Syafa'at

 

Syafa'at


Firman Allah Swt.

وَاَنْذِرْ بِهِ الَّذِيْنَ يَخَافُوْنَ اَنْ يُّحْشَرُوْٓا اِلٰى رَبِّهِمْ لَيْسَ لَهُمْ مِّنْ دُوْنِهٖ وَلِيٌّ وَّلَا شَفِيْعٌ لَّعَلَّهُمْ يَتَّقُوْنَ

Peringatkanlah dengannya (Al-Qur'an) itu kepada orang yang takut akan dikumpulkan menghadap Tuhannya (pada hari Kiamat), tidak ada bagi mereka pelindung dan pemberi syafaat (pertolongan) selain Allah, agar mereka bertakwa. (QS. Al-An'am [6] ayat 51)

 

قُلْ لِّلّٰهِ الشَّفَاعَةُ جَمِيْعًا ۗ لَهٗ مُلْكُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۗ ثُمَّ اِلَيْهِ تُرْجَعُوْنَ

Katakanlah, “Pertolongan itu hanya milik Allah semuanya. Dia memiliki kerajaan langit dan bumi. Kemudian kepada-Nya kamu dikembalikan.” (QS. Az-Zumar [39] ayat 44)

مَنْ ذَا الَّذِيْ يَشْفَعُ عِنْدَهٗٓ اِلَّا بِاِذْنِهٖۗ

Tidak ada yang dapat memberi syafaat di sisi-Nya tanpa izin-Nya. (QS. Al-Baqarah [2] ayat 255)

 

۞ وَكَمْ مِّنْ مَّلَكٍ فِى السَّمٰوٰتِ لَا تُغْنِيْ شَفَاعَتُهُمْ شَيْـًٔا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ اَنْ يَّأْذَنَ اللّٰهُ لِمَنْ يَّشَاۤءُ وَيَرْضٰى

Dan betapa banyak malaikat di langit, syafaat (pertolongan) mereka sedikit pun tidak berguna kecuali apabila Allah telah mengizinkan (dan hanya) bagi siapa yang Dia kehendaki dan Dia ridai. (QS. Al-Najm [53] ayat 26)

 

قُلِ ادْعُوا الَّذِيْنَ زَعَمْتُمْ مِّنْ دُوْنِ اللّٰهِۚ لَا يَمْلِكُوْنَ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ فِى السَّمٰوٰتِ وَلَا فِى الْاَرْضِ وَمَا لَهُمْ فِيْهِمَا مِنْ شِرْكٍ وَّمَا لَهٗ مِنْهُمْ مِّنْ ظَهِيْرٍ وَلَا تَنْفَعُ الشَّفَاعَةُ عِنْدَهٗٓ اِلَّا لِمَنْ اَذِنَ لَهٗ ۗحَتّٰىٓ اِذَا فُزِّعَ عَنْ قُلُوْبِهِمْ قَالُوْا مَاذَاۙ قَالَ رَبُّكُمْۗ قَالُوا الْحَقَّۚ وَهُوَ الْعَلِيُّ الْكَبِيْرُ

Katakanlah (Muhammad), “Serulah mereka yang kamu anggap (sebagai tuhan) selain Allah! Mereka tidak memiliki (kekuasaan) seberat zarrah pun di langit dan di bumi, dan mereka sama sekali tidak mempunyai peran serta dalam (penciptaan) langit dan bumi dan tidak ada di antara mereka yang menjadi pembantu bagi-Nya.” (22) Dan syafaat (pertolongan) di sisi-Nya hanya berguna bagi orang yang telah diizinkan-Nya (memperoleh syafaat itu). Sehingga apabila telah dihilangkan ketakutan dari hati mereka, mereka berkata, “Apakah yang telah difirmankan oleh Tuhanmu?” Mereka menjawab, “(Perkataan) yang benar,” dan Dialah Yang Mahatinggi, Mahabesar. (23) (QS. Saba' [34] ayat 22-23)

 

Keterangan :

 

Terlalu banyak tersebar di kalangan masyarakat pemahaman yang keliru tentang Syafa'at. Sehingga banyak dijumpai syafaat yang batil atau bid'ah. Inilah alasan yang mendasari para ulama banyak membahas masalah ini. Mereka ingin masyarakat tahu dan bisa membedakan antara syafaat yang disyari'atkan, yang ditolak, yang benar dan salah.

 

Firman Allah,

وَاَنْذِرْ بِهِ الَّذِيْنَ يَخَافُوْنَ اَنْ يُّحْشَرُوْٓا اِلٰى رَبِّهِمْ لَيْسَ لَهُمْ مِّنْ دُوْنِهٖ وَلِيٌّ وَّلَا شَفِيْعٌ لَّعَلَّهُمْ يَتَّقُوْنَ

Peringatkanlah dengannya (Al-Qur'an) itu kepada orang yang takut akan dikumpulkan menghadap Tuhannya (pada hari Kiamat), tidak ada bagi mereka pelindung dan pemberi syafaat (pertolongan) selain Allah, agar mereka bertakwa. (QS. Al-An'am [6] ayat 51)

 

"Wahai Muhammad, berilah peringatan dengan Al-Qur'an kepada orang-orang yang takut hari dibangkitkan dan dikumpulkannya manusia."

 

Orang-orang ini adalah orang Islam karena orang kafir tidak akan mendengar dan tidak akan menjawab. Al-Indzar adalah mengingatkan disertai dengan menakut-nakuti.

لَيْسَ لَهُمْ مِّنْ دُوْنِهٖ وَلِيٌّ وَّلَا شَفِيْعٌ

“Tidak ada bagi mereka pelindung dan pemberi syafaat (pertolongan) selain Allah...”(QS. Al-An'am [6] ayat 51)

 

Ini adalah syafaat batil karena seseorang tidak memiliki wali dan pemberi syafaat kecuali perbuatan perkataan keduanya diridhai Allah. Orang-orang kafir menyangka memiliki wali dan pemberi syafaat yang dapat menyelamatkan mereka dari neraka dan tidak akan masuk neraka karena wali dan pemberi syafaatnya ini, sampai akhirnya mereka menyembah wali tersebut. Allah berfirman, "Mereka pemberi syafaat kami di sisi Allah."

 

مَا نَعْبُدُهُمْ اِلَّا لِيُقَرِّبُوْنَآ اِلَى اللّٰهِ زُلْفٰىۗ

 “Kami tidak menyembah mereka melainkan (berharap) agar mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya.” (QS. Az-Zumar [39] ayat 3).

 

Allah menerangkan bahwa tidak ada wali dan pemberi syafaat bagi seorang hamba selain Allah. Syafaatnya orang kafir batil. yang sah adalah syafaat yang mendapatkan izin dari Allah, biasanya diberikan kepada para nabi, wali, orang-orang shalih dari kalangan orang-orang yang bertauhid, beriman dengan baik. Tidak kepada orang kafir dan munafik.

 

قُلْ لِّلّٰهِ الشَّفَاعَةُ جَمِيْعًا ۗ لَهٗ مُلْكُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۗ ثُمَّ اِلَيْهِ تُرْجَعُوْنَ

Katakanlah, “Pertolongan itu hanya milik Allah semuanya. Dia memiliki kerajaan langit dan bumi. Kemudian kepada-Nya kamu dikembalikan.” (QS. Az-Zumar [39] ayat 44)

 

Katakan kepada manusia bahwa syafaat hanya milik Allah. Sebelumnya, ayat ini mengingkari orang-orang Musyrik yang mengaku bahwa berhala, patung dan sembahan lain mereka bisa memberi (memilik) syafaat. Allah menolak anggapan ini sebagaimana firman-Nya,

 

فَمَا تَنْفَعُهُمْ شَفَاعَةُ الشّٰفِعِيْنَۗ

Maka tidak berguna lagi bagi mereka syafaat (pertolongan) dari orang-orang yang memberikan syafaat. (QS. Al-Mudatstsir [74] ayat 48)

 

وَاَنْذِرْهُمْ يَوْمَ الْاٰزِفَةِ اِذِ الْقُلُوْبُ لَدَى الْحَنَاجِرِ كٰظِمِيْنَ ەۗ مَا لِلظّٰلِمِيْنَ مِنْ حَمِيْمٍ وَّلَا شَفِيْعٍ يُّطَاعُۗ

Dan berilah mereka peringatan akan hari yang semakin dekat (hari Kiamat, yaitu) ketika hati (menyesak) sampai di kerongkongan karena menahan kesedihan. Tidak ada seorang pun teman setia bagi orang yang zalim dan tidak ada baginya seorang penolong yang diterima (pertolongannya). (QS. Al-Ghafir [40] ayat 18).

 

Syafaat hanya milik Allah Swt. Para nabi dan orang-orang shalih bisa memberi syafaat atas izin Allah. Allah memberikan kepada siapa yang Dia kehendaki, karena itu kita wajib memintanya dari mereka, bisa dengan berdo'a, "Ya Allah berikanlah syafaat pada para nabi-Mu dan hamba-hamba-Mu yang shalih."

 

Tidak terlarang pula meminta syafaat kepada orang yang masih hidup, misalhnya  dengan mengatakan, "Ya Rasulullah, berilah syafaat kepadaku agar Allah memberikan rizki kepadaku."atau kepada orang shalih dengan mengatakan, "Berilah syafaat untukku, agar Allah mengampuniku, dan doakanlah agar aku mendapatkan hidayah." Meminta syafaat kepada patung, orang mati, orang yang sedang berada di tempat lain, atau kepada para malaikat tidak dibolehkan, karena orang-orang teresbut tidak merasa, dan mengetahui permintaan kita.

 

***

مَنْ ذَا الَّذِيْ يَشْفَعُ عِنْدَهٗٓ اِلَّا بِاِذْنِهٖۗ

Tidak ada yang dapat memberi syafaat di sisi-Nya tanpa izin-Nya. (QS. Al-Baqarah [2] ayat 255)

۞ وَكَمْ مِّنْ مَّلَكٍ فِى السَّمٰوٰتِ لَا تُغْنِيْ شَفَاعَتُهُمْ شَيْـًٔا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ اَنْ يَّأْذَنَ اللّٰهُ لِمَنْ يَّشَاۤءُ وَيَرْضٰى

Dan betapa banyak malaikat di langit, syafaat (pertolongan) mereka sedikit pun tidak berguna kecuali apabila Allah telah mengizinkan (dan hanya) bagi siapa yang Dia kehendaki dan Dia ridai. (QS. Al-Najm [53] ayat 26)

قُلِ ادْعُوا الَّذِيْنَ زَعَمْتُمْ مِّنْ دُوْنِ اللّٰهِۚ

“Katakanlah (Muhammad), “Serulah mereka yang kamu anggap (sebagai tuhan) selain Allah!...”

(QS. Saba' [34] ayat 22)

 

Keterangan :

 

Allah menerangkan bahwa tidak ada seorang pun yang bisa memberi syafaat kecuali yang telah diberi izin oleh Allah dan telah diridhai oleh-Nya. Para malaikat, tidak memiliki izin untuk memberi syafaat. Hanya Allah yang bisa memberi izin. Kalau malaikat dan para rasul saja tidak bisa memberi syafaat sebelum dapat izin dan ridha dari Allah, apalagi orang-orang shalih atau orang lain.

 

Berkaitan dengan sesembahan yang disembah selain Allah, Allah telah menyampaikan karakteristik mereka dan ini berdasarkan firman Allah dalam surat Saba' ayat 22. Karakteristik tersebut adalah :

 

1.     Raja (memiliki). Mereka menyangka bahwa mereka adalah raja yang memiliki kekuasaan padahal hanya Allah saja Raja yang memiliki kekuasaan.

2.     Sekutu. Mereka menyangka diri mereka adalah sekutu Allah.

3.     Pembatu Allah. Mereka menyangka membantu dan menolomg Allah. Sangkaan yang batil.

4.     Syafaat. Mereka menyangka dirinya tuhan yang dapat memberi syafaat kepada manusia.

 

Allah menerangkan bahwa tidak ada syafaat kecuali yang telah diizinkan oleh-Nya.

قَالَ ابُوْ الْعَبَاسِ : نَفَى اللهُ عَمَا سِوَاهُ كُلّ مَا يَتَعَلَّقُ بِهِ الْمُشْرِكُوْنَ، فَنَفَى أنْ يَكُوْنَ لِغَيْرِهِ مَلَكٌ أوْ قسْط مِنْه، أوْ يَكُوْنُ عَوْنًا لِلَّهِ، وَلَمْ يَبْقَ إلاَّ الشّفَاعَةُ، فَبَيَّنَ أنَّهَا لاَ تَنْفَعُ إلاَّ لِمَنْ أذِنَ لَهُ الْرَّبُّ كَمَا قاَلَ :

Abu Abbas mengatakan, "Allah telah menyangkal segala hal yang menjadi tumpuan kaum musyrikin, selain diri-Nya sendiri, dengan menyatakan bahwa tidak ada seorang pun selain-Nya yang memiliki kekuasaan, atau bagiannya, atau menjadi pembatu Allah". Dan Tidak ada yang tersisa selain Syafaat, maka telah ditegaskan oleh Allah bahwa syafaat ini tidak berguna kecuali bagi orang yang telah diizinkan untuk memperolehnya, sebagaimana firman-Nya,

 

يَعْلَمُ مَا بَيْنَ اَيْدِيْهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ وَلَا يَشْفَعُوْنَۙ اِلَّا لِمَنِ ارْتَضٰى وَهُمْ مِّنْ خَشْيَتِهٖ مُشْفِقُوْنَ

Dia (Allah) mengetahui segala sesuatu yang di hadapan mereka (malaikat) dan yang di belakang mereka, dan mereka tidak memberi syafaat melainkan kepada orang yang diridai (Allah), dan mereka selalu berhati-hati karena takut kepada-Nya.(QS. Al-Anbiya [21] ayat 28)

 

Syafaat yang diperkirakan oleh orang-orang musyrik itu tidak akan ada pada hari kiamat, sebagaimana yang telah dinyatakan oleh Al-Qur'an.

 

Dan diberitakan oleh Nabi Saw,

أنّهُ يَأتِي فَيَسْجُدُ لِرَبِّهِ وَيْحْمَدُهُ لَا يَبْدَأُ بِالشَّفَاعَةِ أوْلاً – ثُمَّ يَقَالُ لَهُ: ارْفَعْ رَأْسَكَ، وَقُلْ يُسْمَعُ وَسَلْ تُعْطَ، وَاشْفَعْ تَشْفَعُ.

"Bahwa beliau pada hari kiamat akan bersujud kepada Allah dan menghaturkan segala pujian kepada-Nya, beliau tidak langsung memberi syafaat lebih dahulu, setelah itu baru dikatakan kepada beliau, 'Angkatlah kepalamu, katakanlah niscaya ucapanmu pasti akan didengar, dan mintalah niscaya permintaanmu akan dikabulkan, dan berilah syafaat niscaya syafaatmu akan diterima". (HR. Bukhari dan Muslim).[1]

 

Keterangan :

 

Allah telah menyangkal segala hal yang menjadi tumpuan kaum musrikin. Syafaat yang diperkirakan oleh orang-orang musyrik itu tidak akan ada pada hari kiamat, sebagaimana yang telah dinyatakan oleh al-Qur'an.

 

Di antara mereka ada yang menyangka bahwa patung-patung yang mereka sembah akan memberi syafaat, mereka tidak perlu izin untuk mendapatkan syafaat ini, mereka akan dimasukkan ke dalam surga dan dilindungi dari neraka karena syafaat ini. Ini keyakinan bagi orang-orang musyrik yang masih percaya adanya hari kiamat. Tapi bagi orang musyrik yang tidak percaya adanya hari kiamat, mereka menyembah patung-patung ini karena mengharapkan syafaatnya untuk urusan dunia, seperti diberi rizki yang banyak dan lain-lain. Mayoritas orang-orang musyrik ini tidak percaya hari Kiamat.

 

***

 

Abu Hurairah ra, bertanya kepada beliau,

مَنْ أسْعَدُ النَّاسِ بِشَفَاعَتِكَ، قَالَ: مَنْ قَالَ : لاَ إلَهَ إلاَّ اللهُ خَالِصًا مِنْ قَلْبِهِ.

"Siapakah orang yang paling beruntung mendapatkan syafaatmu ?" Beliau menjawab, "Yaitu orang yang mengucapkan La ilaaha illalah dengan ikhlas dari dalam hati." (HR. Bukhari[2]).

فَتِلْكَ الْشَفَاعَةُ لِأَهْلِ الْإخْلاَصِ بِإِذْنِ اللَّهِ، وَلاَ تَكُوْنُ لِمَنْ أَشْرَكَ بِاللَّهِ.

Syafaat yang ditetapkan ini adalah syafaat untuk ahlu ikhlas wat tauhid (orang-orang yang mentauhidkan Allah dengan ikhlas karena Allah semata) dengan seizin Allah, bukan untuk orang yang menyekutukan Allah dengan yang selain-Nya.

 

Pada hakikatnya, bahwa hanya Allah-lah yang melimpahkan karunia-Nya kepada orang-orang yang ikhlas tersebut, dengan memberikan ampunan kepada mereka, dengan sebab doanya orang yang telah diizinkan oleh Allah untuk memperoleh syafaat, untuk memuliakan orang tersebut dan menempatkannya di tempat yang terpuji.

 

Jadi, syafaat yang ditiadakan oleh Al-Qur'an adalah yang di dalamnya terdapat kemusyrikan. Untuk itu, al-Qur'an telah menetaokan dalam beberapa ayatnya bahwa syafaat itu hanya ada dengan izin Allah. Dan Nabi pun sudah menjelaskan bahwa syafaat itu hanya diperuntukkan bagi orang-orang yang bertauhid dan ikhlas karena Allah semata."

 

Keterangan :

 

Orang yang paling berbahagia dengan syafaat Allah adalah orang-orang bertauhid sebagaimana disebutkan dalam hadits,

إنَّ لِكُلِّ نَبِيٍّ دَعْوَةٌ وَإنِّي ادْخَرْتُ دَعَوْتِي شَفَاَعةً لِاُمَّتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَهُوَ نَائِلَةٌ إنْ شَاءَ اللَّهُ مَنْ مَاتَ مِنْ أُمَّتِي لاَ يُشْرِكُ بِاللَّهِ شَيئًا.

"Sesungguhnya setiap nabi memiliki doa yang mustajab. Setiap nabi telah memanjatkan doanya masing-masing. Namun saya masih menyimpannya sehingga di hari kiamat nanti saya bisa memberikannya sebagai syafaat yang akan diperoleh insya Allah bagi umatku yang meninggal tanpa menyekutukan Allah sedikitpun." (HR. Muslim).[3]

 

Nabi Saw menerangkan bahwa tidak akan bermanfaat syafaat ini kecuali bagi orang-orang yang mentauhidkan Allah. Adapun orang yang meninggal tapi menyekutukan Allah, tidak akan mendapatkan syafaat beliau Saw. Allah Swt yang lebih mengutamakan hamba-Nya yang ikhlas mentauhidkan Allah dan mengampuni mereka.

مَقَامًا مَّحْمُوْدًا

"Tempat yang terpuji", tempat yang diperoleh oleh Nabi Saw.

 

Kedudukan yang membuat orang-orang terdahulu hingga paling akhir menjadi mulia dan terhormat. Allah berfirman :

عَسٰٓى اَنْ يَّبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَّحْمُوْدًا

“Mudah-mudahan Tuhanmu mengangkatmu ke tempat yang terpuji.” (QS. Al-Isra [17] ayat 79).

 

Pengertian yang paling tepat adalah syafaat uzhma (syafaat Nabi Saw). Pendapat lain, Allah mendudukkan Nabi Saw bersama-Nya di Arsy pada hari Kiamat[4]. Tetapi hadits ini tidak shahih. Pengertian sebelumnya yang paling bisa diterima.

 

Orang yang memberi syafaat lebih utama daripada yang meminta syafaat, karena Allah telah mengutamakan mereka memberi syafaat yang bisa memasukkan orang lain ke dalam surga. Inilah hakikat syafaat.

 

Penjelasan ini merupakan bantahan kepada penyembah kubur. Mereka tidak mendapatkan syafaat karena terhalang oleh perbuatan mereka.

 

Referensi :

Syarah Kitab Tauhid Karya Abdul Aziz bin Abdillah bin Baz  (hal. 92-96)


[1] Shahih Al-Bukhari (3340), Muslim (193).

[2] Shahih Al-Bukhari (99).

[3] Shahih Muslim, (199).

[4] Hal itu diriwayatkan dari atsar Mujahid menurut riwayat Ibnu Jarir ath-Thabari (22633), ketika disebutkan firman-Nya ; "Asaa ay Yab'atsaka rabbuka maqamam mahmudan", dalam isnadnya terdapat rawi bernama Laits bin Abi Sulaim ia dhaif.

Baca Juga

Post a Comment

0 Comments

Contact Us