Kapan Niat Shaum Sunnat ?

Kapan Niat Shaum Sunnat ?

وَعَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ: ( دَخَلَ عَلَيَّ اَلنَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم ذَاتَ يَوْمٍ. فَقَالَ: هَلْ عِنْدَكُمْ شَيْءٌ? قُلْنَا: لَا. قَالَ: فَإِنِّي إِذًا صَائِمٌ ثُمَّ أَتَانَا يَوْمًا آخَرَ, فَقُلْنَا: أُهْدِيَ لَنَا حَيْسٌ, فَقَالَ: أَرِينِيهِ, فَلَقَدْ أَصْبَحْتُ صَائِمًا فَأَكَلَ ) رَوَاهُ مُسْلِمٌ

616. Dari 'Aisyah Radliyallaahu 'anhu berkata: Suatu hari Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam masuk ke rumahku, lalu beliau bertanya: "Apakah ada sesuatu padamu?" Aku menjawab: Tidak ada. Beliau bersabda: "Kalau begitu aku shaum." Pada hari lain beliau mendatangi kami dan kami katakan: Kami diberi hadiah makanan hais (terbuat dari kurma, samin, dan susu kering). Beliau bersabda: "Tunjukkan padaku, sungguh tadi pagi aku shaum." Lalu beliau makan. (HR. Muslim (1154).

Keterangan :

Ash-Shan’ani dalam Subulus Salam Syarah Bulughul Maram mengatakan :

حَيْسٌ» بِفَتْحِ الْحَاءِ الْمُهْمَلَةِ فَمُثَنَّاةٌ تَحْتِيَّةٌ فَسِينٌ مُهْمَلَةٌ هُوَ التَّمْرُ مَعَ السَّمْنِ وَالْأَقِطِ

Hais (dengan difathah huruf yang tidak bertitik dan huruf bertitik dua di bawah, lalu huruf sin yang tidak bertitik) ialah terbuat dari kurma, samin, dan susu kering).

 

فَالْجَوَابُ عَنْهُ أَنَّهُ أَعَمُّ مِنْ أَنْ يَكُونَ بَيَّتَ الصَّوْمَ أَوْ لَا فَيُحْمَلُ عَلَى التَّبْيِيتِ؛ لِأَنَّ الْمُحْتَمَلَ يُرَدُّ إلَى الْعَامِّ وَنَحْوِهِ عَلَى أَنَّ فِي بَعْضِ رِوَايَاتِ حَدِيثِهَا " إنِّي كُنْت أَصْبَحْت صَائِمًا " وَالْحَاصِلُ أَنَّ الْأَصْلَ عُمُومُ حَدِيثِ التَّبْيِيتِ وَعَدَمُ الْفَرْقِ بَيْنَ الْفَرْضِ وَالنَّفَلِ وَالْقَضَاءِ وَالنَّذْرِ وَلَمْ يَقُمْ مَا يَرْفَعُ هَذَيْنِ الْأَصْلَيْنِ فَتَعَيَّنَ الْبَقَاءُ عَلَيْهِمَا.

Jawaban atas hadits ini adalah, bahwa hadits ini bersifat umum tidak menjelaskan apakah beliau telah meniatkan puasa pada malam hari atau tidak. Kemudian hadits ini dipahami bahwa beliau telah meniatkannya pada malam hari, karena kemungkinan seperti ini akan menjelaskan sifat umum sesuatu atau yang sejenisnya, hal ini berdasarkan kenyataan bahwa ada sebagian riwayat hadits yang menyebutkan,

فَلَقَدْ أَصْبَحْتُ صَائِمًا فَأَكَلَ

"Sesungguhnya aku tadi dalam keadaan berpuasa."

وَالْحَاصِلُ أَنَّ الْأَصْلَ عُمُومُ حَدِيثِ التَّبْيِيتِ وَعَدَمُ الْفَرْقِ بَيْنَ الْفَرْضِ وَالنَّفَلِ وَالْقَضَاءِ وَالنَّذْرِ وَلَمْ يَقُمْ مَا يَرْفَعُ هَذَيْنِ الْأَصْلَيْنِ فَتَعَيَّنَ الْبَقَاءُ عَلَيْهِمَا.

Kesimpulannya, bahwa hukum asli dalam masalah ini ialah: pertama, hadits yang memerintahkan untuk meniatkan puasa pada malam hari bersifat umum; kedua, tidak ada perbedaan antara puasa wajib, sunnah, qadha' dan nadzar, ditambah lagi tidak ada dalil kuat yang membantah kedua argumen ini, maka hukum yang berlaku harus mengacu kepada kedua argumen yang telah disebutkan.

Sumber : Subulus Salam Syarh Bulughul Maram versi arab (2/428). Lihat Kitab Subulus Salam al Mushilah ila al bulugh al maram ditahqiq dan ditakhrij oleh Muhammad Shabhi Hasan Halaq (4/93).

Kesimpulan Kami :

Hadits ini dijadikan dalil sebagai :

• Bolehnya berniat shaum di waktu siang.

• Bolehnya berbuka bagi yang shaum sunnat di waktu siang.

• Nabi Muhammad SAW selalu bersifat sederhana di dunia dan menjauhkan diri dari kesenangan fana. Untuk mengutakan nikmat Allah di akhirat, sampai-sampai di rumahnya pada hari-hari tertentu tidak ada makanan.

• Para sahabat, radhiyallahu 'anhu, biasa menghibur Rasulullah Shallalahu 'Alaihi wa Sallam dengan makanan enak yang mereka miliki.

• Nabi Saw menerima hadiah.


Baca Juga

Post a Comment

0 Comments

Contact Us