Imam dan Khatib ‘Id Berbeda, Bolehkah ?

 

Imam dan Khatib ‘Id Berbeda, Bolehkah ?

Pada masa Rasulullah Saw dan para shahabat, imam dan khatib pada Shalat ‘Ide, shalat Jum’at dan shalat Gerhana adalah orang yang sama, yakni Rasulullah Saw dan para Khalifah penerusnya. Karena pada waktu itu imam shalat identik dengan pemimpin negara.

Ada beberapa hadits yang menerangkan sebagai berikut”

عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ: جَاءَ سُلَيْكٌ الْغَطَفَانِيُّ يَوْمَ الْجُمُعَةِ وَرَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَخطُبُ فَجَلَسَ فَقَالَ لَهُ: يَا سُلَيْكُ قُمْ فَارْكَعْ رَكْعَتَيْنِ وَتَجَوَّزْ فِيْهِمَا -ثُمَّ قَالَ- إذَا جَاءَ احَدُكُمْ يَوْمَ الْجُمُعَةِ وَالإِمَامُ يَخْطُبُ فَلْيَرْكَعْ رَكْعَتَيْنِ وَلْيَتَجَوَّزْ فِيْهِمَا.

Dari Jabir bin Abdullah, ia berkata, Telah datang Sulaik al-Ghathafani pada hari Jum’at dan Rasulullah Saw sedang berkhutbah. Beliau bersabda kepadanya, ‘Wahai Sulaik berdiri, lalu shalatlah dua raka’at dan ringankan bacaannya’. Kemudian beliau bersabda, ‘Apabila datang salah seorang dari kamu pada hari Jum’at dan imam sedang berkhutbah, maka shalatlah dua raka’at dan ringankanlah bacaannya.” (HR. Muslim).[1]

Pada riwayat lain,

عَنْ سَهلِ بْنِ مُعَاذِ بْنِ أَنَسٍ عَنْ أَبِيْهِ : أنَّ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم نَهَى عَنِ الْحُبْوَةِ يَوْمَ الْجُمُعَةِ والْإِمَامُ يَخْطُبُ.

Dari Sahl bin Mu’adz bin Anas dari ayahnya, “Sesungguhnya Rasulullah Saw melarang duduk bertegak lutut, padahal imam sedang berkhutbah.” (HR. Abu Dawud).[2]

Pada hadits-hadits di atas terkandung makna Khabariyah sekaligus Isyarah bahwa imam dan khatib pada shalat ‘Id dan Jum’at adalah orang yang sama.

Kemudian akhir-akhir ini sering terjadi khatib dan imam berbeda pada shalat Jum’at dan ‘Id, walau tidak ada perintah agar imam dan khatib orang yang sama dan tidak ada larangan imam dan khatib orang yang berbeda. Akan tetapi amaliyah yang terjadi pada masa Rasulullah Saw dan para shahabat lebih utama untuk diikuti. Berdasarkan kaidah:

اَلْأَصْلُ فِيْ أفْعَالِ النّبِيِّ صلى الله عليه وسلم اَلْإِقْتِدَاءُ.

“Pada dasarnya perbuatan Nabi Saw harus diikuti.”

Kesimpulan: Imam dan khatib pada shalat ‘Id, Jum’at dan shalat Gerhana, afdhal-nya (lebih utama) tidak berbeda orang.

Disalin dari Buku Masalah seputar shaum Ramadhan dan 'Idul Fithri (hal. 82-83).


[1] Shahih Muslim, II: 597, No. 875.

[2] Sunan Abu Dawud, II: 372, No. 1110.


Baca Juga

Post a Comment

0 Comments

Contact Us