Apa yang Dilakukan Bila Mimpi

Apa yang Dilakukan Bila Mimpi


7. Apa yang Dilakukan Bila Mimpi

قال أبو سلمة بن عبد الرحمن: سمعت أبا قتادة بن ربعي يقول: سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول: الرُّؤيا مِن اللهِ والحُلْمُ مِن الشَّيطانِ فإذا رأى أحدُكم الشَّيءَ يكرَهُه فلْينفُثْ عن يسارِه ثلاثَ مرَّاتٍ إذا استيقَظ ولْيتعوَّذْ باللهِ مِن شَرِّها فإنَّها لنْ تضُرَّه إنْ شاء اللهُ ) قال أبو سَلمةَ : إنْ كُنْتُ لَأرى الرُّؤيا - هي أثقلُ عليَّ مِن الجبلِ - فلمَّا سمِعْتُ هذا الحديثَ ما كُنْتُ أُباليها

Abu Salamah bin Abdurrahman berkata: saya mendengar Abu Qatadah bin Rab'i berkata: Saya mendengar Rasulullah bersabda: "(Mimpi yang baik berasal dari Allah sementara mimpi yang buruk berasal dari setan, apabila salah seorang dari kamu bermimpi sesuatu yang tidak menyenangkan maka hendaklah ia meludah ke kiri tiga kali ketika terbangun, dan berlindung kepada Allah dari keburukannya, (dengan mengucapkan ta'awwudz) karena sesungguhnya mimpi itu tidak akan membahayakannya Insya Allah."[1]

Abu Salamah berkata: "Aku pernah bermimpi sesuatu yang lebih terasa lebih berat bagiku daripada gunung,begitu aku mendengar hadits ini aku tidak mempedulikan mimpi tersebut."

Dalam riwayat lain disebutkan:

إن كنت أرى الرؤيا تهمني، حتى سمعت أبا قتادة يقول: وأنا كنت أرى الرؤيا فتمرضني حتى سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول: الرُّؤْيَا الصالحة مِنَ اللَّهِ، فَإِذَا رَأَى أحَدُكُمْ ما يُحِبُّ فلا يُحَدِّثْ به إلَّا مَن يُحِبُّ، وإذَا رَأَى ما يَكْرَهُ فلَا يُحَدِّثْ به، فلْينفُثْ عن يسارِه (ثلاثاً)، ولْيَتَعَوَّذْ باللَّهِ مِن الشيطان الرجيم مِنْ شَرِّ ما رأى، فإنَّهَا لَنْ تَضُرَّهُ. متفق عليه

"Saya pernah bermimpi sesuatu yang memberatkanku, sehingga aku mendengar Abu Qatadah berkata: "Aku juga pernah bermimpi sesuatu yang membuatku jatuh sakit sehingga aku mendengar Rasulullah berkata: "Mimpi yang baik berasal dari Allah jika seseorang dari kamu bermimpi sesuatu yang menyenangkan maka janganlah ia ceritakan kecuali kepada orang yang suka mendengarkannya. Dan hendaklah ia meludah ke kiri sebanyak tiga kali. Dan hendaklah ia berlindung kepada Allah dari keburukannya yang dilihatnya dalam mimpinya itu (dengan mengucapkan ta'awudz) Karena sesungguhnya mimpi itu tidak akan membahayakannya." (Muttafaq 'alaihi)[2]

وخرج مسلم عن جابر رضي الله عنه عن رَسُولِ الله ﷺ قَالَ: إذَا رَأى أحَدُكُم الرُّؤيا يَكْرَهُها فلْيبصُقْ عَن يَسَارِهِ ثَلاَثًا، وْليَسْتَعِذْ بِاللهِ مِنَ الشَّيَطانِ ثَلاثاَ، وليَتَحوَّل عَنْ جَنْبِهِ الَّذِي كَانَ عَلَيْهِ

Imam Muslim meriwayatkan dari Jabir dariRasulullah beliau bersabda: "Jika salah seorang dari kamu melihat dalam mimpinya sesuatu yang dibencinya maka hendaklah ia meludah ke kiri sebanyak tiga kali, bertaawudz kepada Allah dari gangguan serta sebanyak tiga kali dan merubah posisinya."

وَيُذْكَرُ عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم أَنَّ رَجُلاً قَصَّ عليه رُؤْيَا فقال: خيراً رأيت، وخيراً يكون.

Diriwayatkan dari Rasulullah Saw bahwa seseorang menceritakan mimpinya kepada beliau, beliau bersabda: "Kebaikanlah yang engkau lihat dalam mimpi itu dan kebaikan pula yang akan terjadi."[3]

وفي رواية، خير تلقاه وشر توقاه، وخير لنا وشر على أعدائنا، والحمد لله رب العالمين

Dalam riwayat lain disebutkan: "Kebaikanlah yang engkau dapati dan keburukan pula yang dihindarkan darimu. Kebaikanlah yang akan kita peroleh dan keburukan yang akan menimpa musuh-musuh kita dan segala puji bagi Allah Rabb semesta alam."[4]

Referensi : Al Kalim Ath Thayyib karya Syeikhul Islam Ibnu Taimiyyah, tahqiq Syekh Nashiruddin al Albani (hal. 85)



[1] Lafal ini menurut Ibnu Hibban (6059).

[2] Shahih Bukhari (7044, Muslim (2261).

Adapun Riwayat Bukhari (7044) dengan lafal :

يقولُ: لقَدْ كُنْتُ أرَى الرُّؤْيَا فَتُمْرِضُنِي، حتَّى سَمِعْتُ أبَا قَتَادَةَ يقولُ: وأَنَا كُنْتُ لَأَرَى الرُّؤْيَا تُمْرِضُنِي، حتَّى سَمِعْتُ النَّبيَّ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ يقولُ: الرُّؤْيَا الحَسَنَةُ مِنَ اللَّهِ، فَإِذَا رَأَى أحَدُكُمْ ما يُحِبُّ فلا يُحَدِّثْ به إلَّا مَن يُحِبُّ، وإذَا رَأَى ما يَكْرَهُ فَلْيَتَعَوَّذْ باللَّهِ مِن شَرِّهَا، ومِنْ شَرِّ الشَّيْطَانِ، ولْيَتْفِلْ ثَلَاثًا، ولَا يُحَدِّثْ بهَا أحَدًا؛ فإنَّهَا لَنْ تَضُرَّهُ.

[3] Dha'if, sebagaimana telah diisyaratkan oleh penulis. Penyebabnya adalah perawi bernama Al-Fazzaari, dalam naskah lain tertulis: 'Al-Qawaariiri" namun itu jelas merupakan kesalahan cetak. Al-Fazzaari namanya Muhammad bin Ubaidillah Al-'Arzami, dia adalah perawi Matruk sebagaimana disebutkan dalam kitab At-Taqrib. Diriwayatkan oleh Ibnu Sunni yaitu Amr Ibnu Sahl (No: 769) dari hadits Abu Musa , akan tetapi syaikh Ibnu Sunni dalam sanad tersebut belum saya dapatkan biografinya.

[4] Dha'if jiddan, diriwayatkan juga oleh Ibnu Sunni akan tetapi dari jalur yang lain. Di dalam sanadnya terdapat perawi bernama Sulaiman bin Atha' dari Maslamah bin Abduliah Al-Juhani, Imam Al-Bukhari mengatakan: "Banyak terdapat kontroversi dalam hadits-haditsnya" Dalam kitab Adh-Dhu'afa'Ibnu Hibban berkata: "Meriwayatkan dari Maslamah bin Abdullah hadits-hadits palsu yang bukan berasal dari perawi-perawi terpercaya. Saya tidak tahu apakah pemalsuan itu dari Maslamah ataukah dari Sulaiman? Yaitu sebuah hadits dari Ibnu Zimal, namanya Abdullah, dikatakan bahwa ia seorang sahabat nabi. Hadits ini jelas menyatakan bahwa ia seorang sahabat namun tidak shahih sebagaimana Anda ketahui. Dan tidak ada penyebutan lain kecuali dalam hadits ini saja." Oleh karena itu Al-fairuz Abadi berkata dalam Qamusnya: "Abdullah bin Zimai, seorang tabi'i majhu/ tidak tsiqah. Perkiraan AshShaghaani bahwa ia adalah seorang sahabat sangat keliru."

Baca Juga

Post a Comment

0 Comments

Contact Us