Minta Pertolongan Dan Berdoa Kepada Selain Allah Adalah Syirik

Minta Pertolongan Dan Berdoa Kepada Selain Allah Adalah Syirik

Firman Allah Swt,

وَلَا تَدْعُ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ مَا لَا يَنْفَعُكَ وَلَا يَضُرُّكَ ۚفَاِنْ فَعَلْتَ فَاِنَّكَ اِذًا مِّنَ الظّٰلِمِيْنَ

Dan jangan engkau menyembah sesuatu yang tidak memberi manfaat dan tidak (pula) memberi bencana kepadamu selain Allah, sebab jika engkau lakukan (yang demikian), maka sesungguhnya engkau termasuk orang-orang zalim.” (QS. Yunus [10] ayat 106).

وَاِنْ يَّمْسَسْكَ اللّٰهُ بِضُرٍّ فَلَا كَاشِفَ لَهٗ ٓاِلَّا هُوَ ۚوَاِنْ يُّرِدْكَ بِخَيْرٍ فَلَا رَاۤدَّ لِفَضْلِهٖۗ يُصِيْبُ بِهٖ مَنْ يَّشَاۤءُ مِنْ عِبَادِهٖ ۗوَهُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Dan jika Allah menimpakan suatu bencana kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia. Dan jika Allah menghendaki kebaikan bagi kamu, maka tidak ada yang dapat menolak karunia-Nya. Dia memberikan kebaikan kepada siapa saja yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya. Dia Maha Pengampun, Maha Penyayang. (QS. Yunus [10] ayat 107).

Keterangan :

Judul di atas menggunakan athaf am ke khas. Istighatsah bagian dari doa, setiap orang beristighatsah pasti berdo'a, tapi tidak semua orang yang beristighatsah juga berdo'a. Beristighatsah biasanya dilakukan di saat genting, sangat sulit, seperti dalam ayat,

وَدَخَلَ الْمَدِيْنَةَ عَلٰى حِيْنِ غَفْلَةٍ مِّنْ اَهْلِهَا فَوَجَدَ فِيْهَا رَجُلَيْنِ يَقْتَتِلٰنِۖ هٰذَا مِنْ شِيْعَتِهٖ وَهٰذَا مِنْ عَدُوِّهٖۚ فَاسْتَغَاثَهُ الَّذِيْ مِنْ شِيْعَتِهٖ عَلَى الَّذِيْ مِنْ عَدُوِّهٖ ۙفَوَكَزَهٗ مُوْسٰى فَقَضٰى عَلَيْهِۖ قَالَ هٰذَا مِنْ عَمَلِ الشَّيْطٰنِۗ اِنَّهٗ عَدُوٌّ مُّضِلٌّ مُّبِيْنٌ

Dan dia (Musa) masuk ke kota (Memphis) ketika penduduknya sedang lengah, maka dia mendapati di dalam kota itu dua orang laki-laki sedang berkelahi; yang seorang dari golongannya (Bani Israil) dan yang seorang (lagi) dari pihak musuhnya (kaum Fir‘aun). Orang yang dari golongannya meminta pertolongan kepadanya, untuk (mengalahkan) orang yang dari pihak musuhnya, lalu Musa meninjunya, dan matilah musuhnya itu. Dia (Musa) berkata, “Ini adalah perbuatan setan. Sungguh, dia (setan itu) adalah musuh yang jelas menyesatkan.” (QS. Al-Qashash [28] ayat 15).

اِذْ تَسْتَغِيْثُوْنَ رَبَّكُمْ فَاسْتَجَابَ لَكُمْ اَنِّيْ مُمِدُّكُمْ بِاَلْفٍ مِّنَ الْمَلٰۤىِٕكَةِ مُرْدِفِيْنَ

(Ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu, lalu diperkenankan-Nya bagimu, “Sungguh, Aku akan mendatangkan bala bantuan kepadamu dengan seribu malaikat yang datang berturut-turut.” (QS. Al-Anfal [8] ayat 9).

 

Barangsiapa beristighatsah kepada selain Allah, misalnya kepada Syaikh Badawi, baik ketika ia sakit atau hampir tenggelam di tengah laut, maka ia telah melakukan syirik akbar. Jika orang musyrik pada zaman jahiliyah dahulu, tetap meminta kepada Allah di saat-saat genting atau terjepit, karena mereka sebenarnya tahu bahwa tidak ada keselamatan selain dari Allah.

Berbeda dengan kaum musyrikin sekarang, dalam keadaan longgar dan sempit, mereka tetap beristighatsah kepada selain Allah. Mereka berdoa dan beristighatsah kepada selain Allah. Mereka berdoa dan beristighatsah kepada selain Allah. Keduanya tergolong perbuatan syirik berdasarkan dalil berikut,

اِنَّ فِى اخْتِلَافِ الَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَمَا خَلَقَ اللّٰهُ فِى السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ لَاٰيٰتٍ لِّقَوْمٍ يَّتَّقُوْنَ

Sesungguhnya pada pergantian malam dan siang dan pada apa yang diciptakan Allah di langit dan di bumi, pasti terdapat tanda-tanda (kebesaran-Nya) bagi orang-orang yang bertakwa. (QS. Yunus [10] ayat 6).

Maksudnya dari orang-orang musyrik.

Orang-orang kafir termasuk orang-orang dzhalim. Allah menerangkan bahwa barangsiapa berdo'a kepada selain-Nya, berarti ia berdoa kepada dzat yang tidak bisa mendaoatkan manfaat dan menolak madharat (bahaya).

Sifat seorang makhluk tidak bisa mendatangkan manfaat dan menolak madharat sendiri, selalu dibantu oleh Allah Swt. Barangsiapa berdo'a kepada selain Allah, maka ia telah berbuat syirik. Yang dibolehkan adalah berdo'a/meminta tolong kepada seseorang yang ada di hadapan kita, memiliki kemampuan dan ini tidak termasuk perbuatan syirik menurut kesepakatan kaum muslimin.

***

Dan jika Allah menimpakan suatu bencana kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia. Dan jika Allah menghendaki kebaikan bagi kamu, maka tidak ada yang dapat menolak karunia-Nya. Dia memberikan kebaikan kepada siapa saja yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya. Dia Maha Pengampun, Maha Penyayang. (QS. Yunus [10] ayat 107).

Keterangan :

Aya ini menunjukkan bahwa makhluk tidak akan sanggup mendatangkan manfaat dan menolak madharat. Lalu bagaimana mungkin yang seperti itu disembah padahal ia lemah.

(QS. Al-Ankabut [29] ayat 17).

Keterangan :

 

Perintah agar meminta, beristighatsah dan ibadah yang lain hanya kepada Allah, tidak kepada yang lain.

وَمَنْ اَضَلُّ مِمَّنْ يَّدْعُوْا مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ مَنْ لَّا يَسْتَجِيْبُ لَهٗٓ اِلٰى يَوْمِ الْقِيٰمَةِ وَهُمْ عَنْ دُعَاۤىِٕهِمْ غٰفِلُوْنَ وَاِذَا حُشِرَ النَّاسُ كَانُوْا لَهُمْ اَعْدَاۤءً وَّكَانُوْا بِعِبَادَتِهِمْ كٰفِرِيْنَ

5.  Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang-orang yang menyembah selain Allah (sembahan) yang tidak dapat memperkenankan (doa)nya sampai hari Kiamat dan mereka lalai dari (memperhatikan) doa mereka?

6.  Dan apabila manusia dikumpulkan (pada hari Kiamat), sesembahan itu menjadi musuh mereka dan mengingkari pemujaan-pemujaan yang mereka lakukan kepadanya. (QS. Al-Ahqaf [46] ayat 5-6).

Keterangan :

Aya ini menerangkan bahwa tidak ada orang sebodoh (lebih sesat) daripada mereka yang menyembah selain Allah. Mereka tidak akan beruntung di dunia dan di akhirat nanti menjadi orang yang merugi.

Karakteristik sesembahan manusia :

1.     Mereka tidak sanggup menjawab/mengabulkan doa orang yang berdo'a kepadanya.

2.     Mereka tidak tahu kalau yang disembah, misalnya orang yang sudah meninggal, benda mati yang tidak punya perasaan, atau orang yang masih hidup, atau raja yang tidak tahu kalau orang-orang berdo'a kepadanya.

3.     Mereka akan menjadi musuh bagi orang-orang yang berdo'a kepadanya.

4.     Mereka berlepas diri dan mengingkari orang yang berdoa kepadanya.

اَمَّنْ يُّجِيْبُ الْمُضْطَرَّ اِذَا دَعَاهُ وَيَكْشِفُ السُّوْۤءَ وَيَجْعَلُكُمْ خُلَفَاۤءَ الْاَرْضِۗ ءَاِلٰهٌ مَّعَ اللّٰهِ ۗقَلِيْلًا مَّا تَذَكَّرُوْنَۗ

Bukankah Dia (Allah) yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila dia berdoa kepada-Nya, dan menghilangkan kesusahan dan menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah (pemimpin) di bumi? Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)? Sedikit sekali (nikmat Allah) yang kamu ingat. (QS. An-Naml [27] ayat 62).

Keterangan :

Tidak ada seorang pun yang sanggup mengabulkan doa. Oleh karena itu janganlah meminta kepada selain Allah.

Imam Ath-Thabari dengan menyebutkan sanadnya meriwayatkan bahwa, "Pernah ada pada zaman Rasulullah Saw seorang munafik yang selalu menyakiti orang-orang mu'min, maka salah seorang di antara orang mukmin berkata, "Marilah kita bersama-sama memohon perlindungan kepada Rasulullah Saw supaya dihidarkan dari tindakan buruk orang munafik ini.

Ketika itu Rasulullah Saw menjawab,

إنَّهُ لا يَسْتَغَاثُ بِي وَإنَّمَا يَسْتَغَاثُ بِاللهِ

"Sesungguhnya aku tidak boleh dimintai perlindungan, hanya Allah sajalah yang boleh dimintai perlindungan.

Keterangan :

Disebutkan dalam riwayat lain bahwa sahabat yang dimaksud adalah Ubadah bin Shamit, dan orang munafiknya adalah Abdullah bin Ubay. Pada sanad riwayat ini ada yang lemah.

Para sahabat tidak pernah beristighatsah kepada Rasulullah Saw kecuali untuk urusan yang memang disanggupi oleh beliau, seperti membunuh dan menahan. Lagi pula para sahabat tahu bahwa istighatsah kepada orang yang masih hidup dan sanggup melakukannya dibolehkan syari'at.

Sabdanya,

إنَّهُ لا يَسْتَغَاثُ بِي

"Sesungguhnya aku tidak boleh dimintai perlindungan,..."

Kalimat ini mengandung kemungkinan;

Nabi Saw tidak sanggup membunuh Abdullah bin Ubay karena beliau dilarang. Alasannya agar tidak mengatakan bahwa Nabi Saw membunuh sahabatnya.

Jika hadits ini shahih, beliau Saw melaksanakan satu kaidah yaitu saddu dzari'ah. Beliau sebenarnya sanggup, tetapi tidak memenuhi permintaan para sahabat, karena beliau mencegah permintaan itu terulang lagi pada perkara yang beliau tidak sanggupi.

Kesimpulan :

Beliau tidak dimintai tolong pada urusan yang tidak disanggupi oleh orang yang masih hidup.

Kandungan bab ini :

1.     Istighatsah itu pengertiannya lebih khusus daripada do'a.

2.     Pernjelasan tentang ayat pertama.

3.     Meminta perlindungan kepada selain Allah adalah syirik besar.

4.     Orang yang paling shaleh sekalipun jika melakukan perbuatan ini untuk mengambil hati orang lain, maka ia termasuk golongan orang-orang yang dzalim (musyrik).

5.     Penjelasan tentang ayat kedua.

6.     Meminta perlindungan kepada selain Allah tidak dapat mendatangkan manfaat duniawi, di samping perbuatan itu termasuk perbuatan kafir.

7.     Penjelasan tentang ayat ketiga.

8.     Meminta rizki itu hanya kepada Allah, sebagaimana halnya meminta surga.

9.     Penjelasan tentang ayat yang keempat.

10.  Tidak ada orang yang lebih sesat daripada orang yang memohon kepada sesembahan selain Allah.

11.  Sesembahan selain Allah tidak merasa dan tidak tahu kalau ada orang yang memohon kepadanya.

12.  Sesembahan selain Allah akan benci dan marah kepada orang yang memohon kepadanya para hari Kiamat.

13.  Permohonan ini dianggap ibadah kepada sesembahan selain Allah.

14.  Pada hari Kiamat sesembahan selain Allah itu akan mengingkari ibadah yang ditunjukkan kepada mereka.

15.  Permohonan kepada selain Allah inilah yang menyebabkan seseornag menjadi yang paling sesat.

16.  Penjelasan tentang ayat kelima.

17.  Satu hal yang sangat mengherankan adalah adanya pengakuan daripada penyembah berhala bahwa tidak ada yang dapat mengabulkan permohonan orang yang berada dalam kesulitan kecuali Allah, untuk itu, ketika mereka berada dalam keadaan sulit dan terjepit, mereka memohon kepada-Nya dengan ikhlas dan memurnikan ketaatan untuk-Nya.

18.  Hadits di atas menunjukkan tindakan preventif (kehati-hatian) yang dilakukan Rasulullah Saw untuk melindungi ketauhidan, dan etika sopan santun beliau kepada Allah.

Referensi :

Syarah Kitab Tauhid Karya Abdul Aziz bin Abdillah bin Baz  (hal. 79)

Baca Juga

Post a Comment

0 Comments

Contact Us