Pemimpin Menguji Kadar Keilmuan Para Sahabat

Pemimpin Menguji Kadar Keilmuan Para Sahabat

Untuk menyampaikan pemahaman kepada satu perkara, adakalanya dijelaskan dengan sebuah pengertian atau dijelaskan dengan sebuah perumpamaan, satu perkara yang sulit untuk dipahami atau sulit dijelaskan kepada yang lain, maka hal itu dapat dijelaskan dengan cara membuat perumpaan. Caranya satu perkara yang sulit dipahami itu diserupakan dengan perkara yang sudah dikenal dengan adanya keserupaan antara yang diserupakan (Musabbah) dengan yang diserupakan dengannya (Musabbah bieh), seperti pernyataan Rasulullah saw kepada Para sahabat :

”ان من الشجرة شجرة لا يسقط ورقها، و انها مثل المسلم"

“Sesungguhnya di antara pohon-pohon itu ada satu pohon yang tidak berguguran daunnya, sesungguhnya pohon tersebut serupa dengan muslim”

Rasul hendak menjelaskan satu pohon yang sebelumnya belum diketahui, lalu beliau mengumpamakannya dengan perkara yang telah mereka ketahui yaitu pohon tersebut diserupakan dengan Keadaan Muslim, diserupakan dengan Muslim barangkali Rasul menilai Para Sahabat telah mengetahui keadaan Muslim supaya mereka dapat memahami maksud pohon yang disebutkan oleh Nabi Saw, lalu beliau menanyakan :
فحدثوني ما هي ؟

Ceritakanlah padaku pohon apakah itu ?”

Dengan pertanyaan tersebut para sahabat akan teruji dengan perkara yang mereka belum mengetahuinya, lalu hal itu mendorong mereka untuk memahami ilmu.

Setelah Rasul memberikan gambaran pohon tersebut, ternyata Para Sahabat tidak ada yang memahami pohon yang disebutkan oleh Rasul itu, namun yang diterka oleh mereka adalah bahwa itu adalah pohon yang tumbuh di lembah :
"فوقع الناس في شجرة البوادي"

“Maka Para Sahabat beranggapan bahwa yang dimaksud adalah pohon yang berada di lembah”

Dan mereka terlupakan dari Pohon Kurma. Ternyata hanya seorang Sahabat saja yang menyangka bahwa yang dimaksud adalah pohon Kurma, Sahabat ini bernama Abdullah bin Umar atau lebih dikenal dengan nama Ibnu Umar :
"قال عبد الله : ووقع فس نفسي انها النخلة، فاستحييت"

“Abdullah berkata : terlintas dalam hatiku, bahwa ia adalah pohon Kurma, tapi aku malu mengungkapkannya”

Apa yang terlintas pada Ibnu Umar bahwa pohon tersebut adalah pohon Kurma karena pada saat itu dibawakan kepada Nabi Saw Jantung Kurma, dia bermaksud untuk menyampaikannya namun karena aku yang termuda maka aku diam (ujar Ibnu Umar), sedangkan pada riwayat lain : ujarnya : aku adalah yang kesepuluh dan aku yang paling terkecil, demikian pula karena : Aku melihat Abu Bakar dan Umar tidak mengatakannya lalu aku pun tidak senang apabila mengatakannya. Ketika Ibnu Umar ceritakan kepada Ayahnya yaitu Umar bin Khathab, bahkan ia didorong oleh ayahnya supaya mengatakan itu kepada Nabi Saw, tanggapannya ;

"فقال :لان تكون قلتها أحب الي من أن يكون لي كذا و كذا"
“Lalu ia berkata: karena sesungguhnya aku lebih suka bila engkau ungkapkan saat itu dari pada keadaanku begini dan begini”

Dari pernyataan Umar ini, menunjukkan Anjuran untuk menyampaikannya, ketika kemaslahatan dari menyampaikannya itu terwujud dari rasa malu.

Atas ketidak pahaman para sahabat tentang pohon yang dimaksud oleh Nabi Saw, Lalu mereka bertanya :

"ثم قالوا : حدثنا ما هي يا رسول الله، قال : { هي النخلة }ـ
“Kemudian mereka berkata : ceritakanlah kepada kami wahai Rasulullah, ia bersabda : ia adalah pohon Kurma”.

Rasulullah saw menguji kadar keilmuan mereka apabila mereka tidak memahaminya tentu Rasul menjelaskannya.

Pohon itu begitu istimewa sehingga diserupakan dengan Muslim, di satu sisi kesamaan antara pohon ini dan Muslim adalah tidak gugur daunnya,  ternyata tidak sebatas itu saja, bahkan dinyatakan para riwayat lain, Bahwa Rasulullah Saw bersabda :

"ان من الشجر لما بركته كبركة المسلم"
“sesungguhnya dari pohon tersebut tatkala barokahnya seperti barokah Muslim”

Barokah atau manfaat pohon Kurma itu terwujud pada semua bagiannya, senantiasa pada senua bagiannya, dari semenjak tumbuhnya sampai ia kering, kemudian setelah itu diambil manfaatnya pada semua bagiannya, sehingga biji-bijinya pun termakan hewan dan serabutnya juga dapat dijadikan tali, serta manfaat yang lainnya.

Demikian pula barokah seorang Muslim meliputi seluruh keadaannya, juga manfaatnya terus-menerus ada untuknya dan untuk orang lain sampai setelah matinya pun.

bahkan Allah mengumpamakan Kalimah Thoyyibah dengan pohon ini :

“Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya menjulang ke langit, pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Rabbnya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat” [Ibrahim : 24-25].

Rasulullah Saw membaca lalu menyebutkan ayat ini lalu ia bersabda :

“Apakah kamu mengetahui pohon apakah itu ? Ibnu Umar berkata : tidak tersembunyi atasku bahwa pohon itu adalah pohon Kurma tapi menghalangiku menceritakannya pada usia itu, lalu Rasulullah saw bersabda : ia adalah pohon Kurma.

Demikian pula pada riwayat lain, bahwa Rasulullah saw bersabda :
من يخبرني عن شجرة مثلها مثل المؤمن، أصلها ثابت وفرعها في السماء ؟  
“siapakah yang dapat memberitakan kepadaku tentang satu pohon yang perumpamaannya seperti Mukmin, Akarnya kokoh dan batangnya menjulang ke Langit ?”

Dari keterangan-keterangan itu diketahui bahwa di antara kesamaan antara kedua itu adalah dari sisi bahwa pangkal, akar pohon itu akan kokoh apabila disiram, demikian pula Muslim, pangkal, dasar keislamannya dan keimanannya akan kokoh tertanam di dalam hati dan menjadikannnya hidup hakiki (yang sebenarnya) apabila senantiasa disiram oleh wahyu, oleh karena itu Allah menamakan wahyu dengan Ruh dalam firman-Nya :

“Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu ruh/wahyu (Al Quran) dengan perintah Kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al Kitab (Al Quran) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al Quran itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan dia siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus” (Asy- Syuuro : 52).

Sehingga manusia Kafir dikatakan Mayit walaupun bergerak di antara manusia :

“Dan apakah orang yang sudah mati kemudian dia Kami hidupkan dan Kami berikan kepadanya cahaya yang terang yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan di tengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap gulita yang sekali pun tidak dapat keluar dari padanya” (Al-‘Anaam : 122)...bersambung
Baca Juga
Contact Us