، فَيَقُولُونَ: إِنَّا كُنَّا نَقُولُ وَلَا نَفْعَلُ"
Sesungguhnya ada segolongan orang dari kalangan
penduduk surga melihat segolongan orang dari kalangan penduduk neraka, lalu
mereka bertanya, "Apakah sebabnya hingga kalian masuk neraka? Padahal demi
Allah, tiada yang memasukkan kami ke surga kecuali apa yang kami pelajari dari
kalian." Ahli neraka menjawab, "Sesungguhnya dahulu kami hanya
berkata, tetapi tidak mengamalkannya."
Ibnu Jarir At-Tabari meriwayatkan hadis ini dari Ahmad
ibnu Yahya Al-Khabbaz Ar-Ramli, dari Zuhair ibnu Abbad Ar-Rawasi, dari Abu
Bakar Az-Zahiri Abdullah ibnu Hakim, dari Ismail ibnu Abu Khalid, dari
Asy-Sya'bi dari Al-Walid ibnu Uqbah, kemudian Ibnu Jarir mengetengahkan hadis
ini.
Ad-Dahhak meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa ia
pernah kedatangan seorang lelaki, lalu lelaki itu berkata, "Hai Ibnu
Abbas, sesungguhnya aku hendak melakukan amar ma'ruf dan nahi munkar."
Ibnu Abbas bertanya, "Apakah kamu telah melakukannya?" Lelaki itu
menjawab, "Aku baru mau melakukannya." Ibnu Abbas berkata, "Jika
kamu tidak takut nanti akan dipermalukan oleh tiga ayat dari Kitabullah, maka
lakukanlah." Lelaki itu bertanya, "Apakah ayat-ayat tersebut?"
Ibnu Abbas membacakan firman-Nya: Mengapa kalian suruh orang lain (mengerjakan)
kebajikan, sedangkan kalian melupakan diri kalian sendiri? (Al-Baqarah: 44)
Lalu dia berkata, "Apakah engkau mampu melakukannya?" Lelaki itu
menjawab, "Tidak." Ibnu Abbas berkata, "Ayat yang kedua ialah
firman-Nya: 'Mengapa kalian mengatakan apa yang tidak kalian perbuat? Amat
besar kebencian di sisi Allah bahwa kalian mengatakan apa-apa yang tidak kalian
kerjakan.' (Ash-Shaff: 2-3) Apakah kamu mampu melakukannya?" Lelaki itu
menjawab, "Tidak." Ibnu Abbas melanjutkan perkataannya, "Dan
ayat yang ketiga ialah ucapan seorang hamba saleh —yaitu Nabi Syu'aib a.s.—
yang disitir oleh firman-Nya: 'Dan aku tidak berkehendak mengerjakan apa yang
aku larang kalian darinya. Aku tidak bermaksud kecuali (mendatangkan)
perbaikan’ (Hud: 88) Apakah kamu mampu melakukan apa yang terkandung dalam ayat
ini?" Lelaki itu menjawab, "Tidak." Maka Ibnu Abbas berkata,
"Mulailah dari dirimu sendiri!" Demikianlah menurut riwayat Ibnu
Murdawaih di dalam kitab tafsirnya.
قَالَ
الطَّبَرَانِيُّ حَدَّثَنَا عَبْدَانُ بْنُ أَحْمَدَ، حَدَّثَنَا زَيْدُ بْنُ
الْحَرِيشِ، حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ خِرَاش، عَنِ الْعَوَّامِ بْنِ
حَوْشَبٍ، عَنْ [سَعِيدِ بْنِ] الْمُسَيَّبِ بْنِ رَافِعٍ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ،
قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "مَنْ
دَعَا النَّاسَ إِلَى قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ وَلَمْ يَعْمَلْ هُوَ بِهِ لَمْ يَزَلْ
فِي ظِلِّ سُخْطِ اللَّهِ حَتَّى يَكُفَّ أَوْ يَعْمَلَ مَا قَالَ، أَوْ دَعَا
إِلَيْهِ"
Imam Tabrani meriwayatkan, telah menceritakan kepada
kami Abdan ibnu Ahmad, telah menceritakan kepada kami Zaid ibnul Haris, telah
menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Khirasy, dari Al-Awwam ibnu Hausyab,
dari Al-Musayyab ibnu Rafi', dari Ibnu Umar yang mengatakan bahwa Rasulullah
Saw. pernah bersabda: Barang siapa menyeru kepada orang lain untuk berucap atau
beramal, sedangkan dia sendiri tidak mengamalkannya, maka ia terus-menerus
berada di bawah naungan murka Allah sebelum berhenti atau mengamalkan apa yang
telah dia ucapkan atau mengamalkan apa yang telah dia serukan.
Dalam sanad hadis ini terkandung ke-daif-an
(kelemahan).
Ibrahim An-Nakha'i mengatakan, sesungguhnya dia benar-benar tidak menyukai bercerita karena tiga ayat, yaitu firman-Nya: Mengapa kalian suruh orang lain (mengerjakan) kebajikan, sedangkan kalian melupakan diri kalian sendiri? (Al-Baqarah: 44); Hai orang-orang yang beriman, mengapa kalian mengatakan apa yang tidak kalian perbuat? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kalian mengatakan apa-apa yang tidak kalian kerjakan. (Ash-Shaff: 2-3) Juga firman Allah Swt. menyitir kata-kata yang diucapkan oleh Nabi Syu'aib, yaitu: Dan aku tidak berkehendak mengerjakan apa yang aku larang kalian darinya. Aku tidak bermaksud kecuali (mendatangkan) perbaikan selama aku masih berkesanggupan. Dan tidak ada taufik bagiku melainkan dengan (pertolongan) Allah. Hanya kepada Allah aku bertawakal dan hanya kepada-Nya-lah aku kembali. (Hud: 88)
0 Comments
Informasi:
Form komentar ini menggunakan moderasi, setiap komentar yang masuk akan melalui proses pemeriksaan sebelum ditampilkan dalam kolom komentar. Memasang link di komentar tidak akan ditampilkan. Hanya komentar yang membangun dan sesuai topik artikel saja yang akan saya tampilkan. Mohon maaf atas ketidaknyamanannya.