Tahlil dan Baca Quran Buat Orang Mati

Tahlil dan Baca Quran Buat Orang Mati

SOAL : Seorang yang telah mati, kemudian kita mengucapkan atau menghadiahkan bacaan Qur’an atau Tahlil kepadanya. Apakah sampai kepadanya pahala itu?

JAWAB : Jawabnya menurut ayat-ayat Qur’an, bahwa pahala Qur’an atau Tahlil atau lain-lain amalan yang dibuat oleh orang yang hidup untuk orang yang mati itu, tidak sampai kepada simati itu.

Dengarkan sabda Nabi Saw :

إذَا مَاتَ ابْنُ آدَمَ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إلاَّ مِنْ ثَلاَثٍ : صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ أو عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ أوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُوْ لَهُ. (ح.ص.ر ابُو دَاوُدَ)

Artinya : Apakah anak Adam itu mati, maka putuslah amalannya, kecuali tiga perkara, pertama shadaqah jariah (waqaf), kedua ilmu yang orang ambil manfaatkan daripadanya, ketiga anak yang shalih yang mendo’akan dia. (HSR. Abu Dawud).

Maksud dari pada hadits itu, bahwa amalan simati itu, tidak akan bertambah, kecuali dengan tiga yang disebut itu; dan yang disebut itu adalah dari usaha sendiri pada waktu hidupnya.

Dan firman Allah :

وَاَنْ لَيْسَ لِلإِنْسَانِ إلاَّ مَا سَعَى. (ق النَجم : 39).

Artinya : Dan sesungguhnya manusia tidak akan dapat (ganjaran) melainkan (dari) apa ia kerjakan (sendiri). (QS. An-Najm ayat 39).

Dan firman Allah :

فَالْيَوْمَ لاَ تُظْلَمُ نَفْسٌ شَيْئًا وَلاَ تُجْزَوْنَ إلاَّ مَا كُنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ. (ق يس: 54)

Artinya : Maka pada hari Qiamat ini, tidaklah seseorang akan dianiaya sedikit juapun, dan tidak dibalas kamu, kecuali apa yang kamu kerjakan. (QS. Yasin ayat 54).

Maksud ayat ini, menyatakan dengan terang bahwa pada hari Qiamat itu, tidaklah seorang akan dianiaya; dan manusia itu tidaklah akan dapat upah (ganjaran), melainkan dari apa yang diusahakannya di atas dunia ini. Usaha orang lain, seperti membaca al-Qur’an, Tahlil dan sebagainya itu, tidaklah si matiakan dapat pahalanya. Lagi, kalau sampai pahala al-Qur’an atau Tahlil itu kepada si mati, tentulah dikerjakan oleh Nabi Saw atau oleh shahabat-shahabatnya, dan tentulah diriwayatkan daripadanya, padahal satu patah kalimatpun tidak menunjukkan kepada demikian itu.

Adapun juga orang meriwayatkan Hadits-hadits tentang anak menghajjikan orang tuanya dan juga tentang orang hidup bersedekah untuk orang yang sudah mati, tetapi sebab sekalian itu berlawanan dengan ayat-ayat Qur’an yang begitu kuat dan tegas, maka tak dapatlah kita katakan hadits-hadits itu shahih. Soal-Jawab A. Hassan (1-2) hal. 217 – 219).

Baca Juga : 


Baca Juga

Post a Comment

0 Comments

Contact Us