Hadits yang berkaitan dengan doa khusus dalam rangka menyambut datangnya bulan Ramadhan terbagi menjadi dua macam :
1.
Dirangkaikan dengan bulan Rajab dan
Sya’ban. Haditsnya sebagai berikut :
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ
كَانَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم إِذَا دَخَلَ رَجَبٌ قَالَ اللهُمَّ بَارِكْ
لَنَا فِيْ رَجَبٍ وَشَعْبَانَ وَبَارِكْ لَنَا فِيْ رَمَضَانَ وَكَانَ يَقُوْلُ
لَيْلَةُ الْجُمُعَةِ غَرَّاءُ وَيَوْمُهَا أزْهَرُ.
Dari Anas bin Malik, ia berkata, “Nabi Saw apabila masuk bulan Rajab, beliau berdo’a, ‘Ya Allah berkahilah kami pada bulan Rajab dan Sya’ban, dan berkahilah kami pada bulan Ramadhan.’ Dan beliau berkata, ‘Malam Jum’at itu indah dan siang harinya bercahaya.” (HR. Ahmad).
Dalam riwayat lain dengan redaksi :
إذَا دَخَلَ رَجَبٌ قَالَ
اللهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيْ رَجَبٍ وَشَعْبَانَ وَبَلِّغْنَا رَمَضَانَ
“Apabila masuk bulan Rajab, beliau berdo’a, ‘Ya Allah,
berkahilah kami pada bulan Rajab dan Sya’ban, dan sampaikanlah kami pada bulan
Ramadhan.’ (HR. Al-Bazzar, ath-Thabrani, al-Baihaqi, Ibnu Asakir, al-Mundziri,
Abdul Ghani al-Maqdisi, al-Khalal dan Abu Nu’aim).
Meski diriwayatkan oleh banyak Mukharrij (pencatat dan
periwayat hadits), namun semua jalur periwayatan hadits itu melalui seorang
rawi bernama Za’idah bin Abu Ar Ruqad. Ia menerima dari rawi Ziyad bin Abdullah
an-Numairi. Dengan demikian, hadits di atas dikategorikan sebagai hadits gharib
muthlak (benar-benar tunggal).
Hadits di atas dha’i, disebabkan ke-dha’if-an
rawi bernama Za’idah bin Abu Ar Ruqad dan Ziyad bin Abdullah an-Numairi :
a.
Rawi Za’idah bin Abu Ar Ruqad
Imam Al-Bukhari berkata, “Dia munkar al hadits. Abu
Dawud berkata, “Saya tidak mengenal khabarnya”. Dan An-Nasai berkata, “Saya
tidak tahu siapa dia”. Adz-Dzahabi berkata, “Dia dha’if”. (Lihat
Mizanul-I’tidal (II:65).
b.
Ziyad bin Abdullah an-Numairi
Ibnu Ma’in berkata, “Pada haditsnya terdapat ke- dha’if-an”.
Abu Hatim berkata, “Haditsnya dicatat dan tidak dapat dijadikan hujjah”. Abu
‘Ubaid Al-Ajiri berkata, “Saya bertanya kepada Abu Dawud tentang (Ziyad), maka
ia men- dha’if-kannya”. Ibnu Hibban berkata, “Dia keliru”. Kata Ibnu
Hajar, “Ibnu Hibban menyebutkannya pula dalam kita ad-Dhu’afa, dan ia
berkata, “Dia (Ziyad) munkar al-Hadits, meriwayatkan dari Anas sesuatu
yang tidak menyerupai hadits para rawi siqat. Dia ditinggalkan oleh Ibnu
Ma’in. (Lihat Tahdzib at-Tahdzib (III:378).
Kesimpulan:
Hadits-hadits yang berkaitan dengan doa menyambut Ramadhan
yang dirangkai dengan bulan Rajab dan Sya’ban kedudukannya dha’if dan
tidak dapat dijadikan hujjah untuk pengamalan.
2.
Tidak dirangkai dengan bulan Rajab
dan Sya’ban
Doa khusus menyambut bulan Ramadhan
yang populer di sebagian kaum muslimin dengan redaksi :
اللهُمَّ سَلِّمْنِي
لِرَمَضَانَ وَسَلِّمْ رَمَضَانَ لِي وَتَسَلَّمْهُ مِنِّيْ مُتَقَبَّلاً.
“Ya Allah, selamatkanlah aku untuk Ramadhan dan selamatkanlah
Ramadhan untukku dan terimalah ia untukku (sebagai amal) yang diterima.”
Redaksi di atas tidak didapatkan sumber asalnya. Adapun
redaksi yang ditemukan sumber dan periwayatannya adalah sebagai berikut :
عَنْ عُبَادَةَ بْنِ الصَّامِتِ
: اللهُمَّ سَلِّمْنِي لِرَمَضَانَ وَسَلِّمْ رَمَضَانَ لِي وَتَسَلَّمْهُ مِنِّيْ
مُتَقَبَّلاً.
Dari Ubadah bin as-Shamit, “Ya Allah, selamatkanlah aku untuk
Ramadhan dan selamatkanlah Ramadhan untukku dan terimalah ia untukku (sebagai
amal) yang diterima.” (HR. ad-Dailami). Al Firdaus bi Ma’sur al-Khitab, I:
471, no. 1919).
Dalam penelusuran Ibnu Hajar redaksi hadits versi ad-Dailami
itu selengkapnya sebagai beriku :
عَنْ عُبَادَةَ بْنِ الصَّامِتِ
قَالَ كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم يُعَلِّمُنَا هَؤُلاَءِ
الْكَلِمَاتِ إذَا جَاءَ رَمَضَانُ يَقُوْلُ اللهُمَّ سَلِّمْنِي لِرَمَضَانَ
وَسَلِّمْ رَمَضَانَ لِي وَتَسَلَّمْهُ مِنِّيْ مُتَقَبَّلاً.
Dari Ubadah bin ash-Shamit, ia berkata, “Rasulullah Saw
mengajarkan kepada kami beberapa kalimat apabila datang bulan Ramadhan, agar
salah seorang di antara kami mengucapkan, “Ya Allah, selamatkanlah aku untuk
Ramadhan dan selamatkanlah Ramadhan untukku dan terimalah ia dariku (sebagai
amal) yang diterima.” (HR. ath-Thabrani, ad-Du’a, 284, No. 912).
Sementara ath-Thabrani meriwayatkan
dengan redaksi :
عَنْ عُبَادَةَ بْنِ الصَّامِتِ
قَالَ كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم يُعَلِّمُنَا هَؤُلاَءِ
الْكَلِمَاتِ إذَا جَاءَ رَمَضَانُ اَنْ يَقُوْلَ أَحَدُنَا اللهُمَّ سَلِّمْنِي
لِرَمَضَانَ وَسَلِّمْ رَمَضَانَ لِي وَتَسَلَّمْهُ مِنِّيْ مُتَقَبَّلاً.
Dari Ubadah bin ash-Shamit, ia berkata, “Rasulullah Saw
mengajarkan kepada kami beberapa kalimat apabila datang bulan Ramadhan, agar
salah seorang di antara kami mengucapkan: “Ya Allah, selamatkanlah aku dari
Ramadhan dan selamatkanlah Ramadhan untukku dan terimalah ia dariku (sebagai
amal) yang diterima.”
Abdul Karim bin Muhammad al-Qazwini
meriwayatkan pula dengan redaksi :
عَنْ عُبَادَةَ بْنِ الصَّامِتِ
قَالَ كَانَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم إِذَا دَخَلَ رَمَضَانُ يُعَلِّمُنَا
اَنْ نَقُوْلَ اللهُمَّ سَلِّمْنا لِرَمَضَانَ وَسَلِّمْ رَمَضَانَ مِنَّا
وَتَسَلَّمْهُ مِنَّا مُتَقَبَّلاً.
Dari Ubadah bin ash-Shamit, ia berkata, “Nabi Saw apabila
datang bulan Ramadhan mengajarkan kepada kami, agar kami mengucapkan: “Ya
Allah, selamatkanlah kami untuk Ramadhan dan selamatkanlah Ramadhan untuk kami dan
terimalah ia dari kami (sebagai amal) yang diterima.” (at-Tadwin fi Akhbar
Qazwin, III: 424).
Adz-Dzahabi dalam menjelaskan rawi Ibnu Syagabah Abu al-Qasim
Abdul Malik bin Ali bin Khalaf, mencantumkan hadits tersebut dengan redaksi
sebagai berikut :
عَنْ عُبَادَةَ بْنِ الصَّامِتِ
قَالَ كَانَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم يُعَلِّمُنَا هَؤُلاَءِ الْكَلِمَاتِ
إذَا جَاءَ رَمَضَانُ اللهُمَّ سَلِّمْنِي لِرَمَضَانَ وَسَلِّمْ رَمَضَانَ لِي
وَتَسَلَّمْهُ مِنِّيْ مُتَقَبَّلاً.
Dari Ubadah bin ash-Shamit, ia
berkata, “Nabi Saw mengajarkan kepada kami beberapa kalimat apabila datang
bulan Ramadhan, agar salah seorang di antara kami mengucapkan: “Ya Allah,
selamatkanlah aku untuk Ramadhan dan selamatkanlah Ramadhan untukku dan
terimalah ia dariku (sebagai amal) yang diterima.” (HR. Ibnu Syagabah Abu
al-Qasim, Siyar A’lam an-Nubala, XIX: 51, No. 31).
Meski diriwayatkan oleh beberapa mukharrij (pencatat
dan periwayat hadits) dengan redaksi yang berbeda, namun semua jalur
periwayatan hadits itu melalui seorang rawi yang populer disebut Abu Ja’far
ar-Razi, dari Abdul Aziz bin Umar bin Abdul Aziz, dari Shalih bin Kaisan, dari
Ubadah bin ash-Shamit.
Dengan demikian, hadits di atas dikategorikan sebagai hadits gharib
muthlaq (benar-benar tunggal).
Hadits di atas dha’if dengan sebab ke-dhaifan Abu
Ja’far ar-Razi, namanya Isa bin Abu Isa Mahan. Dia di-dha’if-kan oleh
para ahli hadits, antara lain, Al-Fallas berkata, “Dia buruk hafalannya”. Abu
Zur’ah berkata, “Sering ragu-ragu (dalam meriwayatkan).”
Penilaian Para Ulama Terhadap Hadits di Atas :
Syekh Syu’aib al-Arnauth berkata: “Sanadnya dha’if karena
kedha’ifan Abu Ja’far ar-Razi, namanya Isa bin Mahan. Ibnu al-Madini berkata, “Dia
rusak (hapalannya).” Yahya bin Ma’in berkata, “Dia keliru.” Ahmad berkata, “Dia
tidak kuat dalam hadits.” Abu Zur’ah berkata, “Dia banyak waham.” Menurut saya,
“Dia rawi hadits Anas, yang menerangkan bahwa Rasulullah Saw tidak
henti-hentinya qunut pada shalat Shubuh hingga meninggal dunia.”
Kesimpulan :
1. Hadits yang
berkaitan dengan doa menyambut Ramadhan tanpa dirangkaikan dengan bulan Rajab
dan Sya’ban kedudukannya dha’if dan tidak dapat dijadikan hujjah untuk
pengamalan.
2. Menyambut kedatangan bulan Ramadhan tidak disyari’atkan berdo’a secara khusus.
Baca Juga :
- Pengertian Niat, Niat Shaum Wajib dan Niat Shaum Sunnat
- Minta Maaf Sebelum Ramadhan
- Doa Buka Shaum
- Wanita yang Nifas Sambil Menyusui Di Bulan Ramadhan Qadha atau Fidyah ?
0 Comments
Informasi:
Form komentar ini menggunakan moderasi, setiap komentar yang masuk akan melalui proses pemeriksaan sebelum ditampilkan dalam kolom komentar. Memasang link di komentar tidak akan ditampilkan. Hanya komentar yang membangun dan sesuai topik artikel saja yang akan saya tampilkan. Mohon maaf atas ketidaknyamanannya.