Untuk menyampaikan
pemahaman kepada satu perkara, adakalanya dijelaskan dengan sebuah pengertian
atau dijelaskan dengan sebuah perumpamaan, satu perkara yang sulit untuk
dipahami atau sulit dijelaskan kepada yang lain, maka hal itu dapat dijelaskan
dengan cara membuat perumpaan. Caranya satu perkara yang sulit dipahami itu
diserupakan dengan perkara yang sudah dikenal dengan adanya keserupaan antara
yang diserupakan (Musabbah) dengan yang diserupakan dengannya (Musabbah bieh),
seperti pernyataan Rasulullah saw kepada Para sahabat :
”ان من الشجرة شجرة لا
يسقط ورقها، و انها مثل المسلم"
“Sesungguhnya di
antara pohon-pohon itu ada satu pohon yang tidak berguguran daunnya,
sesungguhnya pohon tersebut serupa dengan muslim”
Rasul hendak
menjelaskan satu pohon yang sebelumnya belum diketahui, lalu beliau
mengumpamakannya dengan perkara yang telah mereka ketahui yaitu pohon tersebut
diserupakan dengan Keadaan Muslim, diserupakan dengan Muslim barangkali Rasul
menilai Para Sahabat telah mengetahui keadaan Muslim supaya mereka dapat
memahami maksud pohon yang disebutkan oleh Nabi Saw, lalu beliau menanyakan :
فحدثوني
ما هي ؟
“Ceritakanlah padaku pohon apakah itu ?”
Dengan pertanyaan
tersebut para sahabat akan teruji dengan perkara yang mereka belum mengetahuinya, lalu hal
itu mendorong mereka untuk memahami ilmu.
Setelah Rasul
memberikan gambaran pohon tersebut, ternyata Para Sahabat tidak ada yang
memahami pohon yang disebutkan oleh Rasul itu, namun yang diterka oleh mereka
adalah bahwa itu adalah pohon yang tumbuh di lembah :
"فوقع
الناس في شجرة البوادي"
“Maka Para
Sahabat beranggapan bahwa yang dimaksud adalah pohon yang berada di lembah”
Dan mereka
terlupakan dari Pohon Kurma. Ternyata hanya seorang Sahabat saja yang menyangka
bahwa yang dimaksud adalah pohon Kurma, Sahabat ini bernama Abdullah bin Umar
atau lebih dikenal dengan nama Ibnu Umar :
"قال عبد الله : ووقع فس نفسي
انها النخلة، فاستحييت"
“Abdullah berkata
: terlintas dalam hatiku, bahwa ia adalah pohon Kurma, tapi aku malu
mengungkapkannya”
Apa yang terlintas
pada Ibnu Umar bahwa pohon tersebut adalah pohon Kurma karena pada saat itu
dibawakan kepada Nabi Saw Jantung Kurma, dia bermaksud untuk menyampaikannya
namun karena aku yang termuda maka aku diam (ujar Ibnu Umar), sedangkan pada
riwayat lain : ujarnya : aku adalah yang kesepuluh dan aku yang paling
terkecil, demikian pula karena : Aku melihat Abu Bakar dan Umar tidak
mengatakannya lalu aku pun tidak senang apabila mengatakannya. Ketika Ibnu Umar
ceritakan
kepada Ayahnya yaitu Umar bin Khathab, bahkan ia didorong oleh ayahnya supaya
mengatakan itu kepada Nabi Saw, tanggapannya ;
"فقال :لان تكون قلتها أحب الي من
أن يكون لي كذا و كذا"
“Lalu ia berkata:
karena sesungguhnya aku lebih suka bila engkau ungkapkan saat itu dari pada
keadaanku begini dan begini”
Dari pernyataan
Umar ini, menunjukkan Anjuran untuk menyampaikannya, ketika kemaslahatan dari
menyampaikannya itu terwujud dari rasa malu.
Atas ketidak pahaman para sahabat tentang pohon yang dimaksud oleh Nabi
Saw, Lalu mereka bertanya :
"ثم
قالوا : حدثنا ما هي يا رسول الله، قال : { هي
النخلة }ـ
“Kemudian
mereka berkata : ceritakanlah kepada kami wahai
Rasulullah, ia bersabda : ia adalah pohon Kurma”.
Rasulullah saw menguji
kadar keilmuan mereka apabila mereka tidak memahaminya tentu Rasul
menjelaskannya.
Pohon itu begitu istimewa sehingga diserupakan
dengan Muslim, di satu sisi kesamaan antara pohon ini dan Muslim adalah tidak
gugur daunnya, ternyata tidak sebatas
itu saja, bahkan dinyatakan para riwayat lain, Bahwa Rasulullah Saw bersabda :
"ان
من الشجر لما بركته كبركة المسلم"
“sesungguhnya
dari pohon tersebut tatkala barokahnya seperti barokah Muslim”
Barokah atau manfaat pohon Kurma itu terwujud
pada semua bagiannya, senantiasa pada senua bagiannya, dari semenjak tumbuhnya
sampai ia kering, kemudian setelah itu diambil manfaatnya pada semua bagiannya,
sehingga biji-bijinya pun termakan hewan dan serabutnya juga dapat dijadikan
tali, serta manfaat yang lainnya.
Demikian pula barokah
seorang Muslim meliputi seluruh keadaannya, juga manfaatnya terus-menerus ada
untuknya dan untuk orang lain sampai setelah matinya pun.
bahkan Allah mengumpamakan Kalimah Thoyyibah dengan pohon ini :
“Tidakkah kamu
perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti
pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya menjulang ke langit, pohon itu
memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Rabbnya. Allah membuat
perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat” [Ibrahim : 24-25].
Rasulullah Saw membaca
lalu menyebutkan ayat ini lalu ia bersabda :
“Apakah kamu
mengetahui pohon apakah itu ? Ibnu Umar berkata : tidak tersembunyi atasku
bahwa pohon itu adalah pohon Kurma tapi menghalangiku menceritakannya pada usia
itu, lalu Rasulullah saw bersabda : ia adalah pohon Kurma.
Demikian pula pada
riwayat lain, bahwa Rasulullah saw bersabda :
من يخبرني عن شجرة مثلها مثل المؤمن، أصلها ثابت وفرعها في
السماء ؟
“siapakah
yang dapat memberitakan kepadaku tentang satu
pohon yang perumpamaannya seperti Mukmin, Akarnya kokoh dan batangnya menjulang
ke Langit ?”
Dari
keterangan-keterangan itu diketahui bahwa di antara kesamaan antara kedua itu
adalah dari sisi bahwa pangkal, akar pohon itu akan kokoh apabila disiram,
demikian pula Muslim, pangkal, dasar keislamannya dan keimanannya akan kokoh
tertanam di dalam hati dan menjadikannnya hidup hakiki (yang sebenarnya)
apabila senantiasa disiram oleh wahyu, oleh karena itu Allah menamakan wahyu
dengan Ruh dalam firman-Nya :
“Dan demikianlah
Kami wahyukan kepadamu ruh/wahyu (Al Quran) dengan perintah Kami. Sebelumnya
kamu tidaklah mengetahui apakah Al Kitab (Al Quran) dan tidak pula mengetahui
apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al Quran itu cahaya, yang Kami tunjuki
dengan dia siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan
sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus” (Asy- Syuuro : 52).
Sehingga manusia Kafir
dikatakan Mayit walaupun bergerak di antara manusia :
“Dan apakah orang
yang sudah mati kemudian dia Kami hidupkan dan Kami berikan kepadanya cahaya
yang terang yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan di tengah-tengah
masyarakat manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap
gulita yang sekali pun tidak dapat keluar dari padanya” (Al-‘Anaam : 122)...bersambung
Social Plugin