Mengharapkan Berkah Dari Pepohonan, Bebatuan, atau yang Sejenisnya

Mengharapkan Berkah Dari Pepohonan, Bebatuan, atau yang Sejenisnya

Firman Allah Swt,

اَفَرَءَيْتُمُ اللّٰتَ وَالْعُزّٰى وَمَنٰوةَ الثَّالِثَةَ الْاُخْرٰى اَلَكُمُ الذَّكَرُ وَلَهُ الْاُنْثٰى تِلْكَ اِذًا قِسْمَةٌ ضِيْزٰى اِنْ هِيَ اِلَّآ اَسْمَاۤءٌ سَمَّيْتُمُوْهَآ اَنْتُمْ وَاٰبَاۤؤُكُمْ مَّآ اَنْزَلَ اللّٰهُ بِهَا مِنْ سُلْطٰنٍۗ اِنْ يَّتَّبِعُوْنَ اِلَّا الظَّنَّ وَمَا تَهْوَى الْاَنْفُسُۚ وَلَقَدْ جَاۤءَهُمْ مِّنْ رَّبِّهِمُ الْهُدٰىۗ

19.  Maka apakah patut kamu (orang-orang musyrik) menganggap (berhala) Al-Lata dan Al-‘Uzza,

20.  dan Manat, yang ketiga (yang) kemudian (sebagai anak perempuan Allah).

21.  Apakah (pantas) untuk kamu yang laki-laki dan untuk-Nya yang perempuan?

22.  Yang demikian itu tentulah suatu pembagian yang tidak adil.

23.  Itu tidak lain hanyalah nama-nama yang kamu dan nenek moyangmu mengada-adakannya; Allah tidak menurunkan suatu keterangan apa pun untuk (menyembah)nya. Mereka hanya mengikuti dugaan, dan apa yang diingini oleh keinginannya. Padahal sungguh, telah datang petunjuk dari Tuhan mereka. (QS. An-Najm [53] ayat 19-23).

Abu waqid Al-Laitsi menuturkan,

خَرَجْنَا مَعَ رَسُوْلِ اللهِ صلى الله عليه وسلم إلَى حُنَيْنٍ، وَنَحْنُ حدثاء عَهد بِكفر، وَلِلْمُشْرِكِيْنَ سِدْرَةٌ يَعْكِفُوْنَ عِنْدَهَا، وَيَنوطون بِهَا أسْلِحَتِهِم، يُقَالُ لَهَا : ذَاتُ أنْواطٍ، فَمَرَرْنَا بِسِدْرَةٍ، فَقُلْنَا : يَا رَسُوْلَ اللهِ اجْعَلْ لَنَا ذَات أنْوَاطٍ، كَمَا لَهُمْ ذَات أنْواط، فَقَالَ: اللهُ أكْبَر، إنَّهَا السُنَنُ قُلْتُمْ – وَالذِي نَفْسِي بِيَدِهِ – كَمَا قَالَتْ بَنُوْ إسْرَائِيل لِمُوْسَى : (اجْعَلْ لَنَا إلَهًا كَمَا لَهُمْ آلَهَةٌ قَالَ إنَّكُمْ قَوْمٌ تَجْهَلُوْنَ) الْأعَراف : 138. لَتَرْكَبُنَّ سُنَنَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ.  رَوَاهُ التِرْمِذِيُّ وَصَحَّحَه

"Suatu saat kami keluar bersama Rasulullah Saw menuju Hunain, sedangkan kami dalam keadaan baru saja lepas dari kekafiran (masuk Islam). Saat itu, orang-orang musyrik memiliki sebuah pohon bidara yang dikenal dengan Dzatu Anwath. Mereka selalu mendatanginya dan menggantungkan senjata-senjata perang mereka di pohon tersebut. Pada saat kami melewati pohon bidara tersebut, kami berkata, "Wahai Rasulullah, buatkanlah untuk kami Dzatu Anwath sebagaimana yang mereka miliki."

Rasulullah Saw pun menjawab,

"Allahu Akbar, itulah tradisi (orang-orang sebelum kalian). Demi Allah yang jiwaku ada di tangan-Nya, kalian benar-benar telah mengatakan suatu perkataan seperti yang dikatakan oleh Bani Israil kepada Musa, "Buatlah untuk kami sesembahan sebagaimana mereka memiliki sesembahan." Musa menjawab, "Sungguh kalian adalah kaum yang tidak mengerti (faham)." Kalian pasti akan mengikuti tradisi orang-orang sebelum kalian."

(HR. At-Tirmidzi, dan dia menshahihkannya).[1]

Keterangan :

Maksud dari kata "Sejenisnya (pada judul) adalah kuburan, berhala dan lain-lain."

التَبَرُّك : هُوَ طَلَبُ البَرَكَةَ مِنْهَا كَمَا يَفْعَلُ عِبَادُ القُبُوْرِ وَالْأحَجَارِ وَالْأَصْنَامِ

Tabarruk adalah mencari berkah dari benda, tempat-tempat tertentu seperti yang dilakukan oleh penyembah kubur-batu, dan patung. Hukumnya adalah syirik sebagaimana disebutkan oleh penulis.

Tabarruk seperti ini dilakukan oleh orang-orang jahiliyah. kemudian datanglah Islam untuk menghilangkannya.

Kedatangan Islam ini disikap dengan berbagai cara. Ada yang menerima, namun jumlahnya sedikit, dan ada yang menolak dan ini lebih banyak. Hal ini seperti disebutkan dalam firman Allah,

وَمَآ اَكْثَرُ النَّاسِ وَلَوْ حَرَصْتَ بِمُؤْمِنِيْنَ

"Dan sebagian besar mereka tidak berimah walaupun kamu sangat menginginkannya." (QS. Yusuf [12] ayat 103).

Islam ini diterima oleh banyak orang di Jazirah Arab setelah peristiwa Fathu Makkah.

Firman Allah Swt,  

اَفَرَءَيْتُمُ اللّٰتَ وَالْعُزّٰى وَمَنٰوةَ الثَّالِثَةَ الْاُخْرٰى اَلَكُمُ الذَّكَرُ وَلَهُ الْاُنْثٰى تِلْكَ اِذًا قِسْمَةٌ ضِيْزٰى

Maka apakah patut kamu (orang-orang musyrik) menganggap (berhala) Al-Lata dan Al-‘Uzza (19), dan Manat, yang ketiga (yang) kemudian (sebagai anak perempuan Allah). (20), Apakah (pantas) untuk kamu yang laki-laki dan untuk-Nya yang perempuan? (21), Yang demikian itu tentulah suatu pembagian yang tidak adil (22).

 (QS. An-Najm [53] ayat 19-22).

(اَفَرَءَيْتُمُ) ; Maksudnya, apa manfaat yang kamu peroleh dari berhala-berhala ini? Atau malah sebaliknya, kamu mendapat mudharat ? Yang shahih adalah tidak mendatangkan manfaat dan tidak juga mudharat. Mereka meminta kepadanya, bertabarruk dan meminta tolong kepadanya. Kemudian Islam membatalkan semua itu.

 

Berhala Uzza disembah oleh orang Makkah dan sekitarnya, Manat disembah oleh penduduk Madinah, dan Lata disembah oleh penduduk Thaif dan orang-orang sepaham dengan mereka. Berhala-berhala ini dihancurkan pada saat Fathu Makkah.

Rasulullah Saw bersabda,

لاَ تَذْهَبُ اللَّيَالِي وَالْأيَامُ حَتَّى تعُبَدُ اللأتَ وَالْعُزَى

"Siang dan malam tidak berlalu hingga Lata dan uzza disembah."[2]

Abu Waqid Al-Laitsi menuturkan, "Suatu saat kami keluar bersama Rasulullah Saw menuju Hunain....."

Keterangan :

"Kami dalam keadaan baru saja lepas dari kekafiran (masuk Islam)." Para sahabat ini belum lama masuk Islam, dan kondisi ini menjadi halangan bagi mereka. Seolah-olah mereka berkata, "Karena kami baru masuk Islam, kami pun tidak tahu."

(سِدْرَةٌ) : Artinya pohon bidara.

(يَعْكِفُوْنَ) : Tinggal di sekitarnya.

(يَنوطون) : Menggantungkan senjata-senjata mereka untuk mendapatkan berkah. Anggapan mereka bahwa senjata yang digantungkan di pohon itu akan menjadi lebih kuat dan lebih mantap.

 

(اجْعَلْ لَنَا ذَات أنْوَاطٍ) : Jadikanlah untuk kami sebuah pohon seperti milik mereka agar kami juga bisa menggantungkan senjata kami dan mendapatkan berkah.

(Allahu Akbar) : Ucapan ini sering terlontar dari mulut Nabi Saw jika melihat sesuatu yang beliau ingkari. Kata yang lain adalah Subhanallah. Selain ketika melihat sesuatu yang diingkari, kata ini juga diucapkan ketika takjub terhadapat sesuatu. Ini adalah sunnah Nabi Saw. Dicontohkan dalam hadits Nabi Saw, "Kalian adalah seperempat dari penghuni surga. para sahabat pun langsung bertakbir."

(Al-Bukhari (3348) dan Muslim (221 dan 222).

Orang-orang terdahulu dan bahkan masih ada sampai sekarang.

Bani Israil, Israil adalah Ya'kub bin Ishaq bin Ibrahim. Pengikutnya dinamakan Bani Israil, sebagai bentuk penisbatan kepada nabi Israil.

(اللهُ أكْبَر) : Asal ucapan ini berasal dari orang-orang Yahudi kepada nabi Musa, kemudian Musa mengajari mereka tauhid. Para sahabat yang baru masuk Islam memohon yang sama dengan orang-orang Yahudi karena kejahilan mereka dan kondisi keilmuan mereka yang masih sedikit.

Hadits ini menunjukkan bahwa kesamaan bentuk permintaan sudah cukup dijadikan alasan untuk menyamakan para sahabat ini dengan umat nabi Musa. Mereka sama-sama ingin mengagungkan dan mencari berkah dari satu pohon. Meskipun lafazhnya berbeda, namun kebatilannya tetap berlaku.

(إنَّهَا السُنَنُ) : Maksudnya jalan mereka.

Umat ini akan diuji dengan ujian yang pernah diberikan kepada umat-umat sebelum kita, seperti menyembah kubur, batu, dan meminta berkah darinya. Dan ini benar-benar telah terjadi. Karena itu, kita harus berhati-hati dengan cara istiqamah dalam beribadah kepada-Nya sebagaimana yang dilakukan oleh para nabi.

Adapun tabarruk kepada kuburan dan kepada selain Allah merupakan perbuatan orang-orang Yahudi, Nasrani, dan orang-orang kafir.

Kandungan bab ini :

1.     Penjelasan ayat yang terdapat dalam surat An-Najm.[3]

2.     Mengetahui bentuk permintaan mereka.

3.     Mereka belum melakukan apa yang mereka minta.

4.     Mereka melakukan itu semua untuk mendekatkan diri mereka kepada Allah karena mereka beranggapan bahwa Allah menyukai perbuatan itu.

5.     Apabila merek tidak mengerti hal ini, selain mereka tentu lebih tidak mengerti.

6.     Mereka memiliki kebaikan-kebaikan dan jaminan maghfirah (untuk diampuni) yang tidak dimiliki oleh orang-orang selain mereka.

7.     Nabi Muhammad Saw tidak menerima alasan mereka. Bahkan, beliau meyanggahnya dengan sabdanya, "Allahu Akbar, sungguh itu adalah tradisi orang-orang sebelum kalian dan kalian akan mengikuti mereka." Beliau bersikap keras terhadap permintaan mereka itu dengan ketiga kalimat ini.

8.     Satu hal yang sangat penting adalah pemberitahuan dari Rasulullah Saw bahwa permintaan mereka itu persis seperti permintaan Bani Israil kepada Nabi Musa, "Buatlah untuk kami sesembahan sebagaimana mereka mempunyai sesembahan-sesembahan."

9.     Pengingkaran terhadap hal tersebut termasuk di antara pengertian () yang sebenarnya yang belum dipahami oleh orang-orang yang baru masuk Islam.

10.  Rasulullah Saw menggunakan sumpah dalam menyampaikan petunjuknya, dan beliau tidak berbuat demikian kecuali untuk kemaslahatan.

11.  Syirik itu ada yang besar dan ada yang kecil. Buktinya mereka tidak dianggap murtad dengan permintaannya itu.

12.  Perkataan mereka, ".....sedangkan kami dalam keadaan baru saja lepas dari kekafiran (masuk Islam).....", menunjukkan bahwa para sahabat yang lain mengerti bahwa perbuatan mereka termasuk syirik.

13.  Diperbolehkan bertakbir ketika merasa terperanjat, atau mendengar sesuatu yang tidak patut diucapkan dalam agama. Ini berbeda dengan pendapat orang yang menganggapnya makruh.

14.  Diperintah menutup setiap pintu yang menjurus kepada kemusyrikan.

15.  Dilarang meniru dan melakukan suatu perbuatan yang menyerupai perbuatan orang-orang Jahiliyah.

16.  Boleh marah ketika menyampaikan pelajaran.

17.  Kaidah umum bahwa di antara umat ini ada yang mengikuti tradisi-tradisi umat sebelumnya. Ini berdasarkan sabda Nabi, "Itulah tradisi orang-orang sebelum kamu..." dan seterusnya.

18.  Ini adalah salah satu tanda kenabian Nabi Muhammad Saw karena terjadi sebagaimana yang beliau kabarkan.

19.  Celaan Allah yang ditujukan kepada orang Yahudi dan Nasrani yang terdapat dalam Al-Qur'an, berlaku juga untuk kita.

20.  Sudah menjadi ketentuan umum di kalangan para sahabat bahwa ibadah itu harus berdasarkan perintah Allah (bukan mengikuti keinginan, pikiran, atau hawa nafsu). Dengan demikian, hadits di atas mengandung isyarat tentang hal-hal yang akan ditanyakan kepada manusia di alam kubur. "Siapakah Tuhanmu?" Maka sudah jelas. "Siapakah nabimu?" Maka ini berdasarkan keterangan masalah-masalah ghaib yang beliau beritakan akan terjadi. Adapun "Apakah agamamu?" maka berdasarkan pada ucapan mereka, "Buatlah untuk kami sesembahan sebagaimana mereka itu mempunyai sesembahan-sesembahan ....." dan seterusnya.

21.  Tradisi orang-orang Ahli Kitab itu tercela seperti tradisi orang-orang musyrik.

22.  Orang yang baru saja pindah dari tradisi-tradisi batil yang sudah menjadi kebiasaan dalam dirinya tidak bisa dipastikan secara mutlak bahwa dirinya terbebas dari sisa-sisa tradisi tersebut. Sebagaimana buktinya mereka mengatakan, "Kami baru saja masuk Islam" dan mereka belum lepas dari tradisi-tradisi kafir. Kenyataannya mereka meminta dibuatkan Dzatu Anwath sebagaimana yang dimiliki oleh kaum musyrikin.

Referensi : Syarah Kitab Tauhid Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz versi Arab (hal 65)



[1] Diriwayatkan dia oleh Tirmidzi (2180), Al-Humaidi (848), Ahmad (5/218), Ibnu Hibban dalam shahihnya (6702), Al-Baihaqi dalam ad-Dalail (5/124 – 125), Ath-Thabrani dalam al-Kabir (3/244-245), Abu Ya’la (1441), Ibnu Abi Syiabh (15/101), Ibnu Qani’ dalam Mu’jam Ash-Shahabat (185), Ibnu Abi ‘Ashim dalam As-Sunnah (76), dan selain mereka dari jalur Muhammad bin Syihab Az-Zuhri dari Sinan bin Abi Sinan bahwa ia mendengar Aba Waqid Al-Laitsi Ra yang mengatakan dan menyebutkannya.

[2] Muslim (2907), dengan lafazh "Siang dan malam tidak pergi hingga Latta dan Uzza disembah."

[3] Dalam ayat ini Allah Swt menyangkal tindakan kaum musyrikin yang tidak rasional karena mereka menyembah ketiga berhala tersebut, padahal berhala itu tidak dapat mendatangkan manfaat dan tidak pula dapat menolak madharat. Allah juga mencela tindakan dzalim mereka dengan memilih untuk diri mereka jenis yang baik dan memberikan untuk Allah jenis yang buruk dalam anggapan mereka. Tindakan mereka itu semua hanya berdasarkan sangkaan-sangkaan dan hawa nafsu, tidak berdasar pada tuntunan para rasul yang mengajak umat manusia untuk beribadah hanya kepada Allah dan tidak beribadah kepada selain-Nya.

Baca Juga

Post a Comment

0 Comments

Contact Us