Kedermawanan dan Kelembutan Hati Rasulullah Saw Pada Bulan Ramadhan

Kedermawanan dan Kelembutan Hati Rasulullah Saw Pada Bulan Ramadhan

عن ابْنَ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدَ النَّاسِ بِالْخَيْرِ وَكَانَ أَجْوَدُ مَا يَكُونُ فِي رَمَضَانَ حِينَ يَلْقَاهُ جِبْرِيلُ وَكَانَ جِبْرِيلُ عَلَيْهِ السَّلَام يَلْقَاهُ كُلَّ لَيْلَةٍ فِي رَمَضَانَ حَتَّى يَنْسَلِخَ يَعْرِضُ عَلَيْهِ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْقُرْآنَ فَإِذَا لَقِيَهُ جِبْرِيلُ عَلَيْهِ السَّلَام كَانَ أَجْوَدَ بِالْخَيْرِ مِنْ الرِّيحِ الْمُرْسَلَةِ
Dari Ibnu 'Abbas radliallahu 'anhuma berkata: "Nabi shallallahu 'alaihi wasallam adalah orang yang paling lembut (dermawan) dalam segala kebaikan. Dan kelembutan Beliau yang paling baik adalah saat bulan Ramadhan ketika Jibril alaihissalam datang menemui Beliau. Dan Jibril Alaihissalam datang menemui Beliau pada setiap malam di bulan Ramadhan (untuk membacakan Al Qur'an) hingga Al Qur'an selesai dibacakan untuk Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Apabila Jibril Alaihissalam datang menemui Beliau, maka Beliau adalah orang yang paling lembut dalam segala kebaikan melebihi lembutnya angin yang berhembus".
(HR. Al Bukhari no. 5, kitab Wahyu).
(Fath Al Bari no. 5 (1/30).

Keterangan :

MAKNA AL JUUDU ATAU AL JAWAAD

Al Juudu menurut Al Hafizh Ibnu Hajar mengatakan;
إعطاء ما ينبغي لمن ينبغي
Memberikan sesuatu kepada orang yang berhak menerimanya.

Makna Ajwad an Nas ialah orang yang paling murah hati, karena murah hati adalah salah satu sifat terpuji.

Kata ini lebih umum daripada sedekah. Karena bulan Ramadhan merupakan bulan kebaikan, di mana Allah memberikan kenikmatan yang lebih banyak kepada hamba-Nya, mana Nabi mengisi bulan Ramadhan dengan banyak ibadah kepada Allah Swt.

Imam Tirmidzi meriwayatkan secara marfu' dari hadits Sa'ad, (Nabi Saw bersabda) :
إِنَّ اللَّهَ جَوَادٌ يُحِبُّ الْجُودَ
"Sesungguhnya Allah Maha pemurah hati, maka Dia sangat senang kepada orang yang bermurah hati."

Ia meriwayatkan dari hadits Anas ;
أَنَا أَجْوَدُ وَلَدِ آدم وَأَجْوَدُهُمْ بَعْدِي رَجُلٌ عَلِمَ عِلْمًا فَنَشَرَ عِلْمَهُ ، وَرَجُلٌ جَادَ بِنَفْسِهِ فِي سَبِيلِ اللَّهِ  "
"Saya adalah keturunan anak Adam yang paling bermurah hati," dan orang yang paling bermurah hati setelahku adalah orang yang mempunyai ilmu dan menyebarkan ilmunya, serta yang menyerahkan dirinya untuk berjuang di jalan Allah."
وَفِي سَنَدِهِ مَقَالٌ
Namun dalam sanad tersebut masih diperbincangkan.

MUDAARASAH

Dars ialah membaca, sementara Yudaarisu dengan wajan mufaa'alah yang artinya saling membaca, belajar. Artinya ada dua pelaku yang melakukan pembacaan.

Namun yang dimaksud dalam hadits tersebut ialah : satu orang membacakan sejumlah bacaan dengan baik kepada yang lain dan yang lain tersebut menyimaknya dengan baik.

Dalam hadits itu disebutkan bahwa Nabi Saw membacakan Qur'an dengan baik kepada Jibril As. Sementara dalam riwayat lain disebutkan bahwa Jibril As membacakan Quran kepada Rasulullah Saw.

 ‏عَنْ ‏ ‏أَبِي هُرَيْرَةَ ‏ ‏قَالَ ‏ ‏كَانَ ‏ ‏يَعْرِضُ عَلَى النَّبِيِّ ‏ ‏صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ‏ ‏الْقُرْآنَ كُلَّ عَامٍ مَرَّةً فَعَرَضَ عَلَيْهِ مَرَّتَيْنِ فِي الْعَامِ الَّذِي قُبِضَ فِيهِ وَكَانَ يَعْتَكِفُ كُلَّ عَامٍ عَشْرًا فَاعْتَكَفَ عِشْرِينَ فِي الْعَام الَّذِي قُبِضَ فِيهِ ‏
Telah menceritakan kepada kami Khalid bin Yazid Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr dari Abu Hushain dari Abu Shalih dari Abu Hurairah, ia berkata; "Biasa Jibril membacakan Al Qur`an kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam sekali pada setiap tahunnya. Lalu Jibril membacakan kepada beliau pada tahun wafatnya dua kali, Jibril melakukannya dua kali. Dan beliau Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam beri'tikaf sepuluh hari pada setiap tahunnya. Lalu beliau beri'tikaf selama dua puluh hari pada tahun wafatnya. (HR. Bukhari no. 4998).

Artinya keduanya saling bergantian membaca Quran dan saling bergantian menyimak bacaan Quran.

Ada yang mengatakan (bahwa yang dimaksud mudaarasah ialah) :
قيل كان - صلى الله عليه وسلم - يعرض على جبريل القرآن من أوله إلى آخره ، بتجويد اللفظ وتصحيح إخراج الحروف من مخارجها ، ليكون سنة في الأمة ، فيعرض التلامذة قراءتهم على الشيوخ اهـ وهو أحد طريقي الأخذ ، والآخر أن يسمع من الشيخ ،
Beliau Saw akan membacakan kepada Jibril Al-Qur'an dari awal hingga akhir, dengan menyempurnakan pengucapan dan memperbagus membacakan huruf-huruf dari makhrajnya, sehingga menjadi sebuah sunnat untuk umatnya. dan para siswa akan menyajikan bacaannya kepada para syekh. Ini adalah salah satu dari dua cara belajar, dan yang lainnya adalah dengan mendengarkan dari syekh.

Al Hafiyzh Ibnu Hajar berkata:
وقال ابن حجر : أي على جهة المدارسة كما في رواية أخرى ، وهي أن تقرأ على غيرك مقدارا معلوما ، ثم يقرؤه عليك ، أو يقرأ قدره مما بعده ، وهكذا اهـ فيتحصل الطريقان ، والله أعلم
Yaitu pada aspek menuntut ilmu sebagaimana riwayat yang lain, yaitu kamu membacakan kepada orang lain suatu jumlah yang diketahui, kemudian dia membacakannya kepadamu, atau dia membacakan suatu jumlah setelahnya, dan seterusnya, sehingga terjadilah dua cara itu, dan Allah SWT yang lebih mengetahui. (Mirqah Mafatih (4/1448).

(Al Hafizh juga mengatakan): Saya katakan, ini merupakan bukti bahwa Al Quran pertama kali turun pada bulan Ramadhan, sebagaimana dikatakan dalam hadits Ibnu Abbas, dan pada bulan itu Jibril selalu menyimak bacaan Nabi, bahkan sebelum wafat beliau membacanya dua kali kepada Jibril. Dengan demikian sudah terjawab mengapa hadits ini diletakkan pada bab ini. (Fath al Baari).

Ramadhan : Bulan Madrasah Al-Qur'an

Bulan Ramadhan adalah bulan untuk membaca, menghapal dan memahami Al Qur'an.

Ada yang mengatakan,
الحكمة فيه ان مدارسة القرآن تجدد له العهد بمزيد غنى النفس والغنى سبب الجود.
Hikmah membaca dan mempelajari al Qur'an adalah dapat menambah kekayaan hati, karena kekayaan hati dapat menyebabkan orang menjadi murah hati.

Ada beberapa ayat Qur'an yang
mengungkapkan fungsi Al Qur'an, di antaranya :

1. Qur'an surat, Al Baqarah ayat 2 :
ذَٰلِكَ الْكِتَابُ لَا رَيْبَ ۛ فِيهِ ۛ هُدًى لِّلْمُتَّقِينَ
Kitab (Al Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa.

2. Qur'an surat Yunus ayat 57, bahwa Qur'an sebagai Mau'izhah, Syifa', Hudan dan Rahmat, Allah berfirman :

يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَتْكُم مَّوْعِظَةٌ مِّن رَّبِّكُمْ وَشِفَاءٌ لِّمَا فِي الصُّدُورِ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِّلْمُؤْمِنِينَ
Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman. (QS. Yunus [10] ayat 57).

Ramadhan : Bulan Memperbanyak Ibadah

Artinya beribadah di bulan Ramadhan mesti lebih ditingkatkan lagi daripada di bulan-bulan lainnya. Sebagai bentuk meneladani Rasulullah Saw.

Kebaikan Rasulullah Saw diungkap dihadits itu dengan kata Juud. Tidak dengan kata lain. Tidak diungkapkan dengan sedekah, infak atau lainnya. Ini menunjukkan bahwa kata Juud itu tidak khusus menunjukkan satu ibadah tertentu saja, justru kata Juud lebih umum dari satu ibadah tertentu. Hal ini menunjukkan bahwa banyak ibadah yang dilakukan oleh Rasulullah Saw di bulan Ramadhan. Di antara ibadah di bulan Ramadhan ialah : Tarawih, Membaca Qur'an, memberi makan, Zakat Fitrah, Infak, I'tikaf, thalabul ilmi dan lain sebagainya.

Memperbanyak ibadah dan amal shaleh adalah sebagai pengamalan dari mempelajari Qur'an.
Bukti mempelajari Qur'an adalah amal. Jika yang mempelajarinya telah mampu mengamalkannya maka ia menjadi shahabat Qur'an.

عَنْ أَبِي أُمَامَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : اِقْرَؤُوْا القُرْآنَ فَإِنَّهُ يَأْتِي يَوْمَ القِيَامَةِ شَفِيْعًا لِأَصْحَابِهِ . رَوَاهُ مُسْلِمٌ
Dari Abu Umamah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda, “Bacalah Al-Qur’an karena pada hari kiamat, ia akan datang sebagai syafaat untuk para pembacanya.” (HR. Muslim no. 804).

Yang dimaksud Shahibul Qur'an adalah:
المُلاَزِمِيْنَ لِتِلاَوَتِهِ العَامِلِيْنَ بِهِ
“Yang terus menerus membacanya dan mengamalkannya.” (Al-Bahr Al-Muhith, 16 : 353).

Kebaikan Beliau yang Diserupakan Dengan Angin

Al Hafizh Ibnu Hajar mengatakan mengenai makna Al Mursalat :
وَالْمُرْسَلَةُ أَيِ الْمُطْلَقَةُ يَعْنِي أَنَّهُ فِي الْإِسْرَاعِ بِالْجُودِ أَسْرَعُ مِنَ الرِّيحِ وَعَبَّرَ بِالْمُرْسَلَةِ إِشَارَةً إِلَى دَوَامِ هُبُوبِهَا بِالرَّحْمَةِ وَإِلَى عُمُومِ النَّفْعِ بِجُودِهِ كَمَا تَعُمُّ الرِّيحُ الْمُرْسَلَةُ جَمِيعَ مَا تَهُبُّ عَلَيْهِ
Al Mursalat berarti berhembus dengan cepat, maksudnya Rasulullah Saw benar-benar cepat bersikap dermawan atau murah hati melebihi cepatnya hembusan angin. Dalam hal ini Nabi disamakan dengan mursalah (angin yang berhembus) karena sifat itu (kasih sayang, murah hati) selalu ada pada diri Nabi seperti hembusan angin yang selalu ada. (Fath al Bari, kitab Bad'il wahyi).

Al Hafizh Ibnu Hajar juga mengatakan, "Adapun letak kesamaan diserupakannya kedermawanan Nabi SAW dengan kedermawanan angin yang berhembus adalah bahwa yang dimaksud dengan "angin" di sini adalah pembawa rahmat, yang dikirim Allah untuk menurunkan hujan bagi tanah yang tandus atau tanah yang lain. Yakni kebaikan beliau SAW terhadap orang-orang yang fakir dan membutuhkan lebih merata dibandingkan air hujan yang turun secara merata karena tiupan angin."
(Fath al-Bari, kitab Shaum bab Kemurah hatian Nabi Saw di bulan Ramadhan).

وَوَقَعَ عِنْدَ أَحْمَدَ فِي آخِرِ هَذَا الْحَدِيثِ لَا يُسْأَلُ شَيْئًا إِلَّا أَعْطَاهُ وَثَبَتَتْ هَذِهِ الزِّيَادَةُ فِي الصَّحِيحِ مِنْ حَدِيثِ جَابِرٍ مَا سُئِلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ شَيْئًا فَقَالَ لَا.
Dalam riwayat Ahmad dikatakan, "Tidak ada sesuatu yang diminta darinya kecuali beliau memberikannya," atau dalam hadits Jabir dengan riwayat yang shahih dikatakan, "Tidak ada sesuatu yang diminta darinya kemudian beliau mengatakan 'tidak'."

Dalam Syarh kitab Shaum karya Abdullah bin Maani' Ar Rauqi disebutkan bahwa di antara faidah hadits tersebut ialah :

أن الإنسان ينبغي أن يكون في رمضان مجتهدًا في النفع وفي الكرم وفي التشمير الأعمال الصالحة القولية والفعلية تأسيًا بالنبي - صلى الله عليه وسلم - وهذا رسول الله الذي قد غفر له ما تقدم من ذنبه وما تأخر يفعل ذلك فكيف بمن دونه
Di bulan Ramadhan, hendaknya seseorang rajin memberi manfaat, dermawan, dan beramal shaleh, baik lisan maupun amal nyata, dengan meneladani Nabi – semoga shalawat dan salam kepadanya – dan inilah Rasulullah yang telah diampuni dosa-dosanya yang lalu dan yang akan datang. Dia melakukan itu, lalu bagaimana dengan orang selain beliau?
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments

Contact Us