Mengamalkan Tauhid Dengan
Sebenar-benarnya, Menjadi Sebab Masuknya Seseorang Ke Surga Tanpa Hisab
Allah Swt berfirman,
إِنَّ إِبْرَاهِيمَ كَانَ أُمَّةً قَانِتًا لِّلَّهِ حَنِيفًا
وَلَمْ يَكُ مِنَ الْمُشْرِكِينَ
"Sesungguhnya lbrahim adalah seorang imam yang dapat dijadikan teladan, patuh kepada Allah, dan hanif (berpegang teguh pada kebenaran), dan sekali-kali ia bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan (Tuhan)." (QS. An Nahl [16] ayat 120).
وَالَّذِينَ هُم بِرَبِّهِمْ لَا يُشْرِكُونَ
orang-orang yang tidak
mempersekutukan Tuhannya,
(QS. Al Mukminun ayat 59).
Keterangan :
Makna tahqiqut tauhid adalah memurnikan tauhid dari segala kotoran syirik,
bid'ah, dan maksiat.
Barangsiapa sanggup memurnikan tauhid dan selamat dari kesyirikan bid'ah, dan
perbuatan maksiat, dia akan dimasukkan ke surga tanpa hisab dan siksaan. Syirik
besar menafikan tauhid, sedangkan syirik kecil menafikan kesempumaan amalan
wajib. Adapun bid'ah dan maksiat akan mengotori amalan dan mengurangi
pahalanya.
Allah Swt berfirman,
"Sesungguhnya lbrahim adalah seorang imam yang dapat dijadikan teladan,
patuh kepada Allah, dan hanif (berpegang teguh pada kebenaran), dan sekali-kali
ia bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan (Tuhan).”
Allah menyifati kekasihnya,
Ibrahim, dengan sifat-sifat mulia yang menunjukkan kesempumaan tauhid dan iman
beliau' Di antara sifat-sifat tersebut adalah sebagai berikut !
1. (امة) : yaitu dai yang mengajak kepada kebaikan dan bersabar dalam
dakwahnya sebagaimana diterangkan oleh para ulama. Beliau juga seorang dai yang
mengajak kepada kebenaran, istiqamah di atasnya di tengah-tengah kaumnya yang
rusak. Dua keadaan ini terkumpul pada diri Ibrahim As.
2. (قانتا لله) : yaitu taat kepada Allah dan terus berbuat kebajikan. Di
antara makna qunut adalah terus-menerus dalam ketaatan. Ketaatan beliau ini
ditujukan kepada Alah saja, beliau tidak pernah menyembah kepada selain Allah
Swt.
3. (حنيفا) : yaitu condong dan cenderung kepada Allah. Kata ini berasal
dari kata al hanfu yang berarti miring, condong. Maksudnya, memalingkan ibadah
dari selain Allah kepada Allah.
Kemudian, pemyataan ini
ditegaskan lagi melalui lanjutan ayat tersebut, "Dan kami tidaklah
termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah." Nabi Ibrahim
meninggalkan kaum musyrikin baik dengan perkataan, perbuatan maupun tempat
tinggal beliau. Seperti inilah seharusnya seorang muslim. Kita harus istiqamah
dalam menegakkan tauhid dan tidak mencampurinya dengan kesyirikan. Inilah
sifat-sifat yang dimiliki Ibrahim sehingga beliau mendapatkan kesempumaan
tauhid.
Allah Swt berfirman,
"Dan orang-orang yang tidak mempersekutukan dengan Rabb mereka (sesuatu
apapun).
Ini merupakan sifat
orang-orang bertauhid. Kita meyakini bahwa mereka adalah orang-orang yang
mentauhidkan Allah dengan ikhlas, jauh dari syirik dalam ibadah dan rasa takut
mereka hanya dipersembahkan kepada Allah Ta'ala. Inilah kesempumaan tauhid.
Jika Ibrahim As saja telah
menegakkan tauhid, tentu nabi kita Muhammad Mlebih utama dalam menegakkan
tauhid karena beliau adalah orang yang paling bertakwa dan paling ikhlas di
antara semua manusia.
***
عن حصين بن عبد الرحمن قال: كنت عند سعيد بن جبير
فقال: ايكم رأى الكوكب الذي انقض البارحة، فقلت : انا، ثم قلت: أما اني لم أكن في
صلاة، ولكن لدغت. قال: فما صنعت، قلت: ارتقيت، قال: فما حملك على ذلك، قلت : حديث
حدثناه الشعبي، قال: وما حدثكم، قلت: حدثنا عن بريد بن الحصيب انه قال: لارقية الا
من عين او حمة، قال: أحسن من انتهى الى ما سمع،
Dari Hushain bin Abdurrahman
berkata, "Suatu ketika aku berada di sisi Sa'id bin Jubair, lalu ia
bertanya, "Siapa di antara kalian yang melihat bintang iatuh
semalam?" Aku meniawab, "Saya." Kemudian saya melanjutkan,
"Ketahuilah, saya ketika itu tidak sedang melaksanakan shalat karena saya
disengat kalajengking."
Ia pun bertanya, "Lalu
apa yang engkau lakukan?" Saya menjawab, "Saya minta diruqyah"
la bertanya lagi, "Apa yang mendorong kamu melakukan hal itu?" Saya
menjawab, "Sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Asy Sya'biy kepada
kami." Ia bertanya,'Apakah hadits yang disampaikan kepadamu itu ?"
Saya menjawab, "Dia
menuturkan hadits kepada kami dari Buraidah bin Hushaib,
"Tidak boleh melakukan
ruqyah kecuali karena' ain atau terkena sengatan."
Sa'id pun berkata,
"sungguh telah berbuat baik orang yang telah mengamalkan apa yang telah
didengarnya."
Keterangan :
Kalimat, "saya ketika
itu tidak sedang melaksanakan shalat." Beginilah sikap seorang salaf,
yaitu menjelaskan secara rinci apa yang ia kerjakan karena ia khawatir
orang-orang menyangka bahwa semalam ia melaksanakan shalat malam. Ia khawatir
terkena riya' dan menyucikan diri sendiri.
(لُدِغت) Tersengat kalajengking, ular, atau binatang sejenisnya'
(إِرْتَقَيْتُ) : Aku minta diruqyah karena ruqyah bisa mengobati sengatan
dengan izin Allah.
(فَمَا حَمَلَكَ على
ذلك) : Ia ditanya
tentang dalil perbuatannya. Ini iuga merupakan ciri atau sifat salaf meskipun
mereka tidak sedang bermajelis atau menuntut ilmu.
(عن بريدة بن الحصيب) : Hadits ini diriwayatkan dari Buraidah
secara marfu' sampai kepada Nabi Saw.
(قَدْ اَحْسَنَ مَنِ انْتَهَى إِلَى مَا
سَمِعَ) : Karena ini
merupakan amal dan ilmu Seseorang tidak boleh beramal yang dilandasi kebodohan
dan bertentangan dengan apa yang dia ketahui.
(لا رقية الا من عين او حمة) : Barangsiapa digigit
binatang berbisa, seperti ular itau ketajengking, tidak mengapa meruqyah
dirinya sendiri atau minta diruqyah oleh orang lain. Hadits ini tidak
memberikan batasan. Ulama hanya menganggap dua penyakit ('ain dan sengatan)
lebih utama diruqyah. Penyakit lain juga boleh diruqyah berdasarkan hadits di
atas.
(لا بأس بالرقى مالم تكن شرك) : Disebutkan dalam beberapa
hadits bahwa Nabi Saw sendiri pernah diruqyah dan meruqyah. Ini menunjukkan
bolehnya melakukan ruqyah. Selain itu, juga adanya manfaat yang dapat diberikan
kepada orang yang sakit dengan bacaan Al Qur'an yang diperdengarkan kepadanya.
(عين) 'Ainun : Gangguan yang disebabkan pandangan mata seseorang.
(حمة) Hummatun : Sengatan ular dan kalajengking.
Ruqyah bermanfaat bagi orang
yang sakit berdasarkan nash di atas dan pengalaman. Oleh karena itu, orang yang
terkena sengatan binatang berbisa hendaknya meruqyah dirinya. Jika kita
melihatnya sepatutnya kita meruqyah orang tersebut. Hal ini berdasarkan hadits,
"Barangsiapa yang sanggup memberikan kemanfaatan kepada saudara hendaknya
ia berikan. " (Diriwayatkan oleh Muslim (2199) dan Ahmad (l 3819) dari
Jabir bin Abdillah).
Namun, hendaknya kita berusaha menghindari meminta diruqyah. Jika terpaksa
meminta diruqyah, tidaklah mengapa. Nabi juga pemah meminta diruqyah kepada
anak Ja'far sebagaimana akan diterangkan nanti. Beliau berkata kepada Asma
(istri Ja'far), 'Saya meminta diruqyah oleh mereka (anak-anak Ja'far) ketika
beliau terkena 'ain.
Kemudian, Said menyebutkan
mana yang lebih utama sebagaimana yang akan disebutkan dalam hadits Ibnu Abbas.
***
Akan
tetapi, Ibnu Abbas menuturkan hadits kepada kami dari
عُرِضْتُ عَلَيّ الأممُ، فرأيت النبِيّ ومعه
الرهط، و النبِيّ ومعه الرجل والرجلان والنبِيّ وليس معه احَدٌ، اذ رفع لي سواد
عظيم، فظننت انهم امتي، فقيل لي : هذا موسى وقومه، فنظرت فاذا سواد عظيم، فقيل لي:
هذه أمتك، ومعهم سبعون ألفا يدخلون الجنة بغير حساب ولا عذاب.
"Telah
diperlihatkan kepadaku beberapa umat,lalu beliau melihat seorang nabi bersama
sekelompok orang dan seorang nabi bersama satu dan dua orang saia, dan nabi
yang lain tanpa ada seorang pun yang menyertainya. Tiba-tiba dipeilihatkan kepadaku
sekelompok orilng yang banyak iumlahnya. Aku mengira bahwa mereka itu umatku,
tetapi dikatakan kepadaku bahwa mereka itu adalah Musa dan kaumnya. Tiba-tiba
aku melihat lagi sekelompok orang yang Iain yang jumlahnya sangat besar, lalu
ilikatakan kepadaku bahwa mereka itu adalah umatku. Di antara mereka ada 70.000
(tuiuh puluh ribu) orang yang masuk surga tanpa hisab dan tanpa disiksa lebih
dahulu."
Keterangan
:
(عُرِضْتُ عَلَيّ الأممُ) : Telah diperlihatknn kepadaku beberapa umat. Yang benar bahwa
kejadian ini terjadi pada saat Isra dan Mi'raj Nabi Saw.
(عُرِضْتُ عَلَيّ الأممُ): Dan Nabi yang lain tanpa ada seorang pun yang menyertainya.
Di antara mereka ada yang dibunuh oleh kaumnya- Ini menunjukkan bahwa orang
yang mengikuti kebenaran sedikit jumlahnya. Hal ini sebagaimana firman Allah
Swt :
{ وَمَاۤ أَكۡثَرُ
ٱلنَّاسِ وَلَوۡ حَرَصۡتَ بِمُؤۡمِنِینَ)
"Dan sebahagian besar
manusia tidak akan beriman -walaupun kamu sangat menginginkannya." (QS.
Yusuf [12] ayat 103).
((وَهَذَا مُوْسَى وقَوْمُهُ) : Ini adalah Musa dan kaumnya, ini
menunjukkan keutamaan Musa, yaitu dakwahnya diterima oleh banyak orang dari
kalangan Bani Israil.
(فنَظَرْتُ
فإِذا سَوَّدٌ عظِيْمٌ): Tiba-tiba diperlihatkan kepadaku sekelompok orang yang banyak
jumlahnya."
Dalam riwayat lain, "Jumlah mereka menutupi ufuk yang lain." Ini
semua menunjukkan besarnya umat ini, banyaknya pengikutnya yaitu umat yang
terakhir bersama Nabi sebagai penutup para nabi. Mereka akan mengisi setengah
atau sepertiga surga, seperti diterangkan dalam hadits.
(وَمَعهُمْ سَبْعُوْنَ أْلفًا): "Bersamanya ada tujuh puluh
ribu." Disebutkan dalam hadits lain, bersama setiap orang ada tujuh puluh
ribu yang masuk surga tanpa hisab karena kesempumaan takwa, iman dan istiqamah
mereka. Jika seorang hamba bersikap istiqamah, dengan benar, ia akan mudah
dimasukkan ke surga.
ثم نهض فدخل منزله، فَخَاضَ النَاسُ فِي أُوْلَئِكَ، فقال بعضهم:
فلعلهم الذين صحبوا رسول الله صلى الله عليه وسلم وقال بعضهم: فلعلهم الذين ولدوا
في الإسلام فلم يشركوا بالله شيئا، وذكروا أشياء، فخرج رسول الله ص فأخبروه، فقال
: هُمُ الّذِيْنَ لاَ يَسْتَرْقُوْنَ وَلاَ يَكْتَوُوْنَ وَلاَ يَتَطَّيَرُوْنَ
وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَّكَلُوْنَ، فقام عكاشة بن مِحْصَن فقال : ادعُ الله ان
يجعلني منهم، فقال : انت منهم، ثم قال رجل آخر فقال : ادع الله ان يجعلني منهم،
فقال: سبقك بها عكاشة.
Kemudian beliau bangkit dan masuk ke rumahnya. Orang-orang pun membicarakan
siapakah mereka itu? Ada di antara mereka yang berkata, "Barangkali mereka
itu orang-orang yang telah menyertai Nabi dalam hidupnya." Ada lagi yang
berkata, "Barangkali mereka itu orang-orang yang dilahirkan dalam
lingkungan Islam hingga tidak pernah menyekutukan Allah dengan sesuatu
pun." Ada juga yang menyebutkan yang lain. Kemudian Rasulullah Saw keluar
dan mereka pun memberitahukan hal tersebut kepada beliau.
Beliau bersabda, "Mereka itu adalah orang-orang yang tidak pernah minta
diruqyah, tidak pernah meminta lukanya ditempeli besi yang dipanaskan, tidak
melakukan tathayyur, dan mereka hanya bertawakkal kepada Tuhan mereka,"
Kemudian Ukasyah bin Mihshan berdiri dan berkata, "Mohonkanlah kepada
Allah agar aku termasuk golongan mereka," Rasul bersabda, "Ya, engkau
termasuk golongan mereka,"
Kemudian, seseorang berdiri iuga dan berkata, "Mohonkanlah kepada Allah
agar aku juga termasuk golongan tnereka." Rasul menjawab, "Knmu sudah
didahului oleh Ukasyah." (HR. Al Bukhari dan Muslim).
Keterangan :
(فَخَاضَ النَاسُ فِي أُوْلَئِكَ،): "Maka orang- orang pun
memperbincangkan tentang siapakah mereka itu." Yang. diperbincangkan
adalah sifat-sifat orang yang masuk surga tanpa dihisab dan diadzab. Hadits ini
menunjukkan disyariatkannya mudzakarah, mempelaiari dan membahas satu permasalahan
dengan nash-nash dan ilmu.
(هُمُ الّذِيْنَ لاَ يَسْتَرْقُوْنَ): "Mereka itu adalah orang-orang yang
tidak pernah meminta ruqyah." Maksudnya, tidak pernah meminta orang lain
untuk meruqyah dirinya. Hadits ini menunjukkan keutamaan tidak meminta kepada
orang lain termasuk dalam urusan ruqyah. Meskipun begitu, hal ini tidaklah
dilarang, apalagi iika memang sangat dibutuhkan. Hadits ini hanya menyebutkan
keutamaan tidak meminta diruqyah jika tidak sedang membutuhkan.
(وَلاَ يَكْتَوُوْنَ): "Pengobatan terdapat dalam tiga
cara: bekam, minum madu, atau menggunakan api (kay )."
Dalam lafazh lain disebutkan, 'Nabi melarang umatnya berobat dengan metode kay.
Larangan pada hadits ini tidak bersifat haram, tetapi makruh. Karena itu, di
antara para sahabat ada yang menggunakan cara ini. Ditegaskan sekali lagi bahwa
cara kayhanyadigunakan ketika benar-benar dibutuhkan karena salah sifat dari
orang yang akan dimasukkan ke surga tanpa hisab dan azab adalah orang-orang
yang tidak pernah minta di-kay.
(وَلاَ يَكْتَوُوْنَ): "Tidak melakukan tathayyur."
Thiyarah termasuk perbuatan syirik, yaitu menyandarkan sesuatu kepada apa yang
dilihat dan didengar kemudian menjadikannya sebagai patokan jadi atau tidaknya
melakukan suatu perbuatan. Perbuatan ini adalah mungkar dan dilarang. Nabi Saw
bersabda :
الَطِّيَرَةُ شِرْكٌ
"
Tathayur merupakan perbuatan syirik." (Diriwayatkan oleh Abu Dawud (3910),
lbnu Majah (3538), dan Ahmad (3687). Hadizs ini dishahihkan oleh Al Allamah
Albani dalam shahihul-Jami' (3960).
Hadits lain :
الَطِّيَرَةُ لا تُرَّدُ مُسْلِمًا
"Thiyarah tidak bisa
menolak (membatalkan) apa yang akan dilakukan oleh seorang muslim."
Diriwayatkan oleh Abu Dawud (3919), Abdurrazaq dalam Mushannafnya (19512), al
Baihaqi dalam asy-Syu'ab (171), dan al Kubra (16298). Hadits ini didhaifkan
oleh al Albani dalam Silsilah Adh Dhaifah (1619), akan tetapi diriwayatkan oleh
Muslim dalam kitab Shahih-nya, hadits dengan makna seperti ini, yaitu : pada
nomor (537). Diriwayatkan dari Muawiyah bin al Hakam as Sulami, ia berkata,
"Saya berkata, "Ya Rasulullah, dahulu kami mendatangi dukun-dukun di
zaman jahiliyah, Nabi bersabda, "Janganlah engkau datangi dukun-dukun
itu." Saya berkata pula, "Kami dahulu suka bertathayyur." Nabi
saw bersabda, "Itu adalah sesuatu yang kalian temukan dalam hati kalian,
janganlah kalian menghiraukannya."
Nabi juga bersabda, "Jika salah seorang dari kalian melihat orang tidak ia
sukai hendaklah ia membaca doa,
اللهم لا يأتي بالحسنات الا انت ولا يدفع السيئات الا انت ولا حول ولا
قوة الا بك
'Ya Allah, tidak ada yang sanggup mendatangkan kebaikan kecuali Engkau, tidak
ada yang sanggup menolak kejelekan kecuali Engkau, dan tidak ada daya dan upaya
selain dari-Mu."
Diriwayatkan oleh Abu Dawud (3919).Hadits ini didhaifkann oleh Al 'alamah Al
albani dalam adh Dhaifah (1619), dan ini meupakan lanjutan hadits sebelumnya.
(الحسنات): Adalah nikmat, sedangkan (السيِّئات) ialah mushibah.
Disebutkan bahwa kaffarah dari perbuatan tathoyyur adalah membaca doa,
اللهم لا خير الا خيرُك ولا طير الا طيرُك ولا اله غيرك
"Ya Allah, tidak ada
kebaikan kecuali kebaikan dari-Mu, tidak ada pengharapan kecuali kepada-Mu, dan
tidak ada ilah yang berhak disembah kecuali Engkau."
(وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَّكَلُوْنَ): Hanya kepada Allah mereka
bertawakkal." Maksudnya, hanya kepada Allah mereka bersandar dan menyerah
segala urusannya. Mereka juga meyakini bahwa musibah apa pun tidak mungkin
menimpa mereka jika tidak ditetapkan oleh Allah Swt. Mereka juga menjauhi
syirik, menghindari perbuatan yang dimakruhkan, seperti kay, tidak meminta
diruqyah, dan mereka senantiasa menyempurnakan agamanya.
Inilah sifat-sifat tujuh puluh ribu orang yang akan dimasukkan surga tanpa
hisab dan azab. Mereka selalu menunaikan kewajiban dan menjauhi perbuatan haram
dan syirik. Mereka bersandar dan berpegang hanya kepada Allah sambil terus
bekerja sebagai sarana mencari rezeki yang halal.
Mereka meninggalkan perbuatan
makruh, seperti meminta diruqyah atau kay kecuali jika terpaksa. Mereka juga
menjauhi perkara yang mubah yang dapat mengurangi kesempurnaan agamanya. semoga
Allah melimpahkan kebaikan kepada mereka dan memasukkan mereka ke surga tanpa
dihisab dan diazab.
Kandungan bab ini :
Ruqyah yang dilakukan bukan
karena permintaan tidaklah mengapa dan dihukumi mubah. Adapun meminta orang
lain untuk meruqyah kita iika tidak dalam keadaan terpaksa, sebaiknya
dihindari. Ini berdasarkan hadits,
"Tidak mengapa melakukan ruqyah selama tidak mengandung kesyirikan."
(HR. Muslim (2200) dari Auf bin Malik.
Ruqyah memiliki tiga syarat;
1.
Menggunakan bahasa yang diketahui maknanya,
2.
Tidak mengandung kata atau makna yang bertentangan dengan
syariat, dan
3.
Digunakan untuk tujuan meminta kesembuhan dari Allajlh dan
tidak bersandar kepada ruqyah tersebut.
Sama
halnya dengan ruqyah, pengobatan dengan cara kay juga tidak mengapa dilakukan
jika dibutuhkan meskipun lebih baik memilih cara pengobatan yang lain.
"Ukasyah telah mendahuluimu", Nabi menutup celah agar tidak setiap
orang meminta, tetapi hanya orang yang berhak saja.
Ulama
berpendapat bolehnya menggunakan sindiran untuk menutup celah orang lain datang
meminta hal yang sama. Kalimat ini digunakan untuk menjaga ketersinggungan
orang tersebut.
Seseorang
boleh meruqyah dirinya sendiri, yang dimakruhkan adalah meminta orang lain
untuk meruqyah dirinya. Namun, tidak mengapa meminta orang lain untuk mendoakan
diri kita berdasarkan hadits "Janganlah engkau lupakan kami dalam
doamu!"
(HR. Ahmad dalam musnadnya (195), Abu Dawud (1498), Ibnu Majah (2894), dan Al
Mutqil Hindi dalam Kanzul 'Ummal (4920). Di-dhaifkan oleh Al Alamah Al Albani
dalam Dhaiful Jami' (14425).
Disyariatkan
menghindari perkara yang dapat menimbulkan mudharat, seperti mendatangi orang
yang menderita penyakit menular, dan tidak berbaur dengan orang sakit. Hal ini
berdasarkan hadits,
"Janganlah
orang yang memiliki unta yang sakit datang ke tempat unta yang sehat."
(HR. Al Bukhari (5771) dan Muslim (2221).
Kecuali
memiliki keyakinan yang mantap bahwa penyakitnya tidak menular.
Disebutkan
dalam hadits bahwa Nabi Swt pernah makan bersama orang-orang kusta. Saat itu
Nabi Saw berkata,
"Makanlah
dengan mengucapkan bismillah, percaya sepenuhnya dengan Allah."
(HR. Abu Dawud (3925), At Tirmidzi (1817), al Hakim dalam al Mustadrak (7196).
Hadits ini didhaifkan oleh Al Alamah Albani dalam Dhaif Tirmidzi (307).
Meruqyah dengan cara membacakan Al Quran lalu ditiupkan ke dalam air tidaklah
mengapa karena Nabi Saw pernah melakukannya untuk Tsabit bin Qais. (HR. Abu
Dawud (3885) didhaifkan oleh Albani dalam Dhaif Abu Dawud (836).
Bacaan
Al Qur'an yang dipilih adalah yang paling mudah.
Kandungan Bab lni :
- Mengetahui adanya tingkatan-tingkatan manusia dalam bertauhid.
- Pengertian mengamalkan tauhid dengan semurni-muminya.
- Pujian Allah kepada Nabi Ibrahim karena beliau tidak pernah melakukan kemusyrikan.
- Pujian Allah kepada wali-wali Allah (para sahabat Rasulullah) karena diri mereka bersih dari kemusyrikan.
- Tidak meminta ruqyah, tidak meminta supaya lukanya ditempeli dengan besi yang panas, dan tidak melakukan tathayyur adalah termasuk pengamalan tauhid yang murni.
- Tawakkal kepada Allah adalah sifat yang mendasari sikap tersebut.
- Dalamnya ilmu para sahabat karena mereka mengetahui bahwa orang-orang yang dinyatakan dalam hadits tersebut tidak akan mendapatkan kedudukan yang demikian tinggi kecuali dengan adanya pengamalan.
- Semangat para sahabat dalam berlomba-lomba dalam mengerjakan amal kebaikan.
- Keistimewaan umat Islam dalam hal kuantitas dan kualitasnya.
- Keutamaan para pengikut Nabi Musa.
- Umat-umat terdahulu telah ditampakkan kepada nabi Muhammad Saw.
- Setiap umat dikumpulkan sendiri-sendiri bersama para nabinya.
- Sedikitnya orang-orang yang mengikuti ajakan para nabi.
- Nabi yang tidak mempunyai pengikut akan datang sendirian pada hari kiamat.
- Manfaat dari pengetahuan ini adalah tidak silau karena jumlah yang banyak dan tidak kecil hati karena jumlah yang sedikit.
- Diperbolehkan melakukan ruqyah disebabkan terkena 'ain dan sengatan.
- Luasnya ilmu para ulama salaf. Ini bisa diketahui dari ucapan Sa'id bin Zubair "Sungguh telah berbuat baik orang yang mengamalkan apa yang telah didengarnya/ tetapi...",dengan demikian jelaslah bahwa hadits yang pertama tidak bertentangan dengan hadits yang kedua.
- Kemuliaan sifat para ulama salaf karena ketulusan hati mereka, dan mereka tidak memuji seseorang dengan pujian yang dibuat-buat.
- Sabda Nabi, "Engkau termasuk golongan mereka" adalah salah satu dari tanda-tanda kenabian beliau.
- Keutamaan Ukasyah.
- Penggunaan kata sindiran.
- Kemuliaan akhlak nabi Muhammad Saw.
Baca Juga :
Syarah Kitab Tauhid Abdul Aziz bin Abdillah bin Baz (hal. 27)
0 Comments
Informasi:
Form komentar ini menggunakan moderasi, setiap komentar yang masuk akan melalui proses pemeriksaan sebelum ditampilkan dalam kolom komentar. Memasang link di komentar tidak akan ditampilkan. Hanya komentar yang membangun dan sesuai topik artikel saja yang akan saya tampilkan. Mohon maaf atas ketidaknyamanannya.