Shalat dua hari raya (Idul Fitri dan Idul Adha) disyariatkan pada tahun
pertama Hijriah.
Hukumnya adalah sunnah muakkad, di mana beliau selalu mengerjakannya dan menyuruh kaum laki-laki ataupun perempuan supaya mengerjakannya. Ada beberapa keterangan berkaitan dengan shalat hari raya dan saya akan mengemukakannya dengan ringkas:
Daftar Isi:
- Disunnahkan Mandi, Memakai Wewangian, dan Memakai Pakaian yang Terbaik.
- Anjuran Makan sebelum Shalat Idul Fitri dan Tidak Makan sebelum Pada Idul Adha
- Pergi ke Tempat Shalat
- Anjuran Mengajak Wanita dan Anak-anak Shalat Hari Raya
- Anjuran Berjalan pada Jalan yang Berbeda Antara Berangkat dan Pulang
- Waktu Pelaksanaan Shalat Hari Raya
- Adzan dan Iqamat pada Shalat Dua Hari Raya
- Bertakbir pada Shalat Dua Hari Raya
- Hukum Shalat Sunnah Sebelum dan Sesudah Shalat Hari Raya
- Kapan Shalat Hari Raya dinyatakan Sah?
1. Disunnahkan Mandi, Memakai Wewangian, dan Memakai Pakaian yang Terbaik.
Dari Ja'far bin Muhammad dari bapaknya dari kakeknya,
أَنَّ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم كَانَ يَلْبَسُ بَرْدَ
حبرةٍ فِي كُلِّ عِيْدٍ. رواه الشافعي والبغوي
bahwasanya Rasulullah saw. memakai serban buatan Yaman yang indah pada
setiap hari raya.”' HR Syafi'i (1/152) dan Baghawi.
Dari Hasan ash-Shibti, ia berkata;
أَمَرَنَا رَسُوْلُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم فِي الْعِيْدَيْنِ
أَنْ نَلْبَسُ أَجْوَدَ مَا نَجِدُ وَأَنْ نَتَطَيَّبَ بِأَجْوَدَ مَا نَجِدُ وَأَنْ
نُضَحِي بِأَثْمَنَ مَا نَجِدُ. الحديث رواه الحاكم
Rasulullah saw. menyuruh kami agar pada dua hari raya memakai pakaian yang
terbaik,memakai minyak wangi yang paling harum, dan berkurban dengan hewan yang
paling baik. HR Hakim (4/230-231)
Di dalam sanad-nya terdapat Ishaq bin Barzakh yang dianggap dhaif oleh
Azdi, sementara Ibnu Hibban menganggapnya bisa dipercaya.
وقال ابن القيم: وكان صلى الله عليه وسلم يَلْبَسُ لَهُمَا
أَجْمَلَ ثِيَابِهِ وَكَانَ لَهُ حُلَّةٌ يَلْبَسُهَا لِلْعِيْدَيْنِ وَالْجُمُعَةِ
Ibnu Qayyim berkata, “Rasulullah saw. biasa memakai pakaian yang terbaik
pada dua hari raya, dan beliau mempunyai sepasang pakaian yang khusus digunakan
untuk shalat dua hari raya dan shalat Jum'at.”
2. Anjuran Makan sebelum Shalat Idul Fitri dan Tidak Makan sebelum Pada Idul Adha
Disunnahkan memakan beberapa biji kurma dengan jumlah ganjil sebelum berangkat
untuk menunaikan shalat Idul Fitri, sebaliknya ketika hari raya Idul Adha
disunnahkan makan setelah selesai shalat dan pulang ke rumah. Setelah itu,
barulah memakan daging kurban jika berkurban.
قَالَ أَنَسٌ: كَانَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم لاَ
يَغْدُو يَوْمَ الْفِطْرِ حَتَّى يَأْكُلَ تَمْرَاتٍ وَيَأْكُلُهُنَّ وِتْرًا رواه
أحمد والبخاري
Anas berkata, pada hari raya Idul Fitri, sebelum Rasulullah saw. berangkat
ke tempat shalat, beliau makan beberapa buah kurma dengan jumlah ganjil.' HR Ahmad
(3/232), Bukhari (953)
وَعَنْ بُرَيْدَةَ قَالَ: كَانَ النَّبِيُّ صلى الله
عليه وسلم لاَ يَغْدُوْ يَوْمَ الْفِطْرِ حَتَّى يَأْكُلَ، وَلاَ يَأْكُلُ يَوْمَ
الْاَضْحَى حَتَّى يَرْجِعَ. رواه الترمذي وابن ماجه وأحمد، وزاد: فيأكل من أضحيته
Buraidah berkata, Rasulullah saw. makan terlebih dulu sebelum berangkat
(menuju tempat shalat) ketika hari raya Idul Fitri dan untuk hari raya Idul
Adha, beliau setelah selesai shalat dan pulang ke rumah.' HR Tirmidzi (542),
Ibnu Majah (1756), Ahmad (5/352)
Ahmad menambahkan, kemudian beliau makan daging dari hasil sembelihan
kurban beliau.
وَفِي اْلمُوَطَّأ عَنْ سَعِيْدِ بْنِ الْمُسَيَّبِ: أَنَّ
النَّاسَ كَانُوْا يُؤْمَرُوْنَ بِالْاَكْلِ قَبْلَ الْغَدوِ يَوْمَ الْفِطْرِ
Dalam al-Muwaththa' disebutkan dari Sa'id bin Musayyab, bahwa kaum Muslimin
diperintahkan makan terlebih dahulu sebelum pergi untuk menunaikan shalat Idul
Fitri.
وَقَالَ ابْنُ قُدَامَةَ: لاَ نَعْلَمُ فِي اسْتِحْبَابِ
تَعْجِيْلِ اْلاَكْلِ يَوْمَ الْفِطْرِ اِخْتِلاَفًا
Ibnu Qudamah berkata, dalam masalah sunnahnya mendahulukan makan pada
hari raya Idul Fitri sebelum pergi ke tempat shalat, tidak kami ketahui
adanya perselisihan pendapat.
3. Pergi ke Tempat Shalat
Shalat hari raya boleh dilakukan di dalam masjid, tapi melakukannya di
lapangan luar masjid adalah lebih utama3 selama tidak ada halangan, seperti
hujan ataupun yang lain. Sebab, Rasulullah saw. biasa melakukan shalat dua hari
raya di tempat yang lapang' dan tidak pernah melakukannya di dalam masjid,
kecuali hanya sekali dan ketika itu sedang hujan.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّهُمْ أَصَابَهُمْ مَطْرٌ فِي
يَوْمِ عِيْدٍ فَصَلَّى بِهِمْ النَّبِيُ صلى الله عليه وسلم صَلاَةَ الْعِيْدِ فِي
الْمَسْجِدِ. رواه أبو داود وابن ماجه والحاكم
Abu Hurairah ra. berkata, suatu ketika, hujan turun bertepatan dengan hari raya. Rasulullah pun melaksanakan menunaikan shalat bersama kaum Muslimin di dalam masjid. HR Abu Dawud (1160), Ibnu Majah (1313), Hakim (1/295)
Di dalam sanad-nya ada seorang yang tidak dikenal.
قال الحافظ في التلخيص: إسناده ضعيف. وقال الذهبي: هذا
حديث منكر
al-Hafizh mengatakan dalam at-Talkhish, bahwa sanad-nya dhaif. Dzahabi
menyatakan bahwa hadits ini munkar.
4. Anjuran Mengajak Wanita dan Anak-anak Shalat Hari Raya
Wanita dan anak-anak diperbolehkan keluar menuju tempat shalat pada dua
hari raya, termasuk gadis, janda, remaja, serta orang tua, bahkan perempuan
yang sedang haid.
Hal ini berdasarkan pada hadits Ummu Athiyyah,
قَالَتْ: أَمَرَنَا أَنْ نَخْرُجَ الْعَوَاتِقَ وَالْحَيْضَ
فيِ الْعِيْدَيْنِ يَشْهَدْنَ الْخَيْرَ وَدَعْوَةَ الْمُسْلِمِيْنَ وَيَعْتَزِلُ
اْلَحَيْضُ الْمُصَلَّى. متفق عليه
kami diperintahkan untuk menyuruh keluar gadis-gadis' dan perempuan yang
sedang haid pada kedua hari raya, agar mereka dapat menyaksikan kebaikan dan
doa kaum Muslimin. Tetapi, perempuan yang sedang haid disarankan supaya
menjauhi tempat shalat. Muttafaq ‘Alaih. (Bukhari (974), Muslim (890) (12)
وَعَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّ رَسُوْلَ اللَّهِ صلى الله
عليه وسلم كاَنَ يَخْرُجُ نِسَاءَهُ وَبَنَاتَهُ فِي الْعِيْدَيْنِ. رواه ابن ماجه
والبيهقي.
Dari Ibnu Abbas, bahwasanya Rasulullah saw. keluar bersama istri-istri dan
anakanak perempuan beliau pada saat hari raya Idul Fitri dan Idul Adha. HR Ibnu
Majah (1309), Baihaqi dalam al-Kubra (3/307)
وَعَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: خَرَجْتُ مَعَ النَّبِيِّ صلى
الله عليه وسلم يوم فطر أو أضحى فصلى ثم خطب ثم أتى النساء فوعظهن وذكرهن وأمرهن
بالصدقة. رواه البخاري
Ibnu Abbas, berkata, aku keluar bersama Rasulullah saw. untuk menghadiri
shalat hari raya Idul Fitri atau Idul Adha. Kemudian beliau
shalat dan menyampaikan khutbah. Setelah itu, beliau mendatangi tempat kaum
wanita, lalu beliau memberi pengajaran dan nasihat kepada mereka serta menyuruh
mereka agar bersedekah. HR Bukhari (977).
5. Anjuran Berjalan pada Jalan yang Berbeda Antara Berangkat dan Pulang
Sebagian besar ulama berpendapat bahwa pada saat akan melaksanakan shalat raya, hendaknya menempuh jalan yang berlainan ketika
pergi dan pulang, baik sebagai imam maupun makmum.
عن جابر رضي الله عنه قال: كان النبي صلى الله عليه وسلم
إذا كان يوم عيد خالف الطريق. رواه البخاري
Dari Jabir ra., dia berkata, pada waktu hari raya, Rasulullah saw. menempuh
jalan yang berlainan(ketika berangkat dengan ketika pulang).' HR Bukhari (986)
وعن أبي هريرة قال: كان النبي صلى الله عليه وسلم إذا
خرج إلى العيد يرجع في غير الطريق الذي خرج فيه. رواه أحمد ومسلم والترمذي
Abu Hurairah ra. berkata, apabila Rasulullah saw. pergi untuk shalat hari raya,ketika pulang, beliau melewati jalan yang berlainan, yang beliau lewati ketika berangkat. HR Ahmad (2/338), Muslim dan Tirmidzi (541)
Diperbolehkan melewati jalan yang sama ketika berangkat dan pulang. Hal ini berdasarkan pada hadits Abu Daud, Hakim,dan Bukhari
dalam at-Târikh, dari Bakar bin Mubasysyir, dia berkata,
كنت أغدو مع أصحاب رسول الله صلى الله عليه وسلم إلى
المصلى يوم الفطر ويوم الاضحى فنسلك بطن بطحان حتى نأتي المصلى فنصلي مع رسول الله
صلى الله عليه وسلم ثم نرجع من بطن بطحان إلى بيوتنا
pada waktu paginya, aku berangkat ke tempat shalat hari raya Idul Fitri dan Idul Adha bersama para sahabat Rasulullah saw. dan kami menempuh jalan di lembah Bathhan. Setibanya di tempat shalat, kami pun menunaikan shalat dengan Rasulullah saw. lalu kembali pulang ke rumah kami dengan melewati jalan di lembah Bathhan tadi. Abu Dawud (1158), Hakim (1/296-297)
Menurut Ibnu Sakan, sanad hadits ini baik.
6. Waktu Pelaksanaan Shalat Hari Raya
Waktunya bermula sejak terbit matahari setinggi kira-kira tiga meter dan
berakhir
apabila matahari telah tergelincir. Sebagai landasannya adalah hadits yang
diriwayatkan Hasan bin Ahmad al-Banna dari Jundub, dia berkata,
قال: كان النبي صلى الله عليه وسلم يصلي بنا الفطر
والشمس على قيد رمحين والاضحى على قيد رمح.
Rasulullah saw. menunaikan shalat Idul Fitri bersama kami di saat
ketinggian matahari kira-kira dua tombak, dan shalat Idul Adha di saat
ketinggiannya kira-kira satu tombak. Disebutkan oleh al-Hafizh dalam at-Talkhis
(2/282), lihat Nailul Authar (2/587).
قال الشوكاني، في هذا الحديث: إنه أحسن ما ورد من
الابحاث في تعيين وقت صلاة العيدين
Syaukani memberi komentar terkait hadits ini, “Hadits ini merupakan hadits
yang paling baik dalam menjelaskan ketentuan waktu shalat hari raya. Hadits ini
menegaskan bahwa disunnahkan menyegerakan shalat Idul Adha dan melambatkan
shalat Idul Fitri."
قال ابن قدامة: ويسن تقديم الاضحى ليتسع وقت الضحية
وتأخير الفطر ليتسع وقت إخراج صدقة الفطر، ولا أعلم فيه خلافا
Ibnu Qudamah berkata,“Disunnahkan menyegerakan shalat Idul Adha untuk
memberi kesempatan yang memadai untuk berkurban. Sebaliknya, disunnahkan
mengundurkan shalat Idul Fitri agar terbuka pula peluang yang luas untuk
mengeluarkan zakat fitrah. Dalam hal ini, aku tidak mengetahui adanya perbedaan
pendapat.”
7. Adzan dan Iqamat pada Shalat Dua Hari Raya
Ibnu Qayyim berkata, ketika Rasulullah saw. sampai di lapangan terbuka
untuk shalat hari raya, beliau memulai shalat tanpa adzan dan iqamat,dan tidak
pula mengucapkan, ash-Shalâtul jâmiah. Jadi, menurut Sunnah, tidak perlu
melakukan suatu apa pun dari hal-hal di atas.
وعن ابن عباس وجابر قالا: لم يكن يؤذن يوم الفطر ولا يوم
الاضحى. متفق عليه.
Ibnu Abbas dan Jabir mengatakan, pada hari raya Idul Fitri dan Idul Adha,
tidak perlu dikumandangkan adzan. Muttafaq ‘Alaih (Bukhari (960), Muslim (886)
ولمسلم عن عطاء قال: أخبرني جابر أن لا أذان الصلاة يوم
الفطر حين يخرج الامام ولا بعدما يخرج ولا إقامة ولا نداء ولا شئ، لا نداء يومئذ
ولا إقامة.
Muslim meriwayatkan dari Atha', dia berkata, aku diberitahu oleh Jabir,
bahwa pada shalat Idul Fitri tidak dikumandangkan adzan, baik sebelum maupun
sesudah imam keluar dan tidak pula iqamat ataupun seruan -seruan yang lain.
Pada hari itu,tidak ada seruan apapun tidak pula iqamat.
وعن سعد بن أبي وقاص أن النبي صلى الله عليه وسلم صلى
العيد بغير أذان ولا إقامة، وكان يخطب خطبتين قائما يفصل بينهما بجلسة. رواه
البزار.
Dari Sa'ad ibnu Abu Waqqash, bahwa Rasulullah saw. menunaikan shalat hari
raya tanpa adzan dan iqamat. Pada waktu berkhutbah, beliau berdiri dan
memisahkan antara kedua khutbah dengan duduk sebentar.' HR. Al-Bazar (657).
Diriwayatkan oleh al-Haitsami dalam al-Majma' (2/203)
8. Bertakbir pada Shalat Dua Hari Raya
Rakaat shalat hari raya adalah dua rakaat. Pada rakaat pertama,setelah
takbiratul ihram dan sebelum membaca Al-Fâtihah, disunnahkan membaca takbir
sebanyak tujuh kali dan pada rakaat kedua disunnahkan membaca takbir
فعن عمرو بن شعيب عن أبيه عن جده أن النبي صلى الله عليه
وسلم كبر في عيد اثنتي عشرة تكبيرة، سبعا في الاولى وخمسا في الاخرة. ولم يصل
قبلها ولا بعدها. رواه أحمد وابن ماجه
Dari Amru bin Syu'aib, dari ayahnya dari kakeknya, bahwa Rasulullah saw.
bertakbir dua belas kali ketika shalat hari raya; tujuh kali pada rakaat
pertama dan lima kali pada rakaat kedua. Beliau tidak shalat sunnah apa pun,
baik sebelum ataupun sesudah shalat hari raya tersebut. HR Ahmad (2/180), Ibnu
Majah (1278).
وقال أحمد: وأنا أذهب إلى هذا
Ahmad mengatakan bahwa hadits inilah yang menjadi hujjahnya.
Dalam riwayat Abu Daud dan Daraquthni disebutkan bahwa Rasulullah saw.
bersabda,
التكبير في الفطر سبع في الاولى وخمس في الاخرة،
والقراءة بعدهما كلتيهما
"Takbir pada shalat ldul Fitri sebanyak tujuh kali, pada rakaat
pertama dan lima kali pada rakaat kedua dan bacaan shalat dilakukan
sesudahnya." (Abu Dawud (1152), Daruquthni (2/48)
Syek Sayyid Sabiq mengatakan,
وهذا القول هو أرجح الاقوال وإليه ذهب أكثر أهل العلم من
الصحابة والتابعين والائمة
Inilah pendapat yang terkuat dalam masalah bertakbir pada shalat hari raya.
Dan ini pula yang menjadi pegangan para sahabat, tabi'in dan para imam.
قال ابن عبد البر: (روي عن النبي صلى الله عليه وسلم من
طرق حسان أنه كبر في العيدين سبعا في الاولى وخمسا في الثانية من حديث عبد الله بن
عمرو وابن عمر وجابر وعائشة وأبي واقد وعمرو بن عوف المزني
Ibnu Abdil Barr berkata, diriwayatkan dari Rasulullah saw. dengan sejumlah
sanad bahwa beliau bertakbir ketika shalat hari raya sebanyak tujuh kali pada
rakaat pertama, dan lima kali pada rakaat kedua. Hal ini berdasarkan pada
hadits yang diriwayatkan dari Abdullahbin Amru, dari Ibnu Umar, Jabir, Aisyah,
Abu Waqid, dan Amru bin Auf al-Muzani.
ولم يرو عنه من وجه قوي ولا ضعيف خلاف هذا، وهو أول ما
عمل به. انتهى
Tidak ada satu riwayat pun, baik yang sanadnya kuat maupun yang lemah, yang
menyalahi hadits ini. Hadits ini juga yang seharusnya diamalkan.”
Rasulullah saw. hanya berdiam diri di antara satu takbir dengan takbir
berikutnya dan tidak ada satu bacaan tertentu yang diucapkan pada waktu berdiam
tersebut. Tetapi Thabrani dan Baihaki meriwayatkan dengan sanad yang kuat dari
Ibnu Mas'ud, yaitu sesuai dengan ucapan dan perbuatannya, bahwa ketika antara
dua takbir tersebut, dia membaca hamdalah dan shalawat kepada Rasulullah saw.
Demikian pula yang diriwayatkan dari Hudzaifah dan Abu Musa.
والتكبير سنة لا تبطل الصلاة بتركه عمدا ولا سهوا.
Hukum membaca takbir sebagaimana yang telah disebutkan adalah sunnah. Dan
apabila tidak membaca takbir (selain takbir ihram), baik disengaja maupun
tidak, shalatnya tetap sah.
وقال ابن قدامة: ولا أعلم فيه خلافا، ورجح الشوكاني أنه
إذا تركه سهوا لا يسجد للسهو.
Menurut Ibnu Qudamah, tidak ada perselisihan pendapat dalam masalah ini.
Syaukani menegaskan, bahwa jika seseorang ketinggalan bertakbir karena lupa,
dia tidak perlu melakukan sujud sahwi.'
9. Hukum Shalat Sunnah Sebelum dan Sesudah Shalat Hari Raya
Tidak terdapat satu keterangan pun yang menyatakan adanya shalat sunnah sebelum
dan sesudah shalat hari raya. Rasulullah saw. dan para sahabat beliau tidak
pernah melakukan shalat apa pun jika hendak menuju ke lapangan terbuka untuk
shalat hari raya, baik sebelum maupun sesudah shalat hari raya.
قال ابن عباس: خرج رسول الله صلى الله عليه وسلم يوم عيد
فصلى ركعتين لم يصل قبلهما ولا بعدهما. رواه الجماعة
Ibnu Abbas berkata, pada hari raya,
Rasulullah saw. datang menuju lapangan terbuka, lalu
mengerjakan dua rakaat shalat hari raya, dan tidak shalat sunnah sebelum tidak
pula sesudahnya. HR al-Jama'ah (Ahmad (1/355), Bukhari (989), Muslim (884), Abu
Dawud (1159), Tirmidzi (537), Nasai (3/193), Ibnu Majah (1291)
وعن ابن عمر أنه خرج يوم عيد فلم يصل قبلها ولا بعدها
وذكر أن النبي صلى الله عليه وسلم فعله،
Dari Ibnu Umar, bahwa pada hari raya, dia tidak shalat apa pun sebelum dan
sesudah shalat hari raya. Dia menceritakan bahwa Rasulullah saw. melakukan
sebagaimana yang telah dilakukannya. (Tirmidzi (538), Ahmad (2/57).
وذكر البخاري عن ابن عباس أنه كره الصلاة قبل العيد
Bukhari meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa menurutnya makruh hukumnya shalat sebelum shalat hari raya. (Bukhari secara ta'liq
(2/476).
Mengenai shalat sunnah mutlak, al-Hafizh Ibnu Hajar mengatakan dalam Fath
alBâri
إنه لمى ثبت فيه منع بدليل خاص إلا إن كان ذلك في وقت
الكراهة في جميع الايام
bahwa tidak ada dalil khusus yang melarangnya, kecuali apabila dilakukan
pada waktu-waktu yang makruh sebagaimana pada hari-hari yang lain.
10. Kapan Shalat Hari Raya dinyatakan Sah?
Shalat hari raya sah dilakukan oleh laki-laki, perempuan, dan anak-anak,
baik
mereka dalam keadaan musafir ataupun mukim, secara berjamaah maupun secara
sendirian, di rumah, di masjid, maupun di lapangan. Barangsiapa yang tertinggal
berjamaah dalam shalat ini, hendaknya orang tersebut tetap shalat hari raya dua
rakaat.
قال البخاري: (باب) إذا فاته العيد يصلي ركعتين وكذلك
النساء ومن في البيوت والقرى، لقول النبي صلى الله عليه وسلم (هذا عيدنا أهل
الاسلام)
Imam Bukhari membuat satu bab dalam
Shahihnya,“Bab jika seseorang tertinggal shalat hari raya, hendaknya dia tetap
shalat hari raya sebanyak dua rakaat” Demikian pula halnya dengan ibu rumah
tangga yang berada di rumah atau tinggal di perkampungan, berdasarkan sabda
Rasulullah saw., "Ini adalah hari raya kita sebagai umat Islam.” Ini adalah
hariraya kami (Bukhari secara ta'liq dalam kitab al-'Idain bab (25) apabila
tertinggal shalat Id, ia shalat.
وأمر أنس بن مالك مولاهم ابن أبي عتبة بالزاوية فجمع
أهله وبنيه وصلى كصلاة أهل المصر وتكبيرهم.
Anas bin Malik pernah menyuruh budaknya, Ibnu Abi Utbah yang tinggal di perkampungan
agar mengumpulkan keluarga dan anak-anaknya untuk shalat dan bertakbir seperti
shalat dan takbirnya penduduk kota.
وقال عكرمة: أهل السواد يجتمعون في العيد يصلون ركعتين
كام يصنع الامام.
Ikrimah mengatakan bahwa penduduk Sawad berkumpul pada waktu hari raya dan
menunaikan shalat dua rakaat sebagaimana yang dilakukan imam.
وقال عطاء: إذا فاته العيد صلى ركعتين.
Atha' berkata, orang yang tertinggal berjamaah dalam shalat hari
raya,hendaknya mengerjakannya sebanyak dua rakaat sendirian.
Referensi :
Fiqih Sunnah karya Syekh Sayyid Sabiq (hal. 222)
0 Comments
Informasi:
Form komentar ini menggunakan moderasi, setiap komentar yang masuk akan melalui proses pemeriksaan sebelum ditampilkan dalam kolom komentar. Memasang link di komentar tidak akan ditampilkan. Hanya komentar yang membangun dan sesuai topik artikel saja yang akan saya tampilkan. Mohon maaf atas ketidaknyamanannya.