Klasifikasi As-Sunnah dan Kuantitas Sanad

Klasifikasi As-Sunnah dan Kuantitas Sanad

f. Klasifikasi As-Sunnah

1) Kuantitas Sanad

As-Sunnah dan Hadits ditinjau dari segi kuantitas sanad, banyak atau sedikit jalan periwayatan dan penyandarannya, dibagi kepada dua bagian : Mutawatir dan Ahad.
Mutawatir ; adalah sanad hadits yang diriwayatkan oleh banyak orang dan mustahil mereka bersepakat untuk berdusta, diterima dari banyak orang pula periwayatannya sampai kepada Nabi SAW. Melalui penglihatan atau pendengaran langsung. Mutawatir dapat berbentuk lafzi dan ma’nawi.

Contoh hadits Mutawatir lafzi :
مَنْ كَذَّبَ عَلَيَّ مُتَعَمِدًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ.
“Barangsiapa yang berdusta atas namaku, maka bersiaplah untuk mengambil tempat duduknya di neraka”.

Contoh hadits mutawatir ma’nawi yaitu ; mengangkat tangan ketika berdo’a pada waktu dan tempat-tempat tertentu yang diriwayatkan sekitar 100 hadits dengan perbedaan lafal namun dengan makna sama, yang menunjukkan bahwa Nabi SAW, mengangkat tangan ketika berdo’a.

Adapun hadits Ahad adalah hadits yang diriwayatkan oleh beberapa orang yang terbatas, di bawah jumlah mutawatir. Dilihat dari aspek ini ada yang disebut dengan As-Sunnah Al-Masyhurah atau hadits masyhur (diriwayatkan minimal oleh tiga orang), ‘Aziz (diriwayatkan oleh dua orang), dan garib (diriwayatkan oleh seorang perawi).

Contoh hadits Masyhur.
إنَّ اللهَ لَا يَقْبَضُ العِلْمَ إنْتِزَاعًا يَنْتَزِعُهُ مِنَ العِبَادِ وَلَكِنْ يَقْبِضُ العِلْمَ بِقَبْضِ العُلَمَاءِ حَتَّى إذَا لَمْ يَبْقِ عَالِمًا اتَّخَذَ النَّاسُ رُءُوْسًا جُهَالًا فَسُئِلُوْا فَأفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ فَضَلُّوْا وأضَلُّوا.
“Sesungguhnya Allah tidaklah mencabut ilmu sekaligus mencabutnya dari hamba, akan tetapi Allah mencabut ilmu dengan cara mewafatkan para ulama hingga apabila Allah sudah tidak menyisakan seorang ulama pun maka manusia akan mengangkat pemimpin dari kalangan orang-orang bodoh, ketika mereka ditanya mereka berfatwa tanpa ilmu, mereka sesat dan menyesatkan.”

Hadits ini diriwayatkan dari empat sahabat Nabi SAW.; Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash, Ziyad bin Labid, Aisyah dan Abu Hurairah.

Contoh hadits ‘Aziz :

لَا يُؤْمِنُ أحَدُكُمْ حَتَّى أكُوْنَ أحَبُّ إلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ وَوَلَدِهِ.
“Tidak sempurna keimanan seseorang di antara kamu hingga aku lebih dicintai daripada kedua orang tua dan anaknya”.

Hadits ini diriwayatkan oleh Bukhari, Muslim dari Anas bin Malik dan Imam Bukhari dari Abu Hurairah.

Contoh hadits garib  ;
إِنَّمَا ألْأَعْمَالُ بِالنِّيَاتِ وإنَّمَا لِكُلِّ مْرِئٍ مَا نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إلىَ الدُنْيَا يُصِيْبُهَا أوْ إلَى امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إلَى مَا  هَاجَرَ إلَيْهِ.
“Semua perbuatan itu tidak lain disertai niat, dan (balasan) bagi tiap-tiap orang tiada lain sesuai dengan apa yang diniatkan; barangsiapa niat hijrahnya karena dunia yang ingin digapainya atau karena seorang perempuan yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya adalah kepada apa yang diniatkannya”.

Hadits ini hanya bersumber dari ‘Umar bin Khaththab. Dari Umar hanya diriwayatkan oleh Al-Qamah bin Waqqas Al-Laetsi. Dari Al-Laetsi hanya diriwayatkan oleh Muhammad bin Ibrahim At- Taimi, Dari Muhammad hanya diriwayatkan oleh Yahya bin Sa’id Al-Anshari.

Dengan demikian, ditinjau dari segi kuantitas sanad hadits pun ada yang qat’i al-wurud (mutawatir) dan Zanni al-wurud (ahad).

Baca Juga

Post a Comment

0 Comments

Contact Us