Hati-hati Semangat Tinggi Beribadah Tapi Tidak Didasari Ilmu

Hati-hati Semangat Tinggi Beribadah Tapi Tidak Didasari Ilmu


Adakalanya manusia ingin memaksimalkan ibadah, semangat dalam beribadah, namun jika ibadah itu
 tidak didasari dengan ilmu, maka keinginan tersebut bisa melanggar batasan-batasan agama. hal ini bisa kita pelajari dari kisah Abdullah bin 'Amr.

......ثُمَّ انْطَلَقَ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَشَكَانِي فَأَرْسَلَ إِلَيَّ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَتَيْتُهُ فَقَالَ لِي أَتَصُومُ النَّهَارَ قُلْتُ نَعَمْ قَالَ وَتَقُومُ اللَّيْلَ قُلْتُ نَعَمْ قَالَ لَكِنِّي أَصُومُ وَأُفْطِرُ وَأُصَلِّي وَأَنَامُ وَأَمَسُّ النِّسَاءَ فَمَنْ رَغِبَ عَنْ سُنَّتِي فَلَيْسَ مِنِّي. رواه احمد

Abdullah bin ‘Amr berkata ............Kemudian Amr bin Al Ash menghadap Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan melaporkan kasusku kepada beliau. Lalu beliau mengutus utusan untuk memanggilku. Aku pun akhirnya menghadap beliau. Beliau menanyaiku: "Apakah kamu selalu berpuasa di siang hari?" saya menjawab, "Ya." Beliau bertanya lagi, "Apakah kamu juga selalu melaksanakan shalat malam?" saya menjawab, "Ya." Beliau bersabda: "Saya berpuasa tapi juga berbuka (tidak berpuasa), saya melaksanakan shalat malam tapi juga tidur, dan aku juga mengumpuli para isteriku, barangsiapa tidak menyukai sunnahku berarti ia bukan golonganku." HR. Ahmad

Pelajaran dari Qisah Abdullah bin ‘Amr
-        Bahwa tidak setiap yang dipandang baik oleh manusia itu baik bagi Allah dan Rasul-Nya. Bahkan setiap pandangan manusia itu berbeda-beda apabila tidak dibimbing oleh Wahyu.

Seperti Qisah Abdullah bin ‘Amr itu, ia ingin terus-menerus shaum dan terus-menerus shalat malam dan tidak mau menggauli istrinya.

Pandangan menurut dia itu bagus. Tetapi menurut Rasulullah Saw itu tidak bagus.

Oleh karenanya Rasulullah Saw. menganjurkan memerintahkan untuk berbuka, dan memerintahkan agar tidur dan memerintahkan untuk menggauli istrinya.

Perintah berbuka, itu berarti kita sebagai manusia jika melakukan shaum terus-menerus tentunya ada kemadharatannya, karena ada unsur Tasyid fil ‘Ibadah tamak sekali dalam beribadah atau Takalluf, padahal sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa tubuh itu memerlukan makan, minum.  

Kecuali shaum Senin- Kamis, shaum Dawud, shaum satu bulan tiga hari. Itu pun bagi yang mampu.

Demikian pula Nabi Saw. perintahkan ia untuk tidur, artinya ; jangan terus menerus memaksakan shalat malam, hingga di waktu sakit pun melaksanakannya, karena Rasulullah Saw jika sakit beliau tidak shalat malam, oleh karenanya, adakan satu malam, dua malam agar tubuh itu beristirahat. Tapi jangan pula kita berani menyepelekan shalat malam.

Demikian pula Nabi Saw. perintahkan ia untuk menggauli istrinya, karena istri pun punya hak, perlu terpenuhi haknya. Terutama kebutuhan biologis itu tersalurkan pada tempatnya.

Di satu keterangan lain menerangkan pula agar tidak menyepelekan ibadah yang sunnat. Sehingga seperti yang pernah dinyatakan oleh Ibnu ‘Umar – di mana ia pernah bermimpi dibawa oleh kedua malaikat ke dalam neraka, setelah mimpi itulah Ibnu ‘Umar tidak meninggalkan shalat Malam. Seperti pada hadits berikut ini :

عَنْ سَالِمٍ عَنْ أَبِيهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ كَانَ الرَّجُلُ فِي حَيَاةِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا رَأَى رُؤْيَا قَصَّهَا عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَتَمَنَّيْتُ أَنْ أَرَى رُؤْيَا فَأَقُصَّهَا عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَكُنْتُ غُلَامًا شَابًّا وَكُنْتُ أَنَامُ فِي الْمَسْجِدِ عَلَى عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَرَأَيْتُ فِي النَّوْمِ كَأَنَّ مَلَكَيْنِ أَخَذَانِي فَذَهَبَا بِي إِلَى النَّارِ فَإِذَا هِيَ مَطْوِيَّةٌ كَطَيِّ الْبِئْرِ وَإِذَا لَهَا قَرْنَانِ وَإِذَا فِيهَا أُنَاسٌ قَدْ عَرَفْتُهُمْ فَجَعَلْتُ أَقُولُ أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ النَّارِ قَالَ فَلَقِيَنَا مَلَكٌ آخَرُ فَقَالَ لِي لَمْ تُرَعْ فَقَصَصْتُهَا عَلَى حَفْصَةَ فَقَصَّتْهَا حَفْصَةُ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ نِعْمَ الرَّجُلُ عَبْدُ اللَّهِ لَوْ كَانَ يُصَلِّي مِنْ اللَّيْلِ فَكَانَ بَعْدُ لَا يَنَامُ مِنْ اللَّيْلِ إِلَّا قَلِيلًا. رواه البخاري رقم : 1121 [الفتح 3: 6]

Dari Salim dari Bapaknya radliallahu 'anhu berkata; "Sudah menjadi kebiasaan seseorang pada masa hidup Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bila bermimpi, biasanya dia menceritakannya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Aku pun berharap bermimpi hingga aku dapat mengisahkannya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Saat itu aku masih remaja. Pada suatu hari di jaman Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam aku tidur di masjid lalu aku bermimpi ada dua malaikat memegangku lalu membawaku ke dalam neraka, aku melihat neraka yang ternyata adalah lubang besar bagaikan lubang sumur (atau jurang). Neraka itu memiliki dua emperan dan aku melihat di dalamnya ada orang-orang yang sebelumnya aku sudah mengenal mereka. Dengan melihat mereka, membuat aku berkata,; "Aku berlindung kepada Allah dari neraka" Dia berkata,; "Kemudian kami berjumpa dengan malaikat lain lalu dia berkata, kepadaku; "Janganlah kamu takut". Kemudian aku ceritakan mimpiku itu kepada Hafshah, lalu Hafshah menceritakannya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Maka Beliau pun bersabda: "Sungguh 'Abdullah (bin "Umar) adalah seorang yang beruntung (bahagia) bila dia mendirikan shalat malam". Setelah peristiwa ini 'Abdullah bin 'Umar tidak tidur malam kecuali sedikit".  HR. Al-Bukhari no. 1121 (Fathul-baari, 3 ; 6)

Baca Juga

Post a Comment

0 Comments

Contact Us