4.1. Kengerian Alam Kubur
Hani', budak Utsman ibn Affan, meriwayatkan hadis:
كان عثمان رضي الله عنه إذا وقف على قبر بكى، حتى يبل لحيته، فقيل له:
تذكر الجنة والنار فلا تبكي، وتبكي من هذا؟ فقال: إنّ رسول الله صلى الله عليه
وسلم قال: " إنَّ القبر أول منزلة من منازل الآخرة، فإن نجا منه فما بعده
أيسر منه، وإن لم ينج منه فما بعده أشد منه، قال: وقال رسول الله صلى الله عليه
وسلم: ما رأيت منظراً قط إلا القبر أفظع منه " أخرجه الترمذي
Ketika Usman r.a. berhenti di sebuah kuburan, beliau menangis ter-sedu-sedu sampai basah janggutnya. Lalu beliau ditanya, “Engkau mengingat surga dan neraka tapi tidak menangis. Namun saat mengingat kubur, engkau menangis. Mengapa?” Jawab beliau, “Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda, 'Kubur adalah rumah akhirat pertama. Bila selamat di kubur, maka yang setelah-nya jadi lebih mudah; bila tidak selamat di kubur, maka yang setelahnya lebih sulit.' Aku juga mendengar Rasulullah saw. bersabda, 'Aku tidak melihat suatu pemandangan pun yang lebih menakutkan daripada kubur.'”[1]
ولما كان ما بعد القبر أيسر منه لمن نجا فإن العبد المؤمن إذا رأى في
قبره ما أعد الله له من نعيم يقول: " رب عجل قيام الساعة، كيما أرجع إلى أهلي
ومالي
Karena fase setelah kubur lebih mudah bagi yang telah
se-lamat, maka seorang mukmin dalam kuburnya, ketika melihat surga yang disiapkan Allah, berkata, “Ya Tuhan, segerakanlah terjadinya kiamat agar aku tidak kembali ke keluarga dan harta-ku!"[2]
والعبد الكافر الفاجر إذا رأى ما أعد الله له من العذاب الشديد فإنه
يقول على الرغم مما هو فيه من عذاب: " رب لا تقم الساعة "
Sedangkan seorang kafir lagi jahat, ketika melihat azab pedih
yang dipersiapkan Allah baginya, berseru, “Ya Tuhan, jangan kau datangkan
kiamat!”[3]
karena yang akan datang lebih pedih siksanya dan lebih menakutkan.
Kegelapan Alam Kubur
Seorang wanita yang biasa menyapu mesjid Nabawi pada masa
Rasulullah saw. wafat. Beliau saw. merasa kehilangan. Para sahabat menyampaikan
bahwa wanita itu wafat tadi malam dan telah dikubur malam itu juga. Mereka
tidak sampai hati meng-ingatkan beliau saw. Nabi saw. lalu meminta beberapa
sahabat untuk menunjukkan kuburannya. Setelah sampai di kuburan wanita itu,
beliau menyalati perempuan itu kemudian bersabda,
إن هذه القبور مملؤة ظلمة على أهلها، وإن الله عز وجل ينورها لهم
بصلاتي عليهم " رواه البخاري ومسلم وأبو داود وابن ماجة والبيهقي وأحمد
“Kuburan ini sungguh sangat gelap bagi para penghuninya.
Allah azza wa jalla menyinarinya bagi mereka dengan salatku tadi.”(Diriwayatkan
oleh Imam Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Ibn Majah, Baihaqi, dan Ahmad)[4]
4. 2. Himpitan Kubur
Setelah mayit diletakkan di dalam kubur, kubur akan
menghimpit dan menjepit dirinya. Tak seorang pun baik besar atau kecil, saleh
atau jahat, dapat selamat dari himpitan kubur. Beberapa hadis menerangkan bahwa
kubur menghimpit Saad ibn Muadz yang kematiannya membuat 'arasy bergerak,
pintu-pintu langit terbuka serta malaikat sebanyak tujuh puluh ribu
menyaksikannya. Dalam Sunan an-Nasa'ï diriwayatkan dari Ibn Umar r.a. bahwa
Rasulullah saw. bersabda,
هذا الذي تحرك له العرش، وفتحت له أبواب السماء، وشهده سبعون ألفاً من
الملائكة، لقد ضم ضمة، ثم فرج عنه
“Inilah yang membuat 'arasy bergerak, pintu-pintu langit
dibuka dan disaksikan oleh tujuh puluh ribu malaikat. Sungguh ia dihimpit dan
dijepit (oleh kubur), tapi kemudian dibebaskan."[5]
Dalam Musnad Ahmad diriwayatkan dari Ibn
Umar bahwa Rasulullah saw. Bersabda,
إن للقبر ضغطة لو كان أحد ناجياً منها نجا سعد بن معاذ " رواه
أحمد في مسنده
“Sesungguhnya kubur memiliki himpitan
yang bila seseorang selamat darinya, maka (ia selamat sama seperti) Saad ibn
Muadz yang telah selamat.” (H.R. Ahmad)[6]
Dalam Musnad al-Kabir dan Musnad al-Awsath
karya Thabrani, dari Ibn Abbas disebutkan bahwa Rasulullah saw. bersabda,
لو نجا أحد من ضمة القبر، لنجا سعد
بن معاذ، ولقد ضمَّ ضمة، ثم روخي عنه
“Seandainya seseorang selamat dari
himpitan kubur, maka Saad ibn Muadz telah selamat. Ia telah dihimpit kemudian
dilepaskan.”[7]
Salah satu dalil yang menunjukkan
bahwa himpitan kubur pasti dialami oleh setiap manusia adalah bahwa anak-anak kecil luput dari itu. Disebutkan dalam Musnad ath-Thabrani al-Kabir dari Abu Ayyub al-Anshari dengan sanad sahih, dan dalam Musnad al-Awsath karya ath-Thabrani dan al-Kamil karya Ibn 'Ady dari Anas bahwa Rasulllah saw. bersabda,
أفلت أحد من ضمة القبر لنجا هذا الصبي
“Seandainya seseorang luput dari
himpitan kubur, maka sungguh anak kecil ini akan selamat.”[8]
4.3. Fitnah Kubur
4.3.1. Terjadinya Fitnah Kubur Jika
seorang hamba telah diletakkan di dalam kubur, datang-lah kepadanya malaikat
dalam bentuk yang menakutkan. Dalam Sunan atTirmidzi disebutkan bahwa Nabi saw.
bersabda,
إذا قبر الميت - أو قال: أحدكم -
أتاه ملكان أسودان أزرقان، يقال لأحدهما: المنكر، وللآخر: النكير، فيقولان، ما كنت
تقول في هذا الرجل؟ فيقول: ما كان يقول، هو عبد الله ورسوله، أشهد أن لا إله إلا
الله، وأن محمداً عبده ورسوله.. وإن كان منافقاً، قال: سمعت الناس يقولون قولاً،
فقت مثله، لا أدري ... "
“Jika mayat atau salah seorang dari
kalian-telah dikubur, datang kepadanya dua malaikat yang hitam kebiru-biruan.
Yang satu bernama Munkar, yang lainnya bernama Nakir. Keduanya ber-tanya, 'Apa
pendapatmu mengenai lelaki ini (Muhammad-pen.)?' Ia menjawab, 'Apa yang
dikatakannya adalah, ia hamba dan utusan Allah. Aku bersaksi, tiada Tuhan
selain Allah dan Muhammad itu hamba dan rasul-Nya.' Bila ia seorang munafik, ia
menjawab, 'Aku mendengar orang-orang mengatakan sesuatu tentang dia, lalu aku
mengikutinya. Aku tidak tahu....'”[9]
Dalam hadis riwayat al-Barra bin
'Azib, Rasulullah saw. ber-sabda,
فيأتيه ملكان [شديدا الانتهار]
فـ[ينتهرانه، و] يجلسانه، فيقولان له: من ربك؟ ما دينك؟ من نبيك؟ وهي آخر فتنة
تعرض على المؤمن، فذلك حين يقول الله عز وجل: (يُثَبِّتُ اللهُ الَّذِينَ آمَنُواْ
بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا) [إبراهيم: ٢٧] ، فيقول: ربي
الله، وديني الإسلام، ونبيي محمد صلى الله عليه وسلم، فينادي مناد من السماء: أن
صدق عبدي "، وقال في العبد الكافر أو الفاجر: " ويأتيه ملكان [شديد
الانتهار، فينتهرانه، و] ويجلسانه، فيقولان له: من ربك؟ فيقول: هاه، هاه لا أدري،
فيقولان له: ما دينك؟ فيقول: هاه، هاه لا أدري، فيقولان: فما تقول في هذا الرجل
الذي بعث فيكم؟ فلا يهتدي لاسمه، فيقال: محمد، فيقول: هاه، هاه لا أدري، [سمعت
الناس يقولون ذاك، قال: فيقولان: لا دريت] [ولا تلوت] (١) فينادي منادي أن كذب عبدي
“Lalu ia didatangi dua malikat yang
sangat kejam. Mereka membentak, lalu mendudukkannya dan bertanya, 'Siapa
Tuhan-mu? Siapa nabimu? Apa agamamu?' Ini adalah ujian terakhir yang menimpa
seorang mukmin. Itulah makna firman Allah, 'Allah meneguhkan (iman) orang-orang
yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia.'[10]
Ia menjawab, 'Tuhan-ku Allah. Agamaku Islam. Nabiku Muhammad saw.' Tak lama
kemudian terdengar seruan dari langit, 'Hamba-Ku benar!'" Mengenai orang
kafir, beliau saw. bersabda, “Dua malaikat yang sangat kejam datang kepadanya.
Mereka membentak dan men-dudukkannya lalu bertanya, 'Siapa Tuhanmu?' Ia
menjawab, 'Ha, ha ... aku tidak tahu!' Mereka bertanya lagi, 'Apa agamamu?'
Jawabnya, 'Ha, ha ... aku tidak tahu!' Mereka bertanya lagi,'Apa pendapatmu
tentang laki-laki yang diutus kepada kalian ini?' Ia tidak mengenal namanya.
Ketika dijawab Muhammad,ia ber-kata, 'Ha, ha ... tidak tahu.' Lalu terdengarlah
seruan, 'HambaKu dusta!'"[11]
Dari Anas r.a. diriwayatkan bahwa
Rasulullah saw. bersabda,
إن العبد إذا وضع في قبره، وتولى عنه
أصحابه، إنه ليسمع قرع نعالهم، إذا انصرفوا: أتاه ملكان، فيقعدانه، فيقولان له: ما
كنت تقول في هذا الرجل، محمد؟ فأما المؤمن، فيقول: أشهد أنه عبد الله ورسوله..،
وأما الكافر أو المنافق، وفي رواية: وأما الكافر والمنافق - فيقول: لا أدري، كنت
أقول ما يقول الناس فيه، فيقال: لا دريت، ولا تليت.." رواه البخاري ومسلم
وأبو داو والنسائي
“Seorang hamba, jika telah dimasukkan ke dalam kubur dan
ditinggalkan oleh handai taulannya, ia dapat mendengar suara sendal mereka.
Jika mereka telah pergi, dua malaikat men-datanginya, mendudukkannya dan
bertanya, 'Apa komentarmu tentang lelaki bernama Muhammad?' Jika ia mukmin, ia
berkata, 'Aku bersaksi bahwa ia adalah hamba Allah dan Rasul-Nya.' Jika ia
kafir atau munafik (dalam sebuah riwayat: adapun orang kafir dan munafik), ia
menjawab, 'Aku tidak tahu. Aku hanya me-ngatakan apa yang orang-orang katakan
tentang dia'. Lalu ada seruan, 'Kamu tidak tahu dan tidak mengikutinya.'"[12]
Pada mulanya, Rasulullah saw. tidak tahu bahwa umatnya diuji di dalam kubur, kemudian Allah memberitahukan hal ini. Urwah bin Zubair meriwayatkan bahwa bibinya, Aisyah, berkata,
دخل علي رسول الله صلى الله عليه وسلم، وعندي امرأة من اليهود، وهي تقول: هل شعرت أنكم تفتنون في القبور؟ قالت: فارتاع رسول الله صلى الله عليه وسلم، وقال: " إنما تفتن اليهود "، قالت عائشة: فلبثنا ليالي، ثم قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: " هل شعرت أنه أوحي إليَّ أنَّكم تفتنون في القبور؟ " قالت عائشة: فسمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم، بعد: يستعيذ من عذاب القبر
“Rasulullah saw. masuk ke kamarku,
dan waktu itu aku bersama seorang wanita Yahudi. Wanita ini bertanya, 'Apakah
kalian akan diuji di dalam kubur?' Rasulullah saw. terkejut dan bersabda, 'Yang
diuji hanya Yahudi.' Beberapa hari kemudian, Rasulullah saw. bersabda [di
hadapan umatnya], 'Telah diwahyukan ke-padaku bahwa kalian akan diuji di dalam
kubur.' Setelah itu, aku mendengar Rasulullah saw. memohon perlindungan dari
siksa kubur."[13]
4.3.2. Apakah Orang Kafir Diuji di dalam Kubur
Hadis-hadis yang telah dikemukakan di
atas menunjukkan bahwa orang kafir diuji di dalam kubur. Namun, Tirmidzi, Ibn
Abdil Barr, dan Suyuthi[14]
berpandangan lain. Tirmidzi berargumen bahwa umat terdahulu, bila menolak
dakwah para rasul, diazab Allah hingga binasa. Adapun umat Islam, azabnya
ditang-guhkan. Nabi Muhammad saw. diutus dengan pedang. Orang-orang yang masuk
Islam karena takut dibunuh, sehingga men-jadi munafik karenanya, mereka ini
diazab di dalam kubur. Pendapat ini harus disoal, karena kenyataannya Allah
tidak lagi membinasakan umat-umat yang mendustakan rasul-Nya setelah Taurat
diturunkan.
Ibn Abdil Barr memperkuat pendapatnya
dengan hadis Rasul bahwa sesungguhnya umat ini diuji di dalam kubur (me-nurut
sebagian riwayat: ditanya).[15]
Hadis-hadis sahih menyatakan bahwa
fitnah kubur berlaku khusus bagi kaum mukmin dan umat Islam saja.
Abdul Haq al-Isybily, Ibn Qayyim,
al-Qurthubi, as-Safarini dan lainlain berpendapat bahwa pertanyaan kubur
berlaku umum, mencakup orang mukmin dan kafir.[16]
4.3.3. Apakah Non-mukalaf Diuji di dalam Kubur?
Fitnah kubur berlaku untuk semua
mukalaf, kecuali para nabi-yang dalam hal ini diperselisihkan[17]-para
syuhada dan orang-orang yang meninggal ketika bertugas di jalan Allah-yang
menurut beberapa hadis akan selamat dari fitnah kubur sebagaimana akan
dijelaskan nanti.
Para ulama berbeda pendapat mengenai nonmukalaf seperti anak kecil dan orang gila. Sebagian ulama, seperti Abu Ya'la dan Ibn Aqil, berpendapat bahwa mereka tidak mengalami fitnah kubur. Mereka berargumen bahwa ujian hanya menimpa orang yang terkena taklif, sedangkan nonmukalaf tidak terkena taklif. Tentu tidak benar meminta pertanggungjawaban dari orang yang tidak dikenai tanggung jawab (taklif).
Ulama lain berpendapat bahwa
nonmukalaf terkena fitnah kubur. Mereka yang berpendapat seperti ini adalah Abu
al-Hakim al-Hamdani dan Abu al-Hasan Ibn Abdus. Ibn Abdus menukil pendapat ini
dari para pengikut Imam Syafi'i. Imam Malik dan lainnya meriwayatkan dari Abu
Hurairah bahwa Rasulullah menyalati jenazah anak kecil, lalu beliau berdoa,
اللهم قه عذاب القبر وفتنة القبر
“Ya Allah, selamatkan ia dari azab dan fitnah kubur.” Pendapat ini sesuai dengan pendapat kebanyakan ulama dari kalangan ahli hadis dan ahli kalam yang menyatakan bahwa nonmukalaf mendapat ujian di akhirat, dan akan menjadi mukalaf di hari kiamat nanti. Pendapat ini juga dipegang dan dipilih sebagai pendapat Ahlu-sunah oleh Abu Hasan al-Asy'ari, serta merupakan inti pendapat Imam Ahmad[18].
4.4. Azab dan Nikmat Kubur
4.4.1. Hadis-hadis Mengenai Azab dan Nikmat Kubur Mutawatir
Penulis kitab al-Aqidah
ath-Thahawiyyah berkata,
وقد تواترت الأخبار عن رسول الله صلى
الله عليه وسلم في ثبوت عذاب القبر ونعيمه لمن كان لذلك أهلاً، وسؤال الملكين،
فيجب اعتقاد ثبوت ذلك والإيمان به، ولا نتكلم في كيفيته، إذ ليس للعقل وقوف على
كيفيته، لكونه لا عهد له به في هذه الدار، والشرع لا يأتي بما تحيله العقول، بل إن
الشرع قد يأتي بما تحار فيه العقول، فإن عودة الروح إلى الجسد ليس على الوجه
المعهود في الدنيا، بل تعاد إليه إعادة غير الإعادة المألوفة في الدنيا
“Hadis mengenai azab dan nikmat
kubur, dan mengenai pertanyaan malaikat Munkar dan Nakir, itu mutawatir.
Karenanya, wajib me-yakini dan mengimani hal itu, dan tidak perlu membincangkan
masalah caranya. Tidak ada otoritas bagi akal untuk memikirkan caranya, karena
akal tidak dapat berhubungan dengan alam ini. Syariat tidak membawa sesuatu
yang mustahil menurut akal, tetapi syariat terkadang membawa hal yang menjadi
kontroversi bagi akal. Dalam kasus ini, kembalinya roh ke jasad jangan
di-bayangkan menurut ukuran-ukuran duniawi; roh dikembalikan ke jasad dengan
cara yang berlainan dengan yang ada di du-nia."[19]
Di bagian lain, ia berkata
واعلم أن عذاب القبر وعذاب البرزخ
حق، فكل من مات وهو مستحق للعذاب ناله نصيبه منه، قبر أو لم يقبر، أكلته السباع أو
احترق حتى صار رماداً ونسف في الهواء، أو صلب أو غرق في البحر، وصل إلى روحه وبدنه
من العذاب ما يصل إلى المقبور، وما ورد من إجلاسه، واختلاف أضلاعه ونحو ذلك، فيجب
أن يفهم عن الرسول صلى الله عليه وسلم مراده من غير غلو ولا تقصير
“Ketahuilah bahwa azab kubur adalah
azab barzakh. Setiap yang mati dan pantas diazab, maka ia akan diazab, baik
dikubur atau tidak dikubur, seperti dimangsa hewan buas, terbakar hingga jadi
abu dan beterbangan di udara, disalib atau tenggelam di laut. Pada kondisi
seperti itu, azab mengenai roh dan badannya sama halnya dengan yang dikubur.
Adapun keterangan mengenai didudukkannya roh, tulang ru-suknya berlainan dan
sebagainya, maka kita wajib memahami maksud Rasulullah saw. tanpa berlebihan
dan mengurangi."[20]
وأنكرت الملاحدة ومن تمذهب بمذهب
الفلاسفة من الإسلاميين عذاب القبر، وقالوا: ليس له حقيقة، واحتجوا لذلك بأنهم
يفتحون القبور فلا يرون شيئاً مما أخبرت به النصوص
Kalangan ateis dan orang Islam yang
mengikuti pendapat para filosof mengingkari adanya azab kubur. Mereka beralasan
bahwa setelah membongkar kuburan, mereka tidak melihat sama sekali apa yang
diberitakan oleh nas-nas syariat. (Al-Qurthubi, at-Tadzkirat, h.125)
Kaum Khawarij dan sebagian Muktazilah seperti Dhiraribn Amru dan Bisyr alMaryasi juga mengingkari azab kubur. Ini bertentangan dengan pendapat seluruh kalangan Ahlusunah dan mayoritas
Muktazilah.[21]
Mereka semua tidak mempercayai apa yang di luar jangkau-an ilmu mereka Mereka mengira bahwa penglihatan mereka dapat melihat segala sesuatu dan pendengaran mereka dapat mendengar segala sesuatu, padahal kita saat ini telah mengetahui beberapa rahasia alam yang penglihatan dan pendengaran kita tak dapat menangkapnya. Orang yang beriman kepada Allah akan membenarkan berita-Nya.
Di dalam Alquran terdapat
isyarat-isyarat yang menunjukkan adanya azab kubur. Imam Bukhari mencantumkan bab“Azab Kubur” dalam bab “Jenazah.” Di dalam bab ini, ia menyebut-kan ayat-ayat Alquran: (Ingatlah) ketika orang-orang yang lalim (berada) dalam tekanan-tekanan sakaratul
maut, dan para malaikat memukul dengan tangan-nya, (sambil berkata),
إِذِ الظَّالِمُونَ فِي غَمَرَاتِ
الْمَوْتِ وَالْمَلآئِكَةُ بَاسِطُواْ أَيْدِيهِمْ أَخْرِجُواْ أَنفُسَكُمُ
الْيَوْمَ تُجْزَوْنَ عَذَابَ الْهُونِ
“Keluarkanlah nyawamu! Pada hari ini
kamu dibalas dengan siksaan yang sangat menghinakan." (Q.S. al-An'am: 93)
سَنُعَذِّبُهُم مَّرَّتَيْنِ ثُمَّ
يُرَدُّونَ إِلَى عَذَابٍ عَظِيمٍ
Nanti mereka akan Kami siksa dua
kali, kemudian mereka akan dikembalikan kepada azab yang besar. (Q.S.
at-Taubah:10)
Fir'aun besera kaumnya dikepung oleh azab yang amat buruk. Kepada mereka dinampakkan neraka pada pagi dan petang, dan pada hari terjadinya kiamat. Dikatakan kepada malaikat,
وَحَاقَ بِآلِ فِرْعَوْنَ سُوءُ الْعَذَابِ - النَّارُ يُعْرَضُونَ عَلَيْهَا غُدُوًّا وَعَشِيًّا وَيَوْمَ تَقُومُ السَّاعَةُ أَدْخِلُوا آلَ فِرْعَوْنَ أَشَدَّ الْعَذَاب
"...dan Firaun beserta kaumnya dikepung oleh azab yang amat buruk. Kepada mereka dinampakkan neraka pada pagi dan petang, dan pada hari terjadinya Kiamat. (Dikatakan kepada malaikat): "Masukkanlah Firaun dan kaumnya ke dalam azab yang sangat keras". (QS. Al Ghafir [40] ayat 45 - 46)
Ayat pertama yang dituturkan Bukhari berkenaan dengan bahwa malaikat mengazab orang-orang kafir pada saat sekarat sebagaimana telah dijelaskan. Ayat kedua menunjukkan adanya dua azab yang menimpa orang-orang munafik sebelum azab hari kiamat. Azab pertama adalah musibah yang ditimpakan oleh Allah di dunia dengan siksaan langsung oleh Allah atau lewat kaum mukmin, dan azab kedua adalah azab kubur.
Al-Hasan al-Basri berkata,
سَنُعَذِّبُهُم مَّرَّتَيْنِ)
[التوبة: ١٠١] : عذاب الدنيا، وعذاب القبر
“Akan Kami azab mereka dua kali" (QS. At Taubah ayat 101) maksudnya adalah azab dunia dan azab kubur."[22]
Ath-Thabari berkata,
والأغلب أن إحدى المرتين عذاب القبر، والأخرى تحتمل أحد ما تقدم ذكره من الجوع أو السبي أو القتل والإذلال أو غير ذلك
"Yang jelas, salah satu azab itu adalah azab kubur, dan yang satunya lagi mengandung berbagai kemungkinan seperti lapar, tertawan, terbunuh, atau dihinakan dan lain-lain."[23]
Ayat ketiga merupakan argumentasi
yang jelas bagi Ahlu-sunah dalam menetapkan adanya azab kubur. Dalam ayat itu
Allah menegaskan bahwa neraka ditampakkan kepada keluarga Fir'aun pada pagi dan
petang sebelum hari kiamat, karena se-telah itu Allah berfirman,
وَيَوْمَ تَقُومُ السَّاعَةُ
أَدْخِلُوا آلَ فِرْعَوْنَ أَشَدَّ الْعَذَابِ) [غافر: ٤٦
“Dan pada hari terjadinya kiamat, di-katakan kepada malaikat, 'Masukkanlah Fir'aun dan kaumnya ke dalam azab yang sangat keras.'" (QS. Ghafir [40] : 46)
قال القرطبي: " الجمهور على أن
هذا العرض يكون في البرزخ، وهو حجة في تثبيت عذاب القبر
Al-Qurthubi berkata, “Sebagian besar
ulama berpendapat bahwa penampakan ini terjadi di alam barzakh. Ini merupakan
argumentasinya dalam menetapkan adanya azab kubur." (Fath al-Bari, XI,
h.233)
Isyarat-isyarat Alquran lainnya yang jelas-jelas menunjukkan fitnah dan azab kubur adalah ayat,
يُثَبِّتُ اللهُ الَّذِينَ آمَنُواْ
بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الآخِرَةِ) [إبراهيم: ٢٧]
“Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat." (QS. Ibrahim: 27)
Dalam hadis riwayat al-Barra' ibn
'Azib, Nabi saw. bersabda,
إذا
أقعد المؤمن في قبره أتى ثم شهد أن لا إله إلا الله وأن محمداً رسول الله فذلك
قوله: (يُثَبِّتُ اللهُ الَّذِينَ آمَنُواْ بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ) [إبراهيم: ٢٧]
“Jika seorang mukmin telah dimasukkan
ke dalam kubur, ia datang dan bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan
Muhammad adalah utusan-Nya. Itulah makna ayat, 'Allah meneguhkan (iman)
orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh.'" (QS. Ibrahim: 27)
Dalam riwayat lain ada tambahan dari Nabi saw. setelah menyebut ayat
(يُثَبِّتُ اللهُ الَّذِينَ آمَنُواْ)
[إبراهيم: ٢٧]
“Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh" (QS. Ibrahim: 27) Ayat ini turun mengenai azab kubur."[24]
Aisyah meriwayatkan kepada kami,
أن
اليهودية دخلت عليها فذكرت عذاب القبر، فقالت لها: أعاذك الله من عذاب القبر،
فسألت عائشة الرسول صلى الله عليه وسلم عن عذاب القبر، فقال: نعم، عذاب القبر. قالت
عائشة رضي الله عنها: فما رأيت رسول الله صلى الله عليه وسلم بعد صلى إلا تعوذ من
عذاب القبر " زاد غندر: " عذاب القبر حق " رواه البخاري
Seorang wanita Yahudi masuk ke kamar Aisyah dan me-nyebut masalah azab kubur. Ia berkata kepada Aisyah, “Semoga Allah melindungimu dari azab kubur!” Aisyah bertanya kepada Rasulullah saw. mengenai azab kubur. Beliau menjawab, “Ya, azab kubur (ada).” Aisyah berkata, “Aku tidak melihat Rasulullah saw. setelah salat kecuali beliau memohon perlindungan kepada Allah dari azab kubur.” Ghandur berkata,” Azab kubur itu benar ada.”[25]
Dalam Shahih Muslim diriwayatkan bahwa Aisyah berkata,
دخلت عليَّ عجوزان من عُجُز يهود المدينة، فقالتا: إن أهل القبور يعذبون في قبورهم، قالت: فكذبتهما، ولم أنعم أن أصدقهما، فخرجتا، ودخل رسول الله صلى الله عليه وسلم، فقلت له: يا رسول الله إن عجوزين من عجز يهود المدينة دخلتا عليَّ، فزعمتا أن أهل القبور يعذبون في قبورهم، فقال: " صدقتا، إنهم يعذبون عذاباً تسمعه البهائم " قالت: فما رأيته بعد في صلاة إلا يتعوذ من عذاب القبر
“Dua wanita tua Yahudi Madinah masuk ke kamarku dan ber-kata, 'Sesungguhnya penghuni kubur itu diazab di dalam ku-bur.' Aku tidak mempercayai ucapan mereka dan belum siap membenarkan mereka. Sesaat kemudian mereka keluar dan Rasulullah saw. masuk. Aku berkata, 'Wahai Rasulullah, dua wanita tua Yahudi Madinah masuk ke kamarku dan mengatakan bahwa penghuni kubur diazab dalam kubur.' Beliau bersabda, 'Mereka benar. Penghuni kubur diazab dengan azab yang dapat didengar oleh hewan ternak.'" Aisyah mengatakan, “Aku tidak melihat Rasulullah saw. setelah salat kecuali beliau memohon perlindungan kepada Allah dari azab kubur.” (HR. Muslim)[26]
Karena sangat pentingnya masalah ini,
Rasulullah saw. meng-ajarkannya kepada para sahabat. Bahkan beliau pernah berkhotbah mengenai hal ini. Dalam Shahih al-Bukhari disebutkan bahwa Asma binti Abu Bakar berkata,
قام رسول الله صلى الله عليه وسلم
خطيباً فذكر فتنة القبر التي يفتن فيها المرء، فلما ذكر ذلك ضج المسلمون ضجة
" رواه البخاري والنسائي،
“Rasulullah saw. suatu ketika berkhotbah dan menyebut tentang fitnah kubur yang dialami manusia. Setelah beliau menyebut hal itu,terjadi kega-duhan di kalangan kaum muslim." (HR. Bukhari dan Nasai)[27]
Dalam riwayat an-Nasa'i, ada
tambahan,
حالت بيني وبين أن أفهم كلام رسول
الله صلى الله عليه وسلم، فلما سكنت ضجتهم، قلت لرجل قريب مني: أي بارك الله لك،
ماذا قال رسول الله صلى الله عليه وسلم آخر قوله؟ قال: قد أوحى إلي: أنكم تفتنون
في القبور قريباً من فتنة الدجال
“Aku tidak jelas memahami pembicaraan Rasulullah saw. Ketika orang-orang sudah tenang, aku berkata kepada seorang lelaki di dekatku,'Semoga Allah memberkatimu! Apakah yang diucapkan Rasulullah saw. pada akhir pembicaraannya?' Ia menjawab, 'Telah diwahyukan kepadaku bahwa kalian akan diuji di dalam kubur dengan ujian yang mirip dengan fitnah Dajal.'" (HR. Muslim)[28]
سماع الرسول صلى الله عليه وسلم
أصوات المعذبين: وقد أعطى الله رسوله القدرة على سماع المعذبين في قبورهم، ففي
الحديث الذي يرويه مسلم في صحيحه عن زيد بن ثابت رضي الله عنه قال: " بينما
النبي صلى الله عليه وسلم في حائط لبني النجار، على بغلة له، ونحن معه، إذ حادت
به، فكادت تلقيه، وإذا أقبر ستة أو خمسة أو أربعة، فقال: من يعرف أصحاب هذه
الأقبر؟ فقال رجل: أنا، قال: فمتى مات هؤلاء؟ قال: ماتوا في الإشراك، فقال: إن هذه
الأمة تبتلى في قبورها، فلولا أن لا تدافنوا، لدعوت الله أن يسمعكم من عذاب القبر
الذي أسمع منه "
Rasulullah saw. Mendengar Suara Mayat yang DisiksaAllah memberikan kemampuan kepada Rasul-Nya untuk mendengar orang-orang yang disiksa dalam kubur. Dalam hadis riwayat Muslim dikatakan bahwa Za'id bin Tsabit berkata: Pada saat Nabi saw. berada di kebun Bani Najjar sambil naik keledai dan kami menyertainya, tiba-tiba keledai itu menyimpang dari jalanan, lari, dan hampir saja menghempaskan beliau. Ternyata di situ terdapat kuburan enam, lima atau empat orang. Beliau saw. bertanya, “Siapa yang mengenal penghuni kuburan ini?” Seorang laki-laki menjawab, “Saya”. Beliau bertanya lagi, “Kapan mereka meninggal?" Ia menjawab, "Ketika mereka syirik”. Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya umat ini diuji dalam kuburannya, dan kalau bukan karena kalian akan takut mengu-burkan, sungguh aku akan berdoa kepada Allah agar Ia mem-perdengarkan azab kubur yang kudengar kepada kalian." (HR. Muslim)[29]
Dalam Shahih al-Bukhari dan Shahih
Muslim dan Sunan an-Nasa, Abu Ayyub al-Anshari berkata,
خرج رسول الله صلى الله عليه وسلم
بعدما غربت الشمس، فسمع صوتاً، فقال: يهود تعذب في قبورها "
Rasulullah saw. keluar pada malam hari setelah matahari terbenam. Tiba-tiba be-liau mendengar suara dan bersabda, “Seorang Yahudi sedang disiksa dalam kuburnya."[30]
Dalil lain yang menunjukkan bahwa
Rasulullah saw. mende-ngar suara orang yang diazab dalam kubur adalah hadis riwayat Bukhari Muslim dari Ibn Abbas.
وفيه أن الرسول صلى الله عليه وسلم
مرّ بقبرين، فقال: " إنهما ليعذبان وما يعذبان في كبير.. "
Disebutkan bahwa Rasulullah saw. melewati dua kuburan lalu beliau bersabda,“Keduanya sedang disiksa, tapi bukan karena dosa besar.” Selengkapnya akan disebutkan nanti, insya Allah.
Selain Rasulullah saw. yang Mendengar Suara Mayat yang Disiksa Sebagian orang ada yang mengaku bahwa mereka dapat mendengar atau melihat orang-orang yang disiksa di dalam kubur. Di antara mereka adalah tokoh-tokoh terpercaya yang tak memiliki cacat dalam agama dan kejujuran mereka.
Ibn Taimiyah berkata,
قد يكشف لكثير من أبناء زماننا يقظة
ومناماً، ويعلمون ذلك ويتحققونه، وعندنا من ذلك أمور كثيرة
“Terkadang hal itu tersingkap bagi orang-orang pada zaman ini, baik dalam keadaan terjaga atau tidur. Mereka mengetahui dan memastikan kebenarannya. Kami dapat menyodorkan banyak hal mengenai hal itu."[31]
وقال في موضع آخر في معرض رده على
المكذبين بعذاب القبر " وإذا عرف أن النائم يكون نائماً وتقعد روحه وتقوم
وتمشي، وتذهب وتتكلم وتفعل أفعالاً وأموراً بباطن بدنه مع روحه، ويحصل لبدنه وروحه
بها نعيم وعذاب، مع أن جسده مضطجع، وعينيه مغمضة، وفمه مطبق، وأعضاؤه ساكنة، وقد
يتحرك لقوة الحركة الداخلة، وقد يقوم ويمشي ويتكلم ويصيح، لقوة الأمر في باطنه،
كان هذا مما يعتبر به أمر الميت في قبره، فإن روحه تقعد، وتجلس، وتسأل، وتنعم،
وتعذب، وتصيح وذلك متصل ببدنه، مع كونه مضطجعاً في قبره، وقد يقوى ذلك حتى يظهر
ذلك في بدنه، وقد يرى خارجاً من قبره، والعذاب عليه، وملائكة العذاب موكلة به،
فيتحرك بدنه، ويمشي ويخرج من قبره، وقد سمع غير واحد أصوات المعذبين في قبورهم،
وقد شوهد من يخرج من قبره وهو معذب، ومن يقعد بدنه أيضاً إذا قوي الأمر، لكن ليس
هذا لازماً في حق كل ميت، كما أن قعود بدن النائم لما يراه، ليس لازماً لكل نائم،
بل هو بحسب قوة الأمر
Dalam rangka membantah kalangan yang menolak adanya azab kubur, Ibn Taimiyah berkata: Jika diketahui bahwa pada saat tidur, roh orang yang tidur duduk, berdiri, berjalan, pergi, berbicara dan melakukan banyak hal dengan batin bersama rohnya, dan badan serta rohnya mem-peroleh kenikmatan serta azab padahal jasadnya terbaring, mata-nya terpejam, mulutnya terkatup, anggota tubuhnya diam, dan terkadang ia bergerak dengan kekuatan gerakan dalam, terkadang juga berdiri, berjalan, berbicara dan berteriak karena kekuatan dalam batinnya, maka seperti inilah keadaan orang mati di da-lam kubur. Rohnya, duduk, meminta, merasa nikmat dan seng-sara, dan berteriak, pada saat yang sama ia masih berhubungan dengan badannya yang terbaring di dalam kubur. Terkadang hal itu menguat sampai nampak pada badannya. Terkadang ia terlihat keluar dari kubur sedangkan azab masih menimpa dirinya dan malaikat azab menyertainya. Badannya bergerak, berjalan dan keluar dari kubur. Lebih dari seorang telah mendengar suara orang-orang yang sedang diazab di dalam kubur. Juga telah di-saksikan mayat-mayat yang keluar dari kubur dalam keadaan tersiksa, dan mayat-mayat yang duduk. Namun hal ini tak selalu dialami oleh setiap mayat. Sama halnya dengan duduknya orang tidur, tidak selalu terjadi, akan tergantung pada keadaannya[32].
Referensi : Yaumul Akhir karya Syekh Dr. Umar Asyqar, (hal. 41 - 53)
[1]
Diriwayatkan oleh Tirmidzi dan Ibn Majah. Tirmidzi berkata,“Ini hadis
gharib." Lihat Misykat alMashabih, I,h. 48;Jami'al-Ushul, XI, h. 164.
Syekh Nashir berkata dalam komentarnya terhadap alMisykat, "Sanadnya
hasan." Lihat Shahih Jami'ash-Shaghir, II,h. 85
[2] Ini merupakan potongan dari hadis al-Barra' yang telah
dikemukakan di atas.
[3]
Potongan dari hadis al-Barra' yang telah dikemukakan di atas (kehadiran
malaikat saat sakatatul maut)
[4]
Shahih Bukhari, bab, Ahkam alJana'iz, h.87, no. 460, 1337, Muslim, 956. Ini
lafazh Muslim.
[5]
Diriwayatkan oleh an-Nasa'i dalam bab "Jenazah" bab “Himpitan dan
Jepitan Kubur", IV, h. 100. Syekh Nashiruddin al-Albani berkomentar dalam
Misykat al-Mashabih, I, h. 49,“Sanadnya sahih menurut syarat Muslim."
[6]
Syekh Nashiruddin al-Albani berkata dalam Shahih alJami', II, h. 236, ”Sanadnya
hasan.”
[7] Syekh al-Albani berkata dalam Shahih al-Jami',V, h.
71, "Sanadnya sahih."
[8]
Shahih al-Jami', V, h. 56
[9]
Diriwayatkan oleh Tirmidzi dalam bab
"Jenazah", bab "Yang Terjadi dalam Azab Kubur", III, h. 383. Bcliau berkata, "Ini hadis hasan
gharib". Pentahkik kitab tersebut, Syekh Ahmad Syakir, berkata, “Hadis ini
tidak diriwayatkan oleh ashhab as-sittah kecuali Tirmidzi." Syekh
Nasiruddin al-Albani menilainya hasan dalam Shahih al-Jami' ash-Shaghir, I, h.
259, dan dicantumkan dalam Silsilah alAhadits ash-Shahihah, hadis no. 1391
[10] Q.S. Ibrahim:27
[11]
Hadis sahih. Telah dinukil di depan.
[12]
Diriwayatkaan oleh Bukhari, Muslim, Abu Dawud, dan an-Nasa'i. Lihat
Jami'al-Ushul, XI, h. 173
[13]
Diriwayatkan oleh Muslim dalam Shahih-nya,bab "Mesjid dan Tempattempat
Salat", subbab “Anjuran Membaca Taawud dari Azab Kubur",hadis no.
584,I, h. 410)
[14] As-Safarini, Lawami al-Anwar al-Bahiyyah,II,h.10
[15]
Lawami'al-Anwar al-Bahiyyah, II, h 10, dan Tadzkirah alQurthubi, h.147
[16] As-Safarini,Lawami'al-Anwar al-Bahiyyah,, II, h.
10;al-Qurthubi, Tadzkirah, h. 147.
[17] Majmu'al Fatawa, IV,h.257
[18]
Majmu al-Fatawa, karya Syekh Islam Ibnu Tamiyah, (4, 277/257)
[19] Syarh al-'Aqidah ath-Thahawiyah, h.450.
[20]
Syarh al-'Aqidah ath-Thahawiyah, h.451.
[21] Fath al-Bari, III,h. 233.
[22] Fath al-Bari ,III, h.233.
[23]
Fath al-Bari ,III, h.233.
[24]
Diriwayatkan Bukhari dalam shahihnya, kitab aj Janaiz, bab keterangan tentang
adzab kubur, Fath al Baari (3/231)
[25] Fath al Baari (3/231)
[26] Shahih Muslim, bab "Mesjid", bab,
“Dianjurkan Berlindung dari Azab Kubur",I, h.411)
[27]
Shahih al-Bukhari, bab "Jenazah", bab "Azab Kubur". Lihat
Fath al-Bari, III, h.232)
[28]
Diriwayatkan oleh an-Nasa'i.
Lihat Jami' al-Ushul, XI, h. 170)
[29]
Diriwayatkan oleh Muslim dalam Shahih-nya, bab "Surga", bab
“Penam-pakan Tempat Tinggal Mayat:Surga atau Neraka",IV, h.2199)
[30]
Jami'al-Ushul, XI, h.172)
[31] Majmu'al-Fatawa, XXIV, h. 376.
[32] Majmu'al-Fatawa, V, h. 525.
0 Comments
Informasi:
Form komentar ini menggunakan moderasi, setiap komentar yang masuk akan melalui proses pemeriksaan sebelum ditampilkan dalam kolom komentar. Memasang link di komentar tidak akan ditampilkan. Hanya komentar yang membangun dan sesuai topik artikel saja yang akan saya tampilkan. Mohon maaf atas ketidaknyamanannya.