Oleh KH. Zae Nandang
Barisan adalah cerminan kekompakan sebuah kelompok. Kompak adalah satu keadaaan ketika sebuah kelompok bersatu padu, satu rasa, satu suara satu usaha, dalam menghadapi atau menanggapi sesuatu, karena itu, kekompakkan merupakan faktor terbesar lahirnya kekuatan yang akan mengantarkan kepada kemenangan. Kompak atau tidaknya sebuah kelompok dapat dinilai dari kualitas barisannya. Barisan kelompok yang mencerminkan kekompakkan adalah barisan yang rapi, lurus, dan rapat; barisan yang memancarkan aura kekuatan yang menggentarkan lawan.
Perkara barisan
sangatlah diperhatikan oleh Islam. Dalam Al-Qur’an ada dua surat yang
masing-masing dinamai ash-shaf(barisan) dan ash-Shaffat
(malaikat yang berbaris). Kata shaf artinya barisan, baik secara dzahir
atau maknawi. Firman Allah Swt :
Sesungguhnya Allah menyukai orang yang
berperang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti
suatu bangunan yang tersusun kokoh. (QS.
Ash-Shaf [61] : 4)
Karena bangunan yang kokoh adalah kumpulan batu yang bersatu, tersusun dengan teratur, merapat dengan sangat kuat. Bukan batu yang tercecer dan terpisah.
Mengenai hal ini, alangkah perlunya kita memperhatikan nasihat-nasihat Rasulullah Saw kepada para sahabatnya sesaat sebelum melaksanakan shalat, yang mengilustrasikan dengan jelas tentang betapa pentingnya merapikan, meluruskan, dan merapatkan barisan.
Rasulullah Saw berseru; Luruskan shaf-shaf kamu, karena sesungguhnya lurusnya shaf itu di antara syarat kesempurnaan shalat. (HR. Al-Bukhari).
Rasulullah Saw memperingatkan, “dan janganlah kamu berselisih (tidak lurus dalam barisan), karena hati-hati kamu akan berselisih (HR. Muslim). Karena, sebagaimana telah ditegaskan, barisan yang rapih dan lurus adalah pertanda hati yang serasi (kompak), satu rasa, satu suara, satu usaha.
Demikian juga Nabi Saw menyuruh agar merapatkan barisan, sembari menutup celah-celah yang kosong (suddul-khalal). Karena jika dibiarkan kosong, maka celah-celah tersebut akan diisi oleh setan yang gemar mengganggu dan menggoda untuk menjatuhkan seseorang dari kekhusyuan dalam shalat sehingga shalatnya menjadi rusak. Jika shalat adalah miniatur kehidupan, maka seharusnya kita bisa langsung paham, bahwa penyebab lemahnya kaum muslimin dalam pelbagai aspek kehidupan sesungguhnya dikarenakan setan yang leluasa menggoda, akibat dari tidak ada satu rasa, satu suara, satu usaha.
Rapatkan barisan, tutup celah kesempatan bagi
setan – baik setan dari kalangan manusia, maupun setan dari kalangan jin – yang
dapat merusak aqidah, ibadah, dan muamalah, serta menghancurkan kesatuan dan persatuan
umat. Jika aqidah rusak, maka rusaklah hati. Jika hati sudah rusak perbuatan
lisan dan tangan, dan tidak akan tercipta satu rasa, satu suara, satu usaha
dalam menegakkan kebaikan dan mencegah kemungkaran. Jika sudah begitu maka
tunggulan kehancuran. [firms].
0 Comments
Informasi:
Form komentar ini menggunakan moderasi, setiap komentar yang masuk akan melalui proses pemeriksaan sebelum ditampilkan dalam kolom komentar. Memasang link di komentar tidak akan ditampilkan. Hanya komentar yang membangun dan sesuai topik artikel saja yang akan saya tampilkan. Mohon maaf atas ketidaknyamanannya.