Keistimewaan Tauhid Dan Dosa-Dosa
Yang Diampuni Karenanya
اَلَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَلَمْ يَلْبِسُوْٓا اِيْمَانَهُمْ بِظُلْمٍ
اُولٰۤىِٕكَ لَهُمُ الْاَمْنُ وَهُمْ مُّهْتَدُوْنَ ࣖ
Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan syirik, mereka itulah orang-orang yang mendapat rasa aman dan mereka mendapat petunjuk. (QS. Al-An’am [6] ayat 82).
Keterangan :
Penulis ingin menerangkan keutamaan tauhid kepada pembaca. Tauhid yang merupakan amalan yang paling utama untuk menghapuskan dosa-dosa yang pemah dikerjakan. Tauhid merupakan asas dan asal dari segala perbuatan, dan semua perbuatan tidak sah kecuali dengan adanya tauhid ini.
Penulis sengaja menerangkan hal ini agar orang-orang beriman mengetahui hakikatnya sehingga mereka dapat menerimanya dengan baik.
Allah Swt berfirman, "Orang-orang yang beriman dan tidak menodai keimanan mereka dengan kezhaliman (kemusyrikan), mereka itulah orang-orang yang mendapat ketentraman dan mereka itulah orang-orang yang mendapat jalan hidayah. "
(آمَنُوْا) : Mentauhidkan Allah, ikhlas dalam beribadah dan meyakini bahwa Allah Swt adalah satu-satunya Ilah (sembahan) yang patut disembah.
(وَلَمْ يَلْبَسُوْا) : Tidak mencampur adukkan.
(إِيْمَانَهُمْ) : Tauhid mereka.
(بِظُلْمٍ) : Dengan kesyirikan. Orang-orang beriman hanya menye- 'rahkan ibadah mereka kepada Allah.
(لَهُمُ الْأَمْنُ) : Ketentraman dan hidayah yang sempurna. Hal ini akan didapatkan jika keimanan selamat dari kesyirikan, baik yang besar maupun kecil dan dari maksiat dan kezaliman kepada orang lain.
Ketika ayat ini turun, para sahabat
merasa berat. Kemudian mereka mendatangi Nabi Saw dan bertanya, "Siapakah
di antara kami yang bisa terbebas dari kezhaliman atau menzhalimi diri
sendiri?" Mereka mengira bahwa yang dimaksud kezhaliman dalam ayat itu
adalah kezhaliman dalam arti kemaksiatan.
أَلَمْ تَسْمَعُوْا قَوْلَ الْعَبْدِ
الصَّالِحِ: إنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيْمٌ.
Rasulullah Saw menjawab, "Tidakkah kalian mendengar ucapan seorang hamba yang shalih, 'Sesungguhnya kesyirikan adalah kezhaliman yang besar." (Diriwayatkan oleh Al Bukhari (4776) dan Muslim (124).
Dengan demikian yang dimaksud kezhaliman dalam ayat ini adalah kesyirikan. Orang-orang musyrik itu tidak akan merasa aman. Bahkan ia akan dimasukkan ke neraka.
Adapun orang-orang yang beriman, jika mereka terhindar dari syirik besar, syirik kecil dan kezhaliman kepada orang lain maka mereka telah mendapatkan hidayah yang lengkap dan ketentraman yang sempuma di dunia dan akhirat. Mekipun mereka selamat dari syirik besar, namun masih melakukan syirik kecil dan perbuatan dosa, maka hidayahnya belum lengkap, belum mendapatkan ketentraman yang sempurna. Bahkan, bisa jadi ia akan dimasukkan ke neraka lantaran maksiat yang dia kerjakan sampai mati.
Dalam penjelasan ayat ini disebutkan bahwa Rasulullah Saw menjelaskan tentang hidayah dan ketentraman yang sempuma yang hanya dapat diperoleh jika seseorang meninggalkan kesyirikan. Akan tetapi, dalam nash-nash yang lain disebutkan bahwa seseorang tidak akan mendapatkan hidayah dan ketentraman yang sempuma kecuali bila selamat dari kemaksiatan kezhaliman kepada orang lain, dan berbagai bentuk syirik kecil.
***
Ubadah bin Shamit Ra menuturkan bahwa
Rasulullah Saw bersabda :
مَنْ
شَهِدَ أنْ لاَ إلَهَ إلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأنَّ مُحَمَّدًا
عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، وَأَنَّ عِيْسَى عَبْدُ اللهِ وَرَسُوْلُهُ، وَكَلِمَتُهُ ألْقَاهَا
إلَى مَرْيَمَ، وَرُوحٌ مِنْهُ، وَالْجَنَّةُ حَقٌّ وَالنَّارَ حَقٌّ أدْخَلَهُ
اللهُ الْجَنَةَ عَلَى مَا كَانَ مِنَ الْعَمَلِ.
"Barangsiapa bersyahadat bahwa tidak ada sesembahan yang haq (benar) selain Allah saja yang tiada sekutu bagi-Nya; Muhammad adalah hamba dan rasul-Nya; Isa adalah hamba dan rasul-Nya dan kalimat-Nya yang disampaikan kepada Maryam serta Ruh dari-Nya; dan surga itu benar adanya dan neraka juga benar adanya, Allah pasti memasukkanya ke surga apa pun amal yang telah diperbuatnya." (HR. Al Bukhari (3435) dan Muslim (28) dari Ubadah bin Shamit radhiyallahu ‘anhu).
Imam Al Bukhari dan Muslim juga meriwayatkan
hadits dari Itban Ra, bahwa Rasulullah Saw bersabda :
فَإِنَّ اللهَ حَرَّمَ عَلَى
النَّارِ مَنْ قَالَ لاَ إلَهَ إلاَّ اللّه يَبْتَغِيْ بِذَلِكَ وَجْهَ اللهِ.
"Sesungguhnya Allah Swt mengharamkan
neraka bagi orang orang yang mengucapkan (لا إله إلاَّ
اللهُ) dengan ikhlas dan hanya mengharapkan (pahala melihat) wajah
Allah."
(Diriwayatkan oleh Al Bukhari (425) dan Muslim (33) dari Mahmud bin Ar Rabi'dari ltban bin Malik).
Keterangan :
"Barangsiapa bersyahadat bahwa tidak ada sesembahan yang hak (benar) selain Allah saja... , Allah pasti memasukkannya ke dalam surga..."
Ruuhun minhu: salah satu ruh dari sekian banyak ruh yang diciptakan oleh Allah.
Barangsiapa bersyahadat dengan benar, Allah akan memasukkannya ke surga. Hadits ini disebut hadits muthlaq yang menerangkan keutamaan syahadat. Namun, ada hadits lain yang muqayyad yang harus dikaitkan dengan hadits sebelumnya. Dengan begitu, maksud mengucapkan syahadat dengan benar adalah menjalankan hak-hak syahadat tersebut. Maksud kalimat ini adalah bersyahadat yang kuat yang diwujudkan dengan mengikhlaskan ibadah hanya kepada Allah, jujur, patuh, cinta, menerima, ikhlas, dan mengikuti dan menaati Rasulullah Saw.
Barangsiapa bersyahadat, tetapi masih mencampurnya dengan perbuatan maksiat dan dosa atau hanya mengucapkan dengan mulutnya saja, tetapi tetap melakukan perbuatan syirik dalam hatinya, seperti perbuatan orang-orang munafik, maka syahadat yang dia ucapkan tidak bermanfaat sama sekali.
Syahadat ini harus diucapkan dan dikokohkan dengan cara mengerjakan perintah Allah, menjauhi larangan-Nya dan mengikuti Rasulullah Saw Jika tidak, maka syahadat tersebut tidak dapat memasukkan orang yang mengucapkannya ke dalam surga, kecuali atas kehendak Allah.
"Apa pun amal yang telah diperbuatnya." Maksudnya, bagaimana pun ia berbuat, baik atau tidak, selama ia masih bersyahadat dengan ikhlas dan beriman kepada-Nya. Perlu diketahui bahwa masuknya seseorang ke surga bisa secara langsung atau ditunda. Orang yang bertaubat, beramal shalih dan jujur, bisa jadi langsung dimasukkan ke surga. Akan tetapi orang yang mengerjakan perbuatan dosa dan maksiat, dimasukkan dahulu ke neraka dan dosa-dosanya dibalas dahulu. Setelah itu, barulah dimasukkan ke surga. Orang yang menegakkan syahadat langsung dimasukkan ke surga. Adapun orang yang mati dalam keadaan masih bermaksiat, dalam hal ini diserahkan kepada kehendak Allah. Jika Allah menghendaki orang ini masuk ke surga, ia akan dimasukkan ke surga.
"Sesungguhnya Allah Swt mengharamkan neraka bagi orang orang yang mengucapkan (لا إله إلاَّ اللهُ) dengan ikhlas dan hanya mengharapkan (pahala melihat) wajah Allah."
Maksud hadits ini adalah jika seseorang jujur dalam syahadatnya dan meninggal dalam keadaan seperti itu, Allah akan memasukkannya ke surga meskipun ia masih melakukan dosa. Orang seperti ini berada dibawah kehendak Allah jika ia tidak bertaubat dari dosanya sebagaimana yang telah dijelaskan.
Orang yang bersyahadat dengan ikhlas dan jujur, tidak akan terus-menerus melakukan dosa dan maksiat karena keimanan dan keikhlasannyayang sempuma akan mencegah dirinya dari perbuatan dosa tersebut. Inilah yang akan memasukkannya ke surga bersama orang-orang yang lebih dahulu dimasukkan ke dalamnya.
Dalil bahwa orang yang meninggal
dalam keadaan bermaksiat kepada Allah berada di bawah kehendak Allah adalah
firman-Nya,
إنَّ اللهَ لاَ يَغْفِرُ أنْ
يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُوْنَ ذَلِكَ.
"Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari Syirik) itu." (QS. An Nisa [4] ayat 48).
Hadits ini juga menunjukkan bahwa
orang-orang ahli maksiat diancam dimasukkan ke neraka. Kemudian mereka
dikeluarkan dengan syafaat para nabi dan selain mereka karena tauhid mereka
tidak kokoh dan tercemar oleh perbuatan maksiat.
Inilah akidah Ahlussunah wal jamaah yang shahih yang tidak diyakini oleh ahlul bid'ah, seperti golongan Khawarij, Mu'tazilah, Murjiah dan lain-lain.
Adapun orang yang kafir kepadaAllatu maka syahadatnya tidak bermanfaat meskipun ia bersyahadat.
***
Diriwayatkan dari Abu Said Al Khudri Ra bahwa Rasulullah Saw
bersabda,
قَالَ مُوْسَى يَا رَبِّ، عَلِّمْنِي
شَيئًا أذْكُرُكَ وَأدْعُوْا بِهِ، قَالَ: قُلْ يَا مُوْسَى : لاَ إلَهَ إلاَّ
اللهُ، قَالَ: يَا رَبِّ كُلُّ عِبَادِكَ يَقُوْلُوْنَ هَذَا، قَالَ: يَا مُوْسَى
لَوْ أنَّ السَّمَوَاتِ السَّبْعَ وَعَامِرَهُنَّ غَيْرِيْ وَالْأَرَضِيْنَ
السَّبْعَ فِيْ كِفَّةٍ، وَلاَ إلهَ إلاَّ اللهُ فِيْ كِفَّةٍ مَالَتْ بِهِنَّ لاَ
إلَهَ إلاَّ اللهُ.
"Musa berkata,'Ya Rabb, ajarkanlah kepadaku sesuatu unfuk mengingat-Mu dan. berdoa kepada-Mu.' Allah berfirman, "Ucapkan hai Musa (لا إله إلاَّ اللهُ). Musa berkata, -Ya Rabb, semua hamba-Mu mengucapkan itu". Allah meniawab, "Hai Musa, seandainya ketuiuh langit serta seluruh penghuninya -selain Aku- dan ketufuh bumi diletakkan dalam satu sisi timbangan dan kalimat (لا إله إلاَّ اللهُ) diletakkan pada sisi lain timbangan, niscaya kalimat (لا إله إلاَّ اللهُ) lebih berat timbangannya." (HR. Ibnu Hibban dan Al-Hakim dan dia menshahihkannya).
Keterangan
Hadits ini juga menunjukkan keutamaan kalimat La ilaha illallah. Dalam ucapan Musa As terkandung dua hal, yaitu dzikir dan doa. Musa berkata, 'Ajarkanlah kepadaku sesuatu yang bisa aku gunakan untuk menyebut nama-Mu dan berdoa kepada-Mu." Syahadat ini sekaligus dzikir kepada Allah karena di dalamnya terkandung pengakuan akan keesaan Allah. Selain itu, juga sebagai doa karena orang yang mengucapkannya tentu mengharapkan pahala. Hal ini juga berlaku untuk semua jenis dzikir, tasbih, tahmid, dan tahlil.
Ditegaskan lagi bahwa hadits ini
menunjukkan betapa agungnya kalimat tauhid yang menjadi dzikir dan doa bagi
yang mengucapkannya. Namun keutamaan kalimat ini ternyata tidak diketahui oleh
sebagian nabi.
وَمِنْ اٰيٰتِهٖٓ اَنْ تَقُوْمَ
السَّمَاۤءُ وَالْاَرْضُ بِاَمْرِهٖۗ ثُمَّ اِذَا دَعَاكُمْ دَعْوَةًۖ مِّنَ
الْاَرْضِ اِذَآ اَنْتُمْ تَخْرُجُوْنَ
Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya
ialah berdirinya langit dan bumi dengan kehendak-Nya. Kemudian apabila Dia
memanggil kamu sekali panggil dari bumi, seketika itu kamu keluar (dari kubur).
(QS. Ar- Rum [30] ayat 25).
۞ اِنَّ اللّٰهَ يُمْسِكُ السَّمٰوٰتِ
وَالْاَرْضَ اَنْ تَزُوْلَا ەۚ وَلَىِٕنْ زَالَتَآ اِنْ اَمْسَكَهُمَا مِنْ
اَحَدٍ مِّنْۢ بَعْدِهٖ ۗاِنَّهٗ كَانَ حَلِيْمًا غَفُوْرًا
Sungguh, Allah yang menahan langit dan bumi agar tidak lenyap; dan jika keduanya akan lenyap tidak ada seorang pun yang mampu menahannya selain Allah. Sungguh, Dia Maha Penyantun, Maha Pengampun. (QS. Al Fathir [35] ayat 41).
(فِي
كَفَّةٍ) : Sisi
timbangan dan kalim at La ilaha illallah di sisi timbangan satunya.
(مَالَتْ
بِهِنَّ لاَ إلهَ إلاَّ الله)
: Condong atau miring. Maksudnya adalah maknanya bukan dzat-Nya.
Ditinjau dari makna dan hakikatnya, makna kalimat tauhid ini adalah makna yang paling agung paling tepat dan paling penting.
***
At Tirmidzi meriwayatkan hadits - dan
dia menilai hadits ini hasan- dari Anas bin Malik Ra, ia berkata, "Aku
mendengar Rasulullah Saw bersabda,
قَالَ اللهُ تَعَالَى: يَا ابْنَ
آدَمَ، لَوْ أَتَيتَنِي بِقُرَابِ الْأَرْضِ خَطَايَا، ثُمَّ لَقِيْنِيْ لَا
تُشْرِكُ بِي شَيئًا لَأَتَيْتُكَ بِقُرَابِهَا مَغْفِرَةً.
"Allah Swt berfirman, 'Hai anak Adam,
iika engkau datang kepada' Ku dengan membawa dosa sebesar bumi, dan ketika mati
engkau dalam keadaan tidak menyekutukan-Ku dengan sesuatu pun, pasti Aku akan
datang kepadamu dengan membawa ampunan sebesar bumi pula."'
(Diriwayatkan oleh Tirmidzi, dari Anas di (3540), Al Muntaqil-Hindi (5902), dishahihkan oleh Al Allamah Albani dalam Shahih SunanTirmidzi (2805).
Keterangan :
Hadits ini menunjukkanb ahwa kalimat
tauhidbi sa menghapuskan semua dosa.
(قُرَبِهَا بِالْظُلْمِ) : Kezhaliman sepenuh bumi.
Pandangan ulama dalam masalah ini terbagi menjadi dua yaitu: Keutamaan ini hanya diperoleh orang-orang yang mengucapkan kalimat ini dengan ikhlas dan benar, tidak tenggelam dalam kemaksiatan dan menegakkan kalimat tauhid ini sehingga ia menjadi pribadi yang menegakkan semua kewajiban syariat dan meninggalkan semua larangan Allah dan istiqamah di atas agama Allah dalam segala urusan. Berlaku untuk orang yang mengucapkan kalimat ini, bertaubat kepada Allah atas segala kesalahan dan benar-benar melepaskan diri dari semua dosanya. Kalimat tauhid akan menggugurkan dosa-dosanya.
Inilah makna yang harus kita yakini karena beberapa ayat dan hadits menerangkan bahwa orang-orang ahli maksiat berada dalam bahaya sebab mereka diancam dengan neraka. Semua nash yang ada dikompromikan sehingga tidak ada yang saling bertentangan.
Orang-orang yang tidak memahami permasalahan ini hanya memakai nash-nash yang bersifat mutlak, dan menyangka bahwa keutamaan kalimat tauhid bisa didapatkan oleh orang yang mengucapkannya saja, meskipun ia meninggalkan kewajiban dan mengerjakan dosa serta maksiat. Tentu pemahaman ini bertentangan dengan apa yang diyakini secara sepakat oleh para sahabat dan ulama salaf, yaitu harus dibarengi dengan mengerjakan kewajiban dan meninggalkan perbuatan yang diharamkan serta menegakkan hukum-hukum Allah.
Orang yang bermaksiat dan meninggalkan kewajiban syariat tetap akan mendapatkan hukuman meskipun mengucapkan kalimat tauhid ini. Oleh karena itu, kalimat La ilaha illallah ini harus ditegakkan. Bila tidak, ia tetap terancam dimasukkan ke neraka jika tidak bertaubat.
Kandungan bab ini :
1. Luasnya
karunia Allah Swt.
2. Besarnya
pahala tauhid di sisi Allah Swt.
3. Tauhid dapat
menghapus dosa.
4. Penjelasan
ayat yang ada dalam Surat Al-An’am.
5. Perhatikan
kelima masalah yang ada dalam hadits Ubadah.
6. Jika Anda memadukkan
antara hadits Ubadah, hadits Itban, dan hadits sesudahnya, akan tampak jelas
bagi Anda pengertian kalimat (لا إله إلاَّ اللهُ) juga kesalahan orang-orang yang tersesat karena hawanafsunya.
7. Perlu diperhatikan
syarat-syarat yang disebutkan dalam hadits Itban, (Yaitu Ikhlas semata-mata
karena Allah dan tidak menyekutukan-Nya).
8. Para nabi
juga perlu diingatkan akan keistimewaan (لا إله إلاَّ اللهُ).
9. Penjelasanbahwa
kalimat (لا إله إلاَّ اللهُ) lebih berat dalam timbangan daripada
seluruh makhluk, padahal banyak orang yang mengucapkan kalimat tersebut.
10. Bumi itu
tujuh lapis seperti halnya langit.
11. Langit dan
bumi itu ada penghuninya.
12. Menetapkan
sifat-sifat Allah dengan apa adanya, berbeda dengan pendapat Asy'ariyah.
13. Jika Anda
memahami hadits Anas, Anda akan mengetahui bahwa sabda Rasulullah yang ada
dalam hadits Itban, "sesungguhnya Allah mengharamkan masuk neraka bagi
orang-orang yang mengucapkan (لا إله إلاَّ اللهُ) dengan penuh ikhlas karena Allah dan tidak
menyekutukan-Nya", maksudnya adalah tidak menyekutukan Allah dengan
sesuatu pun, bukan hanya mengucapkan kalimat tersebut dengan lisan saja.
14. Nabi Muhammad
Saw dan Nabi Isa As sama-sama hamba Allah dan rasul-nya.
15. Mengetahui keistimewaan
Nabi Isa sebagai Kalimat Allah.
16. Mengetahui
bahwa Isa adalah ruh di antara ruh-ruh yang diciptakan Allah.
17. Mengetahui
keistimewaan iman kepada kebenaran adanya surga dan neraka.
18. Memahami
sabda Rasulullah Saw, “Betapa pun amal yang telah dikerjakannya.”
19. Mengetahui
bahwa timbangan (pada hari kiamat) itu mempunyai dua anak/sisi timbangan.
20. Mengetahui kebenaran
adanya Wajah bagi Allah.
Syarah Kitab Tauhid karya Abdul Aziz
bin Abdullah bin Baz versi Arab (hal. 19-26).
Baca Juga :
0 Comments
Informasi:
Form komentar ini menggunakan moderasi, setiap komentar yang masuk akan melalui proses pemeriksaan sebelum ditampilkan dalam kolom komentar. Memasang link di komentar tidak akan ditampilkan. Hanya komentar yang membangun dan sesuai topik artikel saja yang akan saya tampilkan. Mohon maaf atas ketidaknyamanannya.