Puasa Pada Hari yang Meragukan

Shaum Pada Hari yang Meragukan

وَعَنْ عَمَّارِ بْنِ يَاسِرٍ رضي الله عنه قَالَ: ( مَنْ صَامَ اَلْيَوْمَ اَلَّذِي يُشَكُّ فِيهِ فَقَدْ عَصَى أَبَا اَلْقَاسِمِ صلى الله عليه وسلم ) وَذَكَرَهُ اَلْبُخَارِيُّ تَعْلِيقًا, وَوَصَلَهُ اَلْخَمْسَةُ, وَصَحَّحَهُ اِبْنُ خُزَيْمَةَ, وَابْنُ حِبَّانَ

610. Dari Ammar Ibnu Yasir Radliyallaahu 'anhu berkata: "Barangsiapa shaum pada hari yang meragukan, maka ia telah durhaka kepada Abdul Qasim (Muhammad) Shallallaahu 'alaihi wa Sallam."

Bukhari mencantumkannya sebaga ta'liq, Imam Lima menilainya maushul, sedang Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban menilainya hadits shahih.

Takhrij Hadits :

Shahih Al Bukhari (4/119) no. 11.

Imam yang lima :

Abu Dawud (2334), Tirmidzi (686), Ibnu Majah (1645), Nasai (4/153).

Shahih Ibnu Khuzaiman (1914).

(Shahih Ibnu Hibban) Al Ihsan fi Taqrib Shahih Ibnu Hibban ditahqiq oleh Syekh Syu'aib al Arnauth (3585).

Diriwayatkan pula oleh Daruquthni, Hakim, Baihaqi, Ibnu Abi Syaibah, Abdurrazaq (7318), Abu Ya'la (3/208 no. 43/1644) dari berbagai jalur periwayatan.

Lihat Kitab Subulus Salam al Mushilah ila al bulugh al maram ditahqiq dan ditakhrij oleh Muhammad Shabhi Hasan Halaq (4/83).

Keterangan :

(Imam yang lima menilainya maushul) sampai kepada Ammar, lalu Ibnu Hajar menambahkan Al-Hakim di dalam Fath Al-Bari dan menjelaskan bahwa mereka meriwayatkannya secara maushul melalui jalur Amr bin Qais dari Abu Ishaq dengan lafazh,

كُنَّا عِنْدَ عَمَّارِ بْنِ يَاسِرٍ فَأُتِيَ بِشَاةٍ مَصْلِيَّةٍ فَقَالَ: كُلُوا فَتَنَحَّى بَعْضُ الْقَوْمِ فَقَالَ: إنِّي صَائِمٌ، فَقَالَ عَمَّارٌ: مَنْ صَامَ إلَخْ

"Saat itu kami berada di sisi Ammar bin Yasir lalu dihidangkan kepadanya kambing panggang,lalu ia berkata, "Makanlah.,, Kemudian beberapa orang menjauhkan diri, seraya berucap, "sesungguhnya aku sedang berpuasa." Lalu Ammar bin Yasir berkata, "Barangsiapa...".

قَالَ ابْنُ عَبْدِ الْبَرِّ: هُوَ مُسْنَدٌ عِنْدَهُمْ لَا يَخْتَلِفُونَ فِي ذَلِكَ. انْتَهَى

Ibnu Abdil Barr berkata, "Ia orang yang bisa dipercaya, dan mereka tidak memperselisihkan hal tersebut."

Ash Shan'ani mengatakan,

وَهُوَ مَوْقُوفٌ لَفْظًا مَرْفُوعٌ حُكْمًا وَمَعْنَاهُ مُسْتَفَادٌ مِنْ أَحَادِيثِ النَّهْيِ عَنْ اسْتِقْبَالِ رَمَضَانَ بِصَوْمٍ وَأَحَادِيثِ الْأَمْرِ بِالصَّوْمِ لِرُؤْيَتِهِ.

Hadits tersebut adalah hadits mauquf jika dilihat dari sisi lafazhnya, namun hukumnya marfu' , dan maknanya juga bisa disimpulkan dari berbagai hadits yang melarang menyambut bulan Ramadhan dengan puasa maupun hadits- hadits yang memerintahkan untuk berpuasa berdasarkan adanya ru'yah hilal.

وَاعْلَمْ أَنَّ يَوْمَ الشَّكِّ هُوَ يَوْمُ الثَّلَاثِينَ مِنْ شَعْبَانَ إذَا لَمْ يُرَ الْهِلَالُ فِي لَيْلِهِ بِغَيْمٍ سَاتِرٍ أَوْ نَحْوِهِ فَيَجُوزُ كَوْنُهُ مِنْ رَمَضَانَ وَكَوْنُهُ مِنْ شَعْبَانَ

Ketahuilah, bahwa yang dimaksud dengan hari yang meragukan -yaum as-syakk- ialah hari ketiga puluh dari bulan Sya'ban jika pada malam harinya tidak terlihat hilal dikarenakan awan yang menutupi pandangan atau karena adanya halangan yang lain, sehingga hari tersebut bisa jadi merupakan permulaan bulan Ramadhan atau bagian dari bulan sya'ban.

 

وَالْحَدِيثُ وَمَا فِي مَعْنَاهُ يَدُلُّ عَلَى تَحْرِيمِ صَوْمِهِ وَإِلَيْهِ ذَهَبَ الشَّافِعِيُّ وَاخْتَلَفَ الصَّحَابَةُ فِي ذَلِكَ مِنْهُمْ مَنْ قَالَ بِجَوَازِ صَوْمِهِ وَمِنْهُمْ مَنْ مَنَعَ مِنْهُ وَعَدَّهُ عِصْيَانًا؛ لِأَبِي الْقَاسِمِ وَالْأَدِلَّةُ مَعَ الْمُحَرِّمِينَ

Hadits ini beserta hadits-hadits serupa menjelaskan haramnya berpuasa pada hari tersebut, dan inilah pendapat Asy-Syafi'i. Namun para sahabat berselisih pendapat dalam masalah tersebut, ada sebagian yang berpendapat bahwa berpuasa pada hari tersebut hukumnya mubah, dan ada sebagian lain yang mengharamkannya dan menganggap perbuatan tersebut sebagai bentuk kemaksiatan kepada Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam, dan dalil-dalil yang ada menguatkan pendapat kedua ini.

وَأَمَّا مَا أَخْرَجَهُ الشَّافِعِيُّ عَنْ فَاطِمَةَ بِنْتِ الْحُسَيْنِ أَنَّ عَلِيًّا - عَلَيْهِ السَّلَامُ - قَالَ ": لَأَنْ أَصُومَ يَوْمًا مِنْ شَعْبَانَ أَحَبُّ إلَيَّ مِنْ أَنْ أُفْطِرَ يَوْمًا مِنْ رَمَضَانَ " فَهُوَ أَثَرٌ مُنْقَطِعٌ عَلَى أَنَّهُ لَيْسَ فِي يَوْمِ شَكٍّ مُجَرَّدٍ بَلْ بَعْدَ أَنْ شَهِدَ عِنْدَهُ رَجُلٌ عَلَى رُؤْيَةِ الْهِلَالِ فَصَامَ وَأَمَرَ النَّاسَ بِالصِّيَامِ وَقَالَ: لَأَنْ أَصُومَ إلَخْ

Sedangkan hadits yang diriwayatkan oleh Asy-Syafi'i dari Fatimah binti Al-Husain yang menjelaskan bahwa Ali Radhiyallahu Anhu berkata, "Berpuasa sehari pada bulan Sya'ban lebih aku sukai dari pada tidak berpuasa sehari dari bulan Ramadhan." Ini adalah atsar munqathi', apalagi ungkapan ini tidak berkenaan secara khusus dengan hari yang meragukan -yaum syak-, karena saat itu ada seseorang yang bersaksi di hadapannya, bahwa hilal telah terlihat, maka ia berpuasa dan memerintahkan orang-orang untuk berpuasa, seraya berkata, "Berpuasa sehari pada bulan..."

Kemudian di antara hadits yang menegaskan hukum ini ialah hadits lbnu Abbas,

وَمِمَّا هُوَ نَصٌّ فِي الْبَابِ حَدِيثُ ابْنِ عَبَّاسٍ «فَإِنْ حَالَ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَهُ سَحَابٌ فَأَكْمِلُوا الْعِدَّةَ ثَلَاثِينَ وَلَا تَسْتَقْبِلُوا الشَّهْرَ اسْتِقْبَالًا» أَخْرَجَهُ أَحْمَدُ وَأَصْحَابُ السُّنَنِ وَابْنُ خُزَيْمَةَ وَأَبُو يَعْلَى

"Jika kalian terhalangi oleh awan untuk melihat hilal, maka sempurnakanlah bilangan -bulan Sya'ban- menjadi tiga puluh hari, dan janganlah kalian mendahului bulan -Ramadhan-." (HR. Ahmad, para perawi As-Sunan Ibnu Khuzaimah dan Abu Ya'la). (Shahih Abi Dawud 2327).

وَأَخْرَجَهُ الطَّيَالِسِيُّ بِلَفْظِ «وَلَا تَسْتَقْبِلُوا رَمَضَانَ بِيَوْمٍ مِنْ شَعْبَانَ» وَأَخْرَجَهُ الدَّارَقُطْنِيُّ وَصَحَّحَهُ ابْنُ خُزَيْمَةَ فِي صَحِيحِهِ

Ath-Thayalisi meriwayatkan dengan lafazh, "Dan janganlah kalian mendahului bulan Ramadhan dengan satu hari dari bulan Sya'ban." (Musnad ath-Thayalisi (2793).

Hadits tersebut juga diriwayatkan oleh Ad-Daraquthni dan dishahihkan oleh Ibnu Khuzaimah di dalam Shahih lbni Khuzaimah.

وَلِأَبِي دَاوُد مِنْ حَدِيثِ عَائِشَةَ «كَانَ رَسُولُ اللَّهِ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - يَتَحَفَّظُ مِنْ شَعْبَانَ مَا لَا يَتَحَفَّظُ مِنْ غَيْرِهِ يَصُومُ لِرُؤْيَةِ الْهِلَالِ أَيْ هِلَالِ رَمَضَانَ فَإِنْ غُمَّ عَلَيْهِ عَدَّ ثَلَاثِينَ يَوْمًا ثُمَّ صَامَ»

Abu Dawud meriwayatkan dari Aisyah, "Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam sangat perhatian pada [beberapa hari di bulan Sya'ban [untuk menyambut kedatangan Ramadhan] yang tidak pernah beliau lakukan pada bulan yang lain, beliau berpuasa berdasarkan ru'yah hilal bulan Ramadhan, dan jika (ru'yah) terhalangi oleh awan maka beliau menggenapkan hitungan bulan Sya'ban- tiga puluh hari, kemudian beliau berpuasa [Ramadhan]. " (Shahih Abi Dawud (2325).

وَأَخْرَجَ أَبُو دَاوُد مِنْ حَدِيثِ حُذَيْفَةَ مَرْفُوعًا «لَا تَقَدَّمُوا الشَّهْرَ حَتَّى تَرَوْا الْهِلَالَ أَوْ تُكْمِلُوا الْعِدَّةَ ثُمَّ صُومُوا حَتَّى تَرَوْا الْهِلَالَ أَوْ تُكْمِلُوا الْعِدَّةَ»

Abu Dawud juga meriwayatkan dari Hudzaifah secara marfu', "Janganlah kalian mendahului bulan -Ramadhan- hingga kalian melihat hilal atau kalian menggenapkan bilangan [bulan Sya'banl tiga puluh [hari], kemudian berpuasalah hingga kalian melihat hilal lagi atau kalian menggenapkan hitungan tiga puluh.

وَفِي الْبَابِ أَحَادِيثُ وَاسِعَةٌ دَالَّةٌ عَلَى تَحْرِيمِ صَوْمِ يَوْمِ الشَّكِّ مِنْ ذَلِكَ قَوْلُهُ:

Dan dalam masalah ini, masih terdapat banyak hadits yang menjelaskan larangan berpuasa pada hari yang meragukan di antaranya hadits berikut ini.

Sumber : Subulus Salam Syarh Bulughul Maram versi arab (2/419). Lihat Kitab Subulus Salam al Mushilah ila al bulugh al maram ditahqiq dan ditakhrij oleh Muhammad Shabhi Hasan Halaq (4/85).

Baca Juga : 


Baca Juga

Post a Comment

0 Comments

Contact Us